Home / Jendela

Soal Pilihan Ganda yang Bikin Arus Server Sibuk!

Senjahari.com - 27/09/2023

Soal Piihan Ganda

Penulis : Dinda Pranata

Soal pilihan ganda ini salah satu soal yang paling digemari anak-anak sekolah ya? Termasuk aku ketika sekolah. Menariknya lagi kalau sudah bingung sama pilihan yang serupa tapi tak sama, kadang peserta ujian ini akan menggunakan aji-aji pamungkasnya.

Yup, bener banget! “pakai menghitung kancing atau memutar ujung pensil,” kata siswa yang duduk di paling belakang.

Meski kalau kita kenang ini menimbulkan senyum-senyum manja. Namun, ada banyak efek jangka panjang yang perlu kita pikirkan, ketika soal pilihan ganda ini terus terjadi. Belum juga efek ini pun bisa berimbas pada guru yang mengajar. Seperti apa ya?

Soal Pilihan Ganda: Polemik Maudy Ayunda sampai Aji-Aji Kepepet Siswa

Beberapa waktu yang lalu nih, sempet ramai soal Maudy Ayunda yang bicarasoal keinginan jadi menteri dan si do’i jawab mau jadi menteri pendidikan. Tambahannya yang bikin panas nih, si do’i mau menghapuskan soal pilihan ganda yang kehadirannya cukup bikin rindu bagi pecintanya.

Ini sebenarnya polemik Maudy Ayunda lebih kesalah penafsiran ya. Dia bukan mau jadi menteri pendidikan tapi ‘kalau seandainya jadi menteri pendidikan’. Beda kan ya? Yang satu ini sudah pasti kebelet yang satu masih berandai-andai.

Baca juga: Childfree-Salah dan Benar Dalam Keputusan.

Oke, di sini disklaimer dulu buat hater-nya maudy (I’m not fans of her, so please jangan njulid ya)

Statement dia yang menyoroti pilihan ganda enggak sepenuhnya bener dan enggak sepenuhnya salah juga. Dalam beberapa hal soal pilihan ganda ini bisa bawa dampak baik juga, misalnya bisa bantu meningkatkan daya ingat, menghubungkan sama teori dengan soal, juga nih bikin pengajar atau guru lebih lega karena kerjaan buat penilainya cepat kelar.

Pilihan ganda ini kadang ditunggu sekaligus dirindu, tapi kehadirannya juga tak jarang mengganggu. Rindunya karena jawaban sudah pasti ada di salah satu pilihan itu, dan kita tidak terlalu sibuk memikirkan kemungkinan yang ada di luar jawaban yang tersaji. Jelek-jeleknya kalau enggak nemu, ya pakai aji-aji hitung kancing. Benar apa bener banget nih?

“Aduh, macem soal pilihan ganda saja njulid sih, Mbak? ‘Kan enggak ada efeknya di kamu toh!”

Curhat dalam Sepuluh Kata

Dilema Soal Pilihan Ganda
Dilema Soal Pilihan Ganda

Tapi ada yang perlu kita perhatikan, soal pilihan ganda ini bisa bikin dampak yang enggak selalu baik. Terutama dalam hal mengungkapkan pemikiran abstrak jadi yang nyata.

Baca juga: Antara Anak, Belajar dan Merdeka. Ada Ibu yang Siap Jadi Stand Up Komedian

Siapa di antara kita yang mainan X? Pernah enggak kita mau curhat, tapi terbatas dengan sepuluh kata aja?

Apa bisa kita cerita panjang lebar tentang kenapa kita marah. Kalo cuma nulis aku marah, rasanya kayak melepaskan emosi setengah-setengah ya. Terus ujung-ujungnya muncul jerawat di dahi. Hmm … Benar apa benar nih?

Kondisi ini kurang lebih kayak mereka yang sering mengerjakan soal pilihan ganda. Mereka yang biasanya sudah terbiasa sama soal pilihan ganda, yang notabene jawaban-jawabannya sudah tersedia, kalau kita tanya jalan keluarnya apa, bawaannya mikir, “Ya, pokoknya jawabannya ini!” Mereka jadi kurang paham alasan mengapa jawaban ini tepat pokok secara naluri dan ingatan jawaban tersebut benar.

“Memang kamu punya bukti kalau efek soal pilihan ganda ini bisa enggak baik buat masa depan?”

Menemukan Big Why Dari Sebuah Jawabah Ya atau Tidak!

Pentingnya Menemukan Alasan di Jawaban di soal pilihan ganda
Pentingnya Menemukan Alasan di Jawaban di soal pilihan ganda

Ternyata, dari tahun 2007 sampe 2022, ada banyak penelitian yang bilang kalo soal-soal ini kadang bikin kita bingung. Bahkan ada lebih banyak lagi kalau kita mau mundur ke beberapa dekade ya. Jadi, apa yang mereka temuin?

Baca juga: Jurusan Kuliah Keren, tapi Cari Kerjanya Senewen

Begini nih, teman-teman. Penelitian tersebut bilang kalau soal pilihan ganda ini sifatnya lebih kontekstual atau teoritis, dan lebih mengedepankan daya ingat kita. Makanya kenapa banyak siswa kalau bingung jawab soal, bawaannya pakai aji-aji ngitung kancing. Dalam proses penyerapan materi mereka jadi mudah bias fakta, ketika muncul pilihan yang setengah benar, setengah salah. Di tambah narasi soal yang juga kurang lengkap. Misalkan ada pertanyaan seperti ini:

Budi tidak ikut kerja bakti, saat tujuh belasan saat semua warga sibuk bekerja bakti. Apakah yang dilakukan Budi tepat?
A. Salah
B. Benar
C. Kurang tepat

Pertanyaan di atas ini cukup sering kita temui dalam berbagai soal ujian. Soal-soal kayak begini bisa membentuk pola pikir kita ke depannya lo dan jawaban yang kita berikan bisa saja berdampak pada pemahaman kita ke depan.

Di sinilah menemukan “Big Why” dari jawaban itu penting dan mempertanyakan masalah pun sama pentingnya dengan menemukan alasan di balik jawaban. Ini bakal jadi kompas buat kita dalam menelaah permasalahan sekaligus menyelesaikannya.

Makanya nih, banyak juga yang nggak setuju dengan soal-soal pilihan ganda ini, apalagi jumlahnya lebih banyak ketimbang soal yang harus dijelasin panjang lebar. Tapi jangan buru-buru minta dihapus, mungkin kita perlu ngepikirin lagi solusinya.

Baca juga: Tradisi Cowongan-Ritual Memanggil Hujan dan Simbolnya

Invitasi dan Diskusi

Solusi Soal Pilihan Ganda
Solusi Soal Pilihan Ganda

Alih-alih menghapuskan seluruhnya, bagaimana jika proporsinya diubah atau model soal pilihan gandanya lebih bernalar?

Dalam beberapa paper atau jurnal, banyak juga yang menyarankan proporsi soal pilihan ganda ini dibuat lebih sedikit dari pertanyaan dengan jawaban panjang. Ada juga yang menyarankan untuk adanya pemberian umpan balik setelah adanya ujian dengan model pilihan ganda ini. Misal dalam jurnal tahun 2022, memberikan saran untuk pengajar/penguji memberikan umpan balik pada siswa setelah ujian untuk menghilangkan adanya miskonsepsi. Pengajarpun bisa lo, mengajar ulang materi soal yang proporsi salah jawab dari siswa itu besar.

Dalam beberapa negara besar/maju sekalipun masih menggunakan metode ini seperti Amerika, Inggris, Jepang, bahkan Finlandia yang terkenal sama sistem pendidikan terbaiknya.

Jadi bagaimana nih, Gengs? Kamu tim yang setuju dengan penghapusan pilihan ganda atau jadi pihak yang kontra dengan penghapusan pilihan ganda nih? Kalian bisa share opini kalian di kolom komentar, kok!

Apapun pilihannya, yuk gunakan bahasa yang sopan ya! Ya, semata-mata demi jejak digital kalian ini baik.

Baca juga: Kamu Pintar, Enggak Harus Ikut Industri Joki Akademik! Tapi ....

Happy Wednesday!

Source:
Haataja, Eeva S. H., et al. “Measuring Higher-Order Cognitive Skills with Multiple Choice Questions –Potentials and Pitfalls of Finnish Teacher Education Entrance.” Teaching and Teacher Education, Elsevier BV, Feb. 2023, p. 103943.

van Wijk, Elise V., et al. “Use of Very Short Answer Questions Compared to Multiple Choice Questions in Undergraduate Medical Students: An External Validation Study.” PLOS ONE, edited by Ipek Gonullu, no. 7, Public Library of Science (PLoS), July 2023, p. e0288558.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Phai Yunita S Wijaya

Kalau menurut aku, aku tidak setuju dihilangkan mbak. Tapi jika porsinya dikurangi itu lebih baik. Dulu kita ada kan pas zaman sekolah pilgan berapa terus ada soal essay juga. Ntah kenapa kemudian dihilangkan, menurutku kalau dari posisi gurunya jadi lieur ya membaca banyak jawaban yang beragam gitu. Jadi nilainya kurang objective. Belum lagi jika tulisannya susah dibaca haha..nah begitu sih menurut aku.

Seingat saya dulu pas zaman sekolah puluhan tahun lalu memang proporsi untuk pilihan ganda itu memang banyak, tetapi bobot poinnya lebih sedikit dari soal jawaban singkat dan essay. Kalau misalkan menghilangkan soal pilihan ganda saya kurang setuju, lebih baik dikurangi saja.

Hahaha, dari jaman jebot sampai jaman now ya kak. Tapi menurut saya ini lebih gampil daripada esai sih

Soal pilihan ganda memang punya dua sisi yang menarik. Dari sisi pemeriksa tentu lebih mudah untuk mengambil jawaban. Tapi efektifitasnya dalam mengukur pemahaman mungkin lebih sedikit kurang. Teringat saat sekolah kalau ada soal pg dan tidak tahu jawabannya ya ditembak saja, kalau benar berarti beruntung, hehe

Diah Kusumastuti

Aku setuju kalau proporsinya dikurangin aja. Karena selama ini kan pilihan gandanya jauh lebih banyak daripada esai-nya. Tapi mungkin kalau esai lebih banyak, guru yang mengoreksi jawaban tambah effort juga ya. Karena kadang kan jawaban siswa beraneka ragam, belum lagi gaya tulisan tangan yang gak semua mudah dibaca. Hehe.

Pilihan ganda memang soal yang dirindukan hampir semua siswa sih. Tapi memang dampaknya kita tidak tahu apakah murid memang paham dengan pelajarannya, karena cukup silang di pilihan apa pun, selalu ada kesempatan untuk dapat nilai atau poin. Beda dengan soal-soal essay yang mau gak mau harus dijawab menggunakan pengetahuan yang sudah didapat.

Ajeng Purvashti

Wah polemik soal pilihan ganda ini menarik sih. Di satu sisi bagus, tapi di sisi lain kasian SDM guru kita. Untuk saat ini mungkin pilihan ganda belum bisa dihilangkan sepenuhnya ya, karena kayanya jumlah guru ga sebanding dengan jumlah murid, dan kesejahteraan guru pun masih banyak yang minim :’)

Kebayang sih betapa repotnya guru menilai hasil ujian jika pilihan ganda dihapus. Trus standar jawaban benar atau salah jadi lebih sulit. Tapi tanpa pilihan ganda, siswa jadi lebih kreatif dan kritis dalam berpikir.

Lisdha www.daily-wife.com

Saya termasuk ibu-anak-sekolah yang berharap proporsi soal pilihan ganda di perkecil dan diperbanyak soal essay atau bentuk soal lain yang lebih merangsang daya pikir anak. Untuk menghilangkan sepenuhnya mungkin memang dilematis. Namun, pilgan mmg sulit menjadi tolok ukur kemampuan sesungguhnya karena siswa bisa capcipcup (pengalaman pribadi). Contoh soal yg ditulis mbak Dinda betul sekali. Kalau si Budi sedang sakit, atau ada hal lain yang lebih urgent, ya nggak apa2 dong izin ikut kerja bakti.

Soal apapun tetap bisa memberikan pelatihan kebiasaaan pada siswa dalam menghadapi ujian ataupun masalah

Kalau pilihan ganda ini menurutku cuman cocok untuk anak kuliah ya, karena ulangan harian atau ujiannya kan biasanya pake Open book. Atau ujiannya memang membutuhkan skill menulis dalam prakteknya

Menurutku pilihan ganda gak masalah sih, pandangan saya sebagai guru part time (yang bukan lulusan pendidikan keguruan) ada baiknya setelah melakukan pembelajaran atau ulangan dengan soal pilihan ganda bisa dibahas mana soal yang perlu dibahas.

Artikel ini membuat aku berpikir, tapi ia juga sih. Apakah mungkin hal ini jadi penyebab tdk banyak orang yg mempunyai kebiasaan berpikir kritis?

Soal pilihan ganda adalah cara memantik berpikir kritis, belajar memilih pilihan yang paling tepat. Sedangkan esay melatih otak membentuk atau menciptakan perspektif secara natural tergambarkan dari buah pikir. Keduanya memiliki peran bukan sekadar menjawab soalan.

Aku nggak tau malah kalau statement Maudy Ayunda soal hapus pilihan ganda jadi ramai, tahunya gara-gara nonton Youtube-nya Denny Sumargo, disana Maudy menjelaskan soal ramainya video tersebut. Emang ada-ada aja netizen, ckck. Kalau melihat budaya kita rasanya sulit jika mau dihapus soal pilihan ganda ini ya.

15 Responses