Penulis : Dinda Pranata
Sreg, sreg, sreg! Suara gemerisik dedaunan bambu terdengar riuh ketika terpaan angin menyambut kami di pelataran parkir ekowisata air Boon Pring Andeman Malang. Sabtu yang cerah, dengan langit yang begitu biru membentang di langit, menemani kami sekeluarga untuk menjajal wisata konservasi bambu di kecamatan Turen, Kabupaten Malang itu.
Kami sekeluarga berangkat dari kota Malang menuju Boonpring sekitar pukul sebelas siang dan tiba di lokasi pukul setengah satu. Sebenarnya untuk ke Boonpring dari kota Malang bisa ditempuh selama satu jam, karena adanya penutupan di beberapa titik untuk acara kemerdekaan, jadi kami mengambil rute memutar sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama.
Sepanjang arah perjalanan, kami mendapatkan pemandangan yang sangat langka dan tidak mungkin ada di kota. Area persawahan dan perkebunan tebu, berjejer sepanjang rute. Meski cukup menjengkelkan akibat jalanan sangat berdebu di musim kemarau bulan Agustus, tapi terbayarkan ketika kami sudah memasuki area wisata ini.
Apa yang menarik dari lokasi ini?
Gemericik Air dari Mata Air
Tak jauh dari parkiran mobil, ada bangunan yang berfungsi sebagai loket tiket. Untuk weekend di hari sabtu itu, per orang dikenakan biaya 10,000/orang dewasa. Kalau bawa anak di bawah lima tahun harga tiketnya Rp 5,000/anak, tapi kalau usia lima tahun ke atas sudah mendapat harga tiket yang sama dengan orang dewasa. Setelah membeli tiket, kami bisa meneruskan perjalanan ke dalam lokasi.

Dari arah pintu masuk kita sudah bisa melihat area kolam renang di sisi kiri. Kolam renang di Boon Pring Andeman memiliki air yang sangat jernih dan bisa dibilang tanpa pakai kaporit serta sangat dingin. Kok bisa sih? Karena air dari kolam renang berasal dari sumber mata air yang ada di desa ini.
Keluar dari area kolam renang, tepat di seberangnya ada danau buatan. Di danau tersebut ada banyak orang yang sedang menikmati wahana perahu air bersama keluarga. Lalu ada juga perahu boat yang juga bisa pelancong sewa untuk memutari danau buatan yang cukup luas ini. Untuk tiket wahana bervariasi mulai dari Rp 10,000 untuk perahu air berisi dua orang dan Rp 20,000 untuk perahu air berisi empat orang.
Saat terus berjalan ke dalam tempat wisata, di sisi kanan dari danau ada banyak berdiri stan makanan dan minuman. Stan-stan yang berjejer yang terbuat dari bambu itu, kebanyakan milik warga sekitar. Pihak pengelola dari ekowisata Boon Pring, yang di sini adalah pihak desa Sanankerto, ingin memberdayakan warga desa secara aktif untuk pembangunan perekonomian. Pembangunan itu dengan memanfaatkan lahan bambu yang sudah ada sejak zaman kolonial di desa tersebut.
Ritual Shinrinyoku Lokal dan Fenomena Komorebi
Pernah dengan ritual shinrinyoku? Ritual shinrinyoku merupakan ritual tradisional dari Jepang yang melibatkan alam, hutan dan mahatari. Ritual ini merupakan cara healing orang Jepang sambil menikmati alam, menghayati hutan dan berjemur sinar matahari di area hutan. Kita bisa menyebutnya sebagai ritual mandi matahari ala Jepang tapi rasa lokal.

Kalau kita berjalan lebih jauh ke dalam ekowisata ini, kita melihat area konservasi pembibitan ikan. Bersebelahan dengan area pembibitan, ada hutan bambu yang cukup rimbun dan sejuk. Hutan bambu yang ada sangat nyaman untuk mandi sinar matahari hangat dan samar-samar teriknya. Ini mirip sekali dengan ritual shinrinyoku yang masyarakat Jepang nikmati untuk menenangkan diri dari penatnya aktifitas.
Di area ini sudah dipersiapkan tempat duduk bambu dan gazebo untuk piknik bersama keluarga, sembari menikmati musik alam berupa gemericik air, decit burung dan suara riuh bambu yang menari. Di kawasan hutan bambu alami ini, kalau beruntung kita bisa memotret fenomena komorebi.
Fenomena yang berasal dari bahasa Jepang yang artinya, cahaya matahari yang samar-samar menembus dedaunan. Fenomena ini paling banyak diburu oleh para fotografer yang sengaja berkunjung untuk mendapatkan momen cantik ini.
Lalu bagaimana agar boon pring ini bisa terus berkembang menjadi ekowisata?
Desa Sejahtera Astra Boon Pring

Area ekowisata air Boonpring Andeman memiliki seluas 36,8 hektar, sekitar tiga hektar merupakan hamparan hutan bambu. Uniknya lagi, hamparan hutan bambu ini memiliki enam sumber mata air yang sudah ada sejak zaman kolonial. Ada enam jenis sumber mata air yang memiliki fungsinya sendiri seperti sumber gatel, towo, adem, maron, krecek dan sumber seger. Menurut warga setempat yang salah satunya menjual jajanan cilok di area wisata berkata, “mata air di sini, punya khasiat yang bisa menyembuhkan orang-orang dari penyakit kulit.”
Sejak tahun 2015, Kepala Desa Sanankerto berupaya meningkatkan potensi desa dengan memanfaatkan ekologi wilayah dan kearifan lokalnya. Mulai dari mengikutkan desa wisata ini dalam program inkubasi pengembangan perekonomian desa yang diadakan oleh beberapa pihak.
Di tahun 2022 lalu, desa ini masuk dalam program desa binaan Astra bernama Desa Sejahtera Astra. DSA sendiri adalah program pendampingan dari Astra untuk pengembangan keterampilan dan keahlian masyarakat berbagai desa di Indonesia. Pertama kali muncul di akhir tahun 2019 dan sampai saat ini tercatat sudah ada sebanyak 930 desa binaan yang ada di 34 provinsi Indonesia.
Desa Sanankerto yang sudah memiliki ekowisata Boon Pring ini, memilih fokus pada produk unggulan desa berupa kriya (kerajinan aneka bambu), wisata (ekowisata hutan bambu) dan budaya (kearifan budaya dari masyarakat desa Sanankerto). Keikutsertaan desa Sanankerto ini membawa manfaat yang besar tak hanya bagi pengembangan desa wisata ini tapi juga penduduk desa yang juga mendapatkan pelatihan bagaimana mengembangkan usaha mereka ke depannya.
Invitasi dan Diskusi
Eh! ngomong-ngomong, dari tadi kita membahas ekowisata Boon Pring tapi belum tahu kan keunikan dari nama Boon Pring ini. Sudah pasti banyak yang mengira Boon ini asal dari kata Kebun ya? Ya enggak salah-salah juga sih. Boon Pring ini dua suku kata dari bahasa yang berbeda. Boon dalam bahasa Inggris ini memiliki arti anugerah, sementara Pring dari bahasa Jawa yang artinya bambu.
Ini senada dengan harapan ke depan dari desa ini untuk program desa sejahtera Astra ke depannya. Dengan adanya program desa sejahtera Astra, mampu membantu sektor-sektor unggul dari desa seperti desa Sanankerto untuk lebih maju. Kemajuan itu baik itu dari segi kualitas SDM-nya, pengelolaan desa hingga nantinya bisa bermanfaat bagi pemerataan pembangunan Indonesia.
Selain itu, adakah dari kalian yang sudah pernah ke desa wisata sebelumnya? Bagaimana menurut kalian tentang adanya program-program berbasis kemajuan desa? Bisa lho kita saling berbagi informasi di kolom komentar. Jangan lupa tinggalkan jejak digital yang positif ketika berkomentar.
Source:
mongabay.co.id
travelspromo.com/htm-wisata/boon-pring-malang/
Comment
Seru banget ya kak bisa berwisata ke boon pring ini. Pasti udaranya sejuk adem sekali. Aku jg baru tahu pring dalam bhs jawa artinya bambu…
Kapan2 bisa nih kalau ke Malang mampir ke boon spring ini. Menikmati angin semilir yang membuat sejuk..
Seperti bisa membaca pikiran saya, di awal saya mengira Boon Pring adalah kebun bambu, eh ternyata dijelaskan di akhir kalau artinya dari 2 bahasa yang berbeda. Hehe. Kalau di sini mungkin bukan lagi jadi ritual tapi mungkin kebiasaan karena musim dan kondisi geografis yang berbeda dengan Jepang. Keren sih tempat wisata ini apalagi ada pendampingan dari pihak terkait yang semoga dapat membantu memajukan wisata dan desa juga.
wow, ini desa wisatanya malah bikin kuterkenang masa kecil. Mainku dulu malah di tepian sungai yang banyak pohon bambu gini.
Waahhh nanti kalo pulang ke Jawa Timur coba mampir ah kesini. Kayanya tempatnya kece ya buat healing dan camping
Aku baru tau asa tempat wisata ini. Baru baca aja udah tertarik apalagi kolam tanpa kaporit yang langsung dari mata air. Widihhh seger banget pasti. Btw sangat masuk akal kalau orang Jepang menjadikan ritual mandi matahari sebagai cara healing, karena ada penelitiannya kalau matahari punya pengaruh terhadap hormon hormon bahagia..
Terbayang bagaimana pula kualitas air tanah di kawasan Boon Pring karena sepengetahuan awam saya, tanaman bambu termasuk ke dalam tanaman yang dapat menjaga kualitas air tanah. Apalagi di sana ada mata air yang airnya juga dimanfaatkan sebagai lokasi wisata kolam renang ya. Duh terbayang sejuknyaaa udara di sana.
Keren yah kalau ada desa wisata kayak gini, kalau di daerah ku belum ada nih padahal ada potensi juga
Oalah, jadi kata Boon itu dari bahasa Inggris yang artinya anugerah ya? Aku kirain Boon itu dari kata Kebon! Hahaha, ternyata saya salah selama ini!
Unik sekali ya wisata di Boon Pring ini. Apalagi ada fenomena yang unik terkait dengan alam gini. Mendapatkannya tidak mudah, lho. Rasa-rasanya baru sekali saya mendapatinya, dan benar2 takjub bagaimana cahaya matahari pagi membentuk seperti besi-besi yang menancap ke bumi.
Ritual Shinrinyoku dan fenomena komorebi bener2 berasa di Jepang beneran lho pas aku liat di foto, padahal cuma di Jawa Timur ya. Sugoi desu. Healing yg bikin happy pastinya.
Emang suara gemerisik dedaunan bambu auto bikin sejuk-sejuk gitu sekaligus ngerasain komorebi Jepang ala-ala, ahaha. Baru tau juga akutuh kalo ada wisata konservasi bambu di kecamatan Turen, Kabupaten Malang ini. Tapi kok nggak ada foto tempat duduk bambu plus gazebonya sih, Kak? Kan jadi pinisirin, hihihi..
Wah baru tahu saya, bisa nih mudik nanti ke sini…belum bisa ke Jepang ke sini aja sambil menikmati alam, menghayati hutan dan berjemur sinar matahari di area hutan di Boon Pring Malang!
Boon Pring, unik jg nama ekowisata yang satu ini. dari Malang ya. Udah kebayang juga, rasanya teduh ya. Namun, nampaknya serem juga ya klo malem malem ada di sana,.
Meski terbilang deket dari rumah, tapi baru tahu kalau ini tuh desa binaan Astra. Dan lagi sampai sekarang aku juga baru dengar namanya dan ceritanya aja dari ortu, belum pernah ke sana
bagi aku, tempat wisata alam tuh benar-benar menenangkan. aku kalau mau healing pasti nyari tempat wisata alam yang benar benar pure hutan gitu. bisa terbebas dari polusi di perkotaan
Binaan Astra banyak yg maju juga ya kak.. aku baru juga nih tentang Desa isata Sanankerto yang sudah memiliki ekowisata Boon Pring ini, punya produk unggulan juga next mudah2an bisa mampir
Sepertinya ritual shinrinyoku ini sering banget ya diterapin oleh mereka yang anak-anak senja dan anak gunung. Tiket masuk pas waktu weekend murah juga ya, hanya Rp.10.000..
wah penasaran jadi pengen ke sana pas baca artikel ini, saya suka tempat wisata berbau eco seperti ini selalu menarik jika berkaitan dengan alam
Ritual Shinrinyoku ini kalau saya lihat-lihat mirip nature walk ya. Anak saya serinh melakukan kegiatan mirip Ritual Shinrinyoku, tapi versi lebih ke taddabur alam aja sih
Wah ternyata ada wisata bambu juga ya di indonesia, ngak perlu jauh-jauh lagi nih ke jepang atau korea buat nikmati keindahan dan keasrian berbagai jenis bambu.
Dari deskripsi dan gambarnya, tempat wisata ini keliatan asri banget. Cocok banget didatengin bersama keluarga. Masuk salah satu wish-list nih
Wahhh tempat wisatanya asik banget nih, memanfaatkan peluang dan potensi yang ada di desa menjadi wisata yang menarik buat dikunjungi. Good view betul!
Wuih, desa Sanankerta rupanya desa wisata yang masih asri ya Kak? Belum lagi kita bisa melakukan ritual Shinrinyoku dan menyaksikan fenomena Komorebi.
Teddy sih berharap masyarakat di sana bisa terus berkembang usahanya dan terus melestarikan desa mereka agar lebih baik lagi dan semakin ramah pengunjung.
Terima Kasih Kak.
23 Responses