Penulis : Dinda Pranata
Ngomongin filsafat, salah satu hal yang tidak bisa aku lupa darinya ketika kuliah adalah sebuah mata kuliah yang rumit dan cukup membosankan. Kemudian aku bertemu dengan salah satu dosen yang sangat menyenangkan dan menyodori kami (mahasiswanya) sebuah novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder. Dari Pak Listiyono (nama dosenku waktu kuliah), aku langsung jatuh cinta pada karya-karya Jostein.
Dan memang dari Dunia Sophie masih menyisakan tanda tanya mengenai alam semesta serta kehidupan. Lanjutan dari Dunia Sophie ada pada Kitalah yang Ada di sini Sekarang. Seperti apa sinopsis bukunya? Buah apa yang kita panen dari isi di dalamnya? dan apa kesanku selama seminggu membaca ini?
Kitalah yang Ada di sini Sekarang!
Buku ini mengisahkan tentang penulis yang menuliskan surat terbuka bagi cucu-cucunya. Sang kakek ini bercerita bagaimana masa kecilnya yang suka mengamati hewan-hewan kecil dan berlarian di dalam hutan. Di masa kecilnya ia bisa dengan mudah menemukan kegembiraan di alam bebas serta menikmati gugusan bintang dengan mata telanjang.
Lalu, dari kenangan masa kecil sang kakek, pembaca diajak untuk menyelami bagaimana kesederhanaan yang ia lakukan dulu bisa jadi hal yang mewah di masa sekarang. Penulis mengajak kita maju perlahan menyusuri masa-masa manusia yang selalu memiliki ketertarikan pada alam, dan berusaha menemukan cara-cara bertahan hidup yang memudahkan mereka. Mulai dengan menciptakan hal-hal supranatural dan mitos demi menjawab permasalahan alam, hingga bagaimana teknologi membantu manusia dalam menavigasi hidup dengan pengetahuan.
Dari pengetahuan yang semakin berkembang, pun bersamaan dengan penemuan tambang-tambang yang mempermudah teknologi manusia, industri dan kapitalis semakin banyak. Perkembangan ini membawa cukup kemakmuran setidaknya selama berabad-abad kehidupan manusia. Tapi di sisi lain, perkembangan ini justru menjadikan manusia tidak pernah cukup dan selalu lapar hingga mengorbankan bumi dan semesta.
Baca juga: Stay Positif With Marcus Aurelius - Damai Di Segala Hubungan
Beberapa sumber daya alam baik flora, fauna dan juga udara yang kita hirup semakin terbatas. Dari titik ini, penulis memberikan umpan balik dan refleksi kepada para pembaca ke sisi pertanyaan mendalam yang terus dinamis dari pelajaran filosofi.
Buah apa yang bisa kita panen dari tulisan Jostein Gaarder?
Semesta, Bumi dan Manusia
Banyak hal dasar yang bisa kita petik dari tulisan Jostein. Salah satu tantangan yang perlu manusia perhatikan ketika mereka hidup.
- Manusia itu berpikir dengan rasa baru logika
Mendengar kata-kata ini rasanya aneh dan nggak umum di telinga. Percaya atau tidak manusia selalu “merasa” perlu untuk mencari tahu sesuatu, setelah sesuatu itu menarik perhatiannya. Misalkan dalam kasus saat si Kakek mengamati kepik di halaman. Ia “merasa” tertarik mengapa kepik itu begini begitu, sehingga ia dengan leluasa mencari tahu sebab, apa dan bagaimana. Dasar keingintahuan manusia ini lah yang merupakan akar dari filsafat itu sendiri, yang kemudian Jostein tulis dalam Dunia Sophie.
- Rasa yang dimiliki manusia mengantarkan manusia pada inovasi dan daya “pakai” bumi.
Penasaran yang manusia miliki membawa mereka pada telaah kritis mengenai eksistensinya, daya gunanya hingga kemampuannya dalam memecahkan masalah. Dari rasa penasaran manusia ini, munculah inovasi yang memampukan mereka untuk bertahan hidup. Inovasi ternyata nggak cuma berpengaruh bagi manusia, tapi juga mempengaruhi “daya pakai” bumi. Selain berdampak pada daya pakai, inovasi ini sering kali melebar hingga mendatangkan berbagai isu. Contoh saja isu-isu kemanusiaan, politik dan isu global lain.
Baca juga: Review Buku The Man Who Loved Books Too Much
- Rasa penasaran akan kehidupan di luar bumi, membawa manusia menjelajah “tahun cahaya”.
Rasa penasaran manusia tidak hanya mengantar manusia pada inovasi yang muktahir. Rasa itu memicu logika mereka dalam mencari pembenaran fantasi mereka akan kehidupan luar angkasa. Sebagai hasilnya, lahirlah penjelajah luar angkasa lewat Apollo 11, teropong bintang di berbagai tempat dan pencarian rumah kedua selain bumi di tatanan tata surya. Manusia akan semakin lapar untuk mencari cara dan jawaban akan rasa ingin tahunya yang besar.
Lalu bagaimana review dari novel ini?
Review Kitalah yang Ada di sini Sekarang
Buku filsafat yang biasa aku atau kita bayangkan, adalah buku yang membosankan, pengantar tidur dan bukunya sering jadi buku bantal. Tapi ketika ada di Jostein Gaarder, kesan buku itu hampir sama sekali lenyap. Bisa aku bilang, tokcer banget bapak satu ini, kalau mengolah sesuatu yang begitu rumit jadi sederhana dan nggak bertele-tele. Ok, apa saja kesanku selama baca buku ini.
- Buku ini nggak rumit buat dicerna, ceritanya juga asyik seolah pembaca dibawa menyelami masa demi masa dari sebuah perjalanan manusia serta semesta.
- Banyak sekali harapan-harapan baik yang bisa kita serapi. Mulai dari pertengahan sampai akhir banyak terselip harapan baik si penulis terhadap kehidupan semesta. Dan yang paling aku suka adalah bagaimana si kakek ini menanyakan kabar bumi di akhir abad ke-21. Pada bagian ini aku benar-benar dibuat merinding, meski hanya bertanya kabar lho!
- Pengemasan buku yang nggak menggurui dan humanis. Tanpa menampik kepentingan hajat hidup manusia yang membutuhkan aneka teknologi dan inovasi untuk hidup, buku ini memberikan penegasan mengenai kebutuhan akan etika dalam berinovasi, dan bukan sekedar inovasi yang terpolarisasi politik.
Meski enak buat untuk kita nikmati, ada satu kata “sayang” yang aku dapat dari buku ini. Yap, sayangnya buku ini nggak bisa kita makan bulat-bulat, tanpa mengosongkan kepala terlebih dahulu. Maksudnya, sis? Buku ini nggak bisa kita baca dalam keadaan grusa-grusu, atau tanpa penghayatan. Jika hanya sekedar baca, terus ya udah cuma segitu aja, buku ini nggak akan membawa kamu/pembaca/si empunya buku buat sisi terdalam buku ini.
Invitasi dan Diskusi
Jadi kalau kamu mau cari buku yang bisa bikin adem tapi juga kritis berimajinasi, buku ini cocok banget jadi teman hari-harimu.
Baca juga: Kenanga yang Memecah Batuan Adat di Novel Oka Rusmini
Kapan hari ada yang nanya via DM IG, apa bukunya sudah ada di Ipusnas? Sayangnya juga, belum ya. Kalau kalian mau baca, bisa beli bukunya di toko online. Bisa juga kok, kalian rame-rame bareng temen request ke Ipusnas lewat twitter-nya.
Ada yang sudah baca buku ini? Atau mau jadikan buku ini wishlist, yuk bisa komen-komenan di bawah. Kalian bisa juga komen buku yang lagi dibaca atau buku yang pengen banget dibaca, tapi belum kesampean buat baca, bisa juga ikutan komen.
Selamat membaca dan berkomentar ya! Eits, komennya yang sopan ya biar adem dibaca sesama pengunjung.
Comment
Aku suka buku2 seperti ini, Kak. Benar2 jadi membuka wawasan kita tentang kehidupan.. Nah walaupun membicarakan tentang filsafat, tapi ada banyak pelajaran tentang kehidupan dari masa ke masa, duhh jadi penasaran sama bukunya..
1 Response