Penulis : Dinda Pranata
Kemarin pas akhir bulan berhubung beberapa TBR udah pada kelar, ada diskon dari salah satu toko online. Dan pas itu juga nemuin buku menarik yang pernah difilmkan sama salah satu studio animasi asal Jepang bernama Studio Ghibli. Mungkin pecinta anime udah familiar banget sama studio yang satu ini, yang mana karya-karya animasinya selalu dapat penghargaan dikancah Internasional. Selain itu, filmnya pun bukan film kelas ecek-ecek, beragam kisah yang punya nilai moral tinggi tentang kehidupan selalu berhasil mendapat tempat di dunia perfilman.
Nah, salah satu judul buku yang pernah difilmkan dalam bentuk animasi yaitu When Marnie was There karya Joan G. Robinson. Ada banyak hal “AHA” yang nggak sengaja terlontar saat membaca buku ini. Lalu bagaimana sinopsis dari kisah When Marnie Was There? Apa buah yang bisa kita panen dari keseluruhan kisah? dan gimana review buku ini dari PoV Senja Hari?
Marnie, Anna dan Rumah Rawa
Kisah ini bermula ketika seorang anak yatim piatu bernama Anna diadopsi oleh sebuah keluarga bernama keluarga Preston. Anna memiliki karakter yang pendiam, tertutup serta tidak percaya pada orang lain, mengalami kesulitan ketika berada di sekolah. Banyak hal yang membuatnya menjadi seorang seperti itu, mulai dari kebencian pada orang-orang yang meninggalkannya hingga kesalahpahaman tak terucap pada Bu Preston.
Sikapnya yang pendiam memicu pikiran Bu Preston kalau sebaiknya si Anna mendapat suasana baru ketika liburan sekolahnya tiba. Tepat pada saat yang sama sebuah surat dari keluarga Pegg datang. Mereka setuju untuk membiarkan Anna menginap selama liburan sekolahnya di sebuah kota bernama Little Overton, di mana pasangan suami istri Pegg tinggal.
Ketika Anna tiba di kota itu, ia merasa takjub dengan salah satu rumah di tepi rawa yang berbeda dari rumah di sekitarnya. Rumah itu terasa kelam di bagian depan, tetapi kemilau dari sisi yang lainnya. Rumah itu sering kali mengundang rasa penasaran dari Anna. Setiap Anna pergi ke kantor pos untuk berkabar pada keluarga angkatnya, ia selalu mampir ke tepi rawa sampai malam tiba.
Baca juga: Review Novel Gadis Kretek: Wanita, Propaganda dan Tradisi Masa Lalu
Hingga di satu malam, dari kejauhan ia melihat rumah rawa itu mendadak terang benderang dari jendela yang terlihat ke arahnya. Dengan perahu dayung yang terdampar di tepi rawa, ia mendayung sampai ke rumah tersebut. Itulah pertama kali si Anna bertemu dengan Marnie, gadis kecil di rumah rawa yang ia kira sebagai rumah kosong.
Pertemuan pertama itu berlanjut ke pertemuan-pertemuan lain dan cerita rahasia di antara kedua. Banyak yang mengira bahwa Anna hanya berhalusinasi tentang kehadiran Marnie dan menganggap Marnie adalah teman khayalan Anna. Benang merah keduanya terungkap ketika seorang penghuni baru menempati rumah rawa itu. Keluarga itu memiliki lima orang anak dan mereka pun mengundang Anna beserta ibu angkatnya Bu Preston untuk minum teh. Di titik itulah semua misteri tentang rumah rawa, Marnie dan Anna terungkap.
Menyelami Rawa dalam Kisah When Marnie Was There
Ketika membaca buku ini, kita bisa menyelami hal-hal yang sering kali terlihat di kehidupan nyata namun terabaikan. Apa saja ya?
- Kasih sayang orang tua yang tanpa syarat. Dalam kisah ini Bu Preston selaku ibu angkat Anna, benar-benar menyayangi anaknya. Ia bahkan tidak pernah memaksa Anna untuk merubah sikap tertutup dan pendiamnya. Caranya agar ia bisa lebih terbuka adalah dengan liburan ke tempat yang baru yang menawarkan serangkaian petualangan. Ini sangat berbeda ketika permintaan perubahan sikap, dilakukan dengan pemaksaan, omelan, pukulan hingga ancaman. Perbedaan konsep parenting ini bisa kita jumpai pada keluarga Marnie, Anna dan penghuni baru rumah rawa.
- Anggapan umum bahwa ekstrovert lebih baik dari introvert. Nah, konsep ekstrovert lebih baik dari pada introvert ini masalah klasik di dunia sosial sejak dulu ya. Kondisi ini yang sering kali membuat para introvert nggak nyaman dan merasa nggak diterima. Sering juga para introvert ini jadi lebih menarik diri karena merasa mereka “berbeda” dari orang pada umumnya yang lebih “gemulai” saat berhadapan dengan orang lain. Padahal setiap orang punya sisi introvert dan ekstrovert dalam dirinya, meski salah satu sisi bisa lebih dominan dari sisi lain.
- Keterbukaan adalah kebutuhan dan itu tidak bisa dipaksakan. Pandangan ini sebelas dua belas, sama anggapan ekstrovert lebih baik dari introvert. Nah pandangan bahwa keterbukaan itu merupakan keharusan kadang membuat kita bias dalam memandang seseorang yang menjaga jarak. Keterbukaan terhadap lingkungan itu adalah kebutuhan semua manusia, tapi tidak serta merta dipaksakan begitu saja. Dalam kasus Anna, keterbukaan terjadi ketika Anna merasa siap untuk membuka diri, yaitu ketika bertemu dengan penghuni baru rumah rawa untuk mengganti kekosongan kehilangan sosok Marnie. Ini berbeda dengan ketika Bu Pegg memaksa Anna untuk bersikap ramah dan terbuka pada tetangganya.
Apa sih kesan selama membaca buku ini?
Review When Marnie Was There: PoV Senja Hari
Baca buku ini sebenarnya lebih banyak kesan baik daripada kesan nggak baik. Kalau tanya kesan nggak baiknya mungkin hanya di awal cerita yang aku rasa agak flat dan datar. Ya karena tokohnya si Anna yang tertutup dan agak monoton sehingga nggak ada kesan gregetnya. Tapi kondisi ini segera berubah drastis ketika Anna bertemu dengan Marnie dan cerita seterusnya sampai akhir.
Baca juga: Nyonya Bovary: Cermin Negara Lewat Drama Rumah Tangga
Di sini lah momen di mana aku mendapat kesan baik yang WOW! banget. Ini dia kesan baik itu.
- Banyak nilai kasih sayang tanpa syarat dalam kisah ini. Aku bisa merasa kisah ini related banget sama aku yang punya sisi introvert dan sering kali dianggap berbeda dari yang lain. Buku ini mengajarkan bahwa introvert sesekali bisa terbuka pada dunia sosialnya ketika mereka siap dan tidak harus dengan paksaan.
- Meski di awal membosankan, tapi hal-hal yang seru muncul ketika Anna bertemu dengan Marnie. Karakter Anna yang cenderung pendiam dan pemendam, jadi membuat kisah terasa datar. Ini berbeda ketika Anna mulai bertemu dengan Marnie yang memiliki karakter berjiwa petualang dan lebih ceria.
- Ending cerita yang unexpected. Ada hal yang menurutku wow adalah kisah akhir yang tidak teruga. Awalnya aku mengira bakal A, tapi ternyata itu B. Plot twistnya keren banget dan menuju klimak banyak kejutan yang menegangkan.
Invitasi dan Diskusi
Nah, itu sekelumit review When Marnie Was There versi PoV senja hari yang kuberi rating 4,8 dari 5. Rating itu bisa beda dengan rating dari di stus Goodreads (sekitar 4,3). Adakah yang sudah membaca buku ini? dan bagaimana nih review When Marnie Was There versi kalian? Yuk kalian bisa sharing di kolom komentar!
Bagi yang mau baca dan punya bukunya, kalian bisa beli buku ini di toko online.
Happy reading ya!
Comment
Perubahan dalam dinamika antara Anna dan Marnie menghadirkan ketegangan dan misteri yang membuat pembaca terus terjebak dalam cerita. Dengan demikian, kekurangan di awal cerita teratasi oleh perkembangan karakter dan alur yang menarik
best regard,
adipraa
Wah parah nih review-nya bikin saya penasaran pengen baca lagsung
Saya belum pernah baca buku ini, tapi sekilas baca reviewnya kayaknya buku ini cukup menarik juga, soalnya saya senang dengan buku yang mngandung bnyak pesan moral.
Sudah lama nggak baca buka yang asyik begini. Terima kasih rekomendasinya ya kak
Jadi penasaran sebenernya ada rahasia apa di rumah rawa itu. 😀 Aku suka nih buku cerita atau film yang ada plot twist-nya apalagi kalau yang gak ketebak. Bagus kak review bukunya, bikin jadi pingin baca buku When Marnie Was There juga.. 🙂
saya sih belum baca bukunya, tapi udah nonton kartunya when marie was there dan agak lupa-lupa gitu jalan ceritanya, hehe. seketika keingat pengen nonton lagi
makasih reviewnya kak, otw cari di toko buku online nih. Kebetulan aku tuh pecinta cerita-cerita anak kak
Keren review bukunya kak. Aku jadi penasaran sm kelanjutan kisah si Anna dan Marnie ini. Kayaknya mau coba nonton versi animenya deh hehe.
Menarik juga bukunya. Aku belum baca
Kebayang sesetu apa pertemuan dan petualangan mereka. Si anak yang pendiam vs anak petualang
Studio Ghibli memang menjadi ikon dalam dunia perfilman animasi Jepang, dan karya-karyanya benar-benar luar biasa.
Dari paparan reviewnya ini buku bisa jadi rekomendasi bacaan selanjutnya,, apalagi dengam banyaknya nilai yang terkandung di dalamnya bisa banget jadi teman menghabiskan waktu di akhir pekan
Dari paparan reviewnya ini buku bisa jadi rekomendasi bacaan selanjutnya,, apalagi dengam banyaknya nilai yang terkandung di dalamnya bisa banget jadi teman menghabiskan waktu di akhir pekan esok
12 Responses