Home / Jendela

Hai Wisatawan: Paspormu Bukan Kartu Bebas Aturan Ya!

Senjahari.com - 29/07/2024

Overtourism

Penulis : Dinda Pranata

Pasti kita semua setuju, kalau Indonesia itu indah nan eksotis. Pantai pasir putih, air laut biru sejernih kristal, dan pemandangan alam yang bikin kita melongo setiap kali melangkah keluar dari hotel. Tapi, tunggu dulu! Di balik semua keindahan itu, ada fenomena yang mulai mengkhawatirkan.

Apaan sih?

Itu lo, Wisatawan yang enggak sopan di negeri kita! Pemberitaannya yang wira-wiri halaman berita dan bikin kita bisa elus-elus dada.

Emang apa masalahnya? Dan kenapa ini mesti kita bahas?

Overtourism: Seperti Semut-Semut yang Mengelilingi Sebutir Gula

Overtourism merupakan sebuah fenomena ketika jumlah wisatawan jauh melampaui kapasitas yang bisa ditangani oleh tempat wisata tersebut. Indonesia—dengan segala pesona destinasinya—tidak luput dari masalah ini. Beberapa destinasi wisata seperti Bali, Yogyakarta, Labuan Bajo, dan beberapa destinaai lainnya mulai merasakan fenomena ini.

Baca juga: Fenomena Virtue Signaling. Apa Itu?

Aku pertama kali melihat fenomena ini sudah sejak SMA, ketika pulang kampung ke Denpasar. Meski saat itu pemberitaan mengenai crowded-nya kota itu tidak se-viral akhir-akhir ini.

Salah satunya yang menyita keprihatinanku adalah pantai Sanur dan Kuta. Tahun 2012 kedua pantai itu masih cukup bersih, meski aku bisa melihat puluhan wisman datang ke tempat itu. Namun ketika empat tahun kemudian aku datang (2016) kembali, kedua pantai itu seperti tak kukenali lagi. Satu sisi pantai Sanur sangat kotor dan cukup sepi. Di sisi satunya pantai Kuta jadi amat ramai dan (juga) kotor. Belum lagi, kota Denpasar juga semakin sesaak dengan kendaraan yang membuat kawasan ini jadi enggak enak buat dikunjungi (lagi).

Lalu bagaimana dengan kota yang lain?

Yogyakarta, dengan warisan budaya dan situs-situs bersejarahnya, juga merasakan dampak overtourism. Misalkan saja saat malam datang, wilayah sekitar Alun-alun Kidul jadi macet dan pagi harinya sampah-sampah menggunung. Belum lagi, wilayah pasar Malioboro sudah mulai terlihat lebih padat dengan kendaraan dan pejalan kaki.

Labuan Bajo, yang terkenal sebagai pintu masuk menuju Taman Nasional Komodo berpotensi mengalami overtourism jika tidak diperhatikan. Bahkan kemarin (25 Juli 2024) kepala TNK mengumumkan akan melakukan buka tutup pintu kawasan konservasi untuk rehat dari aktifitas wisata. Dalam pemberitaan itu tercatat ada 100-200 kapal yang melewati perairan pulau komodo setiap harinya.

Baca juga: Antara Apel, iPhone dan Cinta di Semester Akhir Sekolah

Ah, overtourism kan bisa bawa manfaat juga? Jangan munak deh!

Meski dengan adanya wisatawan asing membawa pundi-pundi emas bagi perekonomian, dampaknya enggak selalu bagus jika tidak kita pikirkan sejak saat ini!

Produk Turunan Akal yang Jadi Masalah

Masalah Overtourism
Ilustrasi Masalah Overtourism
  1. Akal wisatawan yang enggak semuanya kaya mimi peri: Meski para wisatawan ini mendatangkan pundi-pundi, tapi enggak semua worth it untuk kita terima. Kondisi akal wisatawan yang tidak seperti peri ini seringkali menyebabkan masalah untuk warga lokal. Yang ramai terjadi seperti di Bali di mana wisatawan mancanegara ini melanggar protokol saat perayaan nyepi. Lalu, melakukan tindakan asusila di wisata religi dan kekerasan pada warga lokal.
  2. Masalah Sampah: Ini masalah yang sampai sekarang masih belum beres, meski kampanye jangan nyampah sudah wira-wiri di tempat wisata. Semakin banyak wisatawan, semakin banyak sampah terproduksi. Meski itu juga bukan sepenuhnya salah wisatawan asing yang datang, tapi para wisatawan baik itu lokal dan mancanegara ikut menyumbang produksi sampah. Misalkan saja botol kemasan sekali pakai, stereofoam, dan lainnya. Belum lagi ketersediaan tempat sampah yang juga masih belum banyak di beberapa lokasi wisata.
  3. Kerusakan Alam: Fenonema kerusakan alam ini terjadi sebagai akibat dari sebab nomor satu di atas. Enggak semua wisatawan (asing dan lokal) punya jiwa peduli dan sadar akan tempat yang mereka kunjungi. Sudah banyak contoh kasus kerusakan alam yang terjadi akibat kedatangan wisatawan, misalkan saja kerusakan yang terjadi di Taman Nasional Gunung Rinjani, akibat sampah dari pengunjung yang mendaki.
  4. Senggal-senggol wisatawan asing dengan penduduk lokal: Kondisi ini juga merupakan produk turunan dari nomor satu di mana wisatawan yang kurang ‘akal’ selalu ingin menjadi prioritas tanpa mau melihat kondisi orang lain. Hal ini sempat terjadi di Bali yang videonya viral di media sosial, sebut saja seorang turis asing memukul penjaga toko saat meminta pembayaran. Ujung-ujungnya bukan malah asik, malah menciptakan image tak aman di kawasan itu karena senggal-senggol yang terjadi antara pengunjung kan?

Solusi dan Percontohan Negara Kerabat Untuk Masalah Wisatawan

Negara yang Mengendalikan Jumlah Wisatawan
Ilustrasi Negara yang Mengendalikan Jumlah Wisatawan

Kita enggak mungkin ngeluh terus tanpa mau memikirkan solusi kan. Cuma njulidin tanpa kasih solusi juga apa gunanya sih! kita bisa mencontoh banyak negara kok. Misalkan:

  1. Bhutan. Negara ini menerapkan kebijakan High Value, Low Impact dengan menetapkan tarif harian bagi wisatawan sekitar 100 dollar perhari. Tujuannya adalah membatasi jumlah wisatawan dan memastikan bahwa mereka yang datang benar-benar menghargai, juga menjaga lingkungan serta budaya lokal. Funfact-nya adalah wisatawan sangat sulit mengunjungi salah satu negara di Asia ini. Dengan prosedur yang cukup ketat dalam menerima wisatawan, negara ini tetap banyak peminatnya. Misalkan saja, wisatawan yang ingin berkunjung tidak hanya terkena tarif harian tapi juga wajib menggunakan layanan paket dari agen perjalanan lokal, yang mana tarif agen perjalanan ini sudah memiliki standar dari pemerintah Bhutan.
  2. Jepang. Negara ini memberlakukan pembatasan ketat pada tempat-tempat wisata populer dan menerapkan pajak wisatawan yang cukup besar. Salah satunya adalah pendakian Gunung Fuji. Otoritas prefektur Yamanashi meminta pengunjung membayar pajak sebesar 2,000 yen dan hanya membatasi 4000 orang per hari untuk pendakian gunung itu. Selain Gunung Fuji, pemerintah Jepang melalui otoritas prefektur Okinawa membatasi jumlah pengunjung di kawasan itu sebanyak 120,000 per hari demi menjaga kelestarian kucing liar iriomote.

Saran Solusi Untuk Mencegah Overtourism

Dengan contoh-contoh di atas, bukankah Indonesia bisa mencontoh beberapa negara yang sudah menerapkan kebijakan terkait untuk mengatasi overtourism? Misalkan opsi kebijakan berikut:

  1. Pembatasan pengunjung per hari suatu wilayah. Otoritas daerah bisa bekerja sama dengan penyelia layanan travel dan maskapai penerbangan dalam update real time pengunjung harian secara online. Misalkan di Yogyakarta membatasi pengunjung sebanyak satu juta wisatawan per hari, maka ketika wisatawan asing yang akan membeli tiket perjalanan itu pada hari itu akan muncul notifikasi “full”.
  2. Pengenaan pajak pada saat pergi ke tujuan wisata sebesar 20% baik itu di hotel atau di tempat makan. Pajak ini berfungsi agar para turis ini tidak overstay dari jadwal yang seharusnya sehingga mereka juga menjaga etika dalam berwisata.
  3. Untuk pengunjung Taman Nasional atau wisata alam, upayakan untuk memberi bea masuk lima kali lipat dan juga uang jaminan sampah. Uang jaminan sampah ini harus dikelola oleh otoritas yang berwenang dan dikembalikan saat pengunjung menunjukkan bukti sampah yang mereka bawa turun.

Invitasi dan Diskusi

Meskipun para pengunjung asing ini memiliki identitas yang bisa dipertanggungjawabkan. Namun kita mesti Ingat bahwa paspor bahkan visa bukanlah kartu bebas aturan. Ketika kita berkunjung ke negeri orang, kita harus menghormati dan menjaga sikap serta kelestarian tempat tersebut.

Baca juga: Kamu Pintar, Enggak Harus Ikut Industri Joki Akademik! Tapi ....

Adakah dari kalian yang punya pengalaman tak biasa dengan wisatawan asing atau kalian sendiri pernah menjadi wisatawan asing di negeri orang? Kalian bisa berbagi di kolom komentar ya. Eits! Tetap komentar dengan sopan ya, semata-mata agar jejak digital kalian tetap bersih!

Happy Monday!

Source:
https://nationalgeographic.grid.id/read/131838120/overtourism-mengancam-indonesia-apa-sajakah-dampaknya?page=all

https://travel.tribunnews.com/2024/02/03/daftar-25-negara-yang-menerapkan-pajak-buat-wisatawan-yang-berkunjung-overtourism-jadi-alasannya?page=all

https://www.researchgate.net/publication/333478637_Kerusakan_lingkungan_Pariwisata_Di_Taman_Nasioanal_Gunung_Rinjani_Akibat_Pembuangan_Sampah_Sembarangan_Studi_Kasus_Desa_Sembalun_Lombok_Timur_Nusa_Tenggara_Barat

https://greennetwork.id/kabar/peraturan-baru-untuk-atasi-overtourism-di-gunung-fuji/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Kabar tentang perilalu tak baik dari wisatawan memang membuat sedih. Seharusnya mereka menghormati adat istiadat dan hukum yang berlaku. Semoga kejadian ini bisa mendorong pemerintah untuk mengeluarkan regulasi yang memberi solusi bagi dunai pariwisata, masyarakat, dan wisatawan.

Pengen juga punya passport tapi bingung mau buat apa passportnya. Masih menabung buat hal hal yg lain. Tks infonya

Memang peribahasa di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung sangat perlu dilestarikan.
Entah di negara sndiri atau di negara orang lain, adab itu penting bgt dijaga

sebenernya ini ada korelasinya dengan tiket pesawat yang mahal. orang2 jawa akan semakin banyak berkutat di jawa juga. Ini bikin situasi gak imbang dan overcrowded.

Eka Fitriani larasati

pernah ngalamin overtourism juga di Bandung, biasa kan ya lembang lah dan ciwidey. banyaknya emang turis lokal, hihihi. tapi tetep gak nyaman juga kalo over pengunjung begitu. cuman gak sampai nemu yang sampa nimpuk pengaja juga. tapi setuju untuk kawasan lindung memberlakukan pajang dan tiket yang lebih mahal

Nurrahmah Widya

Terlepas dari dampak positif kunjungan turis thd ekonomi, ternyata menyimpan masalah pelik juga yaa. Apalagi banyak berita yg menunjukkan kelakuan turis yg kurang adab, ckck. Mungkin emg butuh rules khusus untuk mengendalikan masalah ini agar lebih terkendali dari semua lini ya 🙂

Setuju banget nih sama tulisan di blog ini. Apalagi belakangan kita juga sering mendengar berita tentang bagaimana di Bali itu para turis itu sangat berlaku seenaknya. Semoga aja kedepannya pemerintah lebih bisa memperhatikan terkait wisata-wisata di Indonesia ini.

Annisa Khairiyyah Rahmi

Nah keren tuh Bhutan. Pemerintah dan pelaku wisatanya bekerja sama, diatur pula tarifnya. Kalau di Jogja ya pada jalan jalan sendiri, aturannya juga nggak ketat kan di negara kita ini. Jadi turis memang rawan berlaku seenaknya. Diperparah lagi dengan masyarakat kita yang overproud sama bule. Selesailahh sudah

Dirmanian.web.id

Satu sisi senang dan membaganggakan jika daerah kita menjadi salah satu tujuan wisata favorit yah.. tapi di sisi lain memang harus ada semacam regulasi yang jelas agar tetap bisa selaras dan sepadan dengan apa yang disebut dengan kebijakan dan kebiasaan lokal dan…. harus dihormati juga.

Seperti perlu edukasi dan sosialisasi juga kepada wisatawan yang akan berkunjung ke suatu tempat, biar bisa lebih tertib dan paham dengan aturan di tempat yang dia kunjungi

Wkwkwk produk turunan akal
Aku bolak balik sampe ngejungkel hihi
Bener banget overtourism kalo ga dilakukan sistem sama pemerintah bakalan menimbulkan banyak dampak negatif

Banyak banget ya pekerjaan rumah negeri ini.
Entah pr yg mana yg sudah kelar dikerjakan.
Di daerah tempatku tinggal sini jg ada wisata pantai.
Dulu, sebelum banyak dikunjungi orang Krn belum bnyak yg tahu juga, areanya bersih, tenang, dan cantik. Setelah dikunjungi banyak orang, jadi kotor, sampah dimana-mana, dan nggak menghadirkan tenang lagi. Bisa nggak ya, destinasi wisata itu tetap bersih, dan terjaga dengan baik meskipun dikunjungi banyak orang?

Sekarang sudah over toourism? Waduh! Jadi buah simalakama ya kak. Kurang wisman jadi kurang pemasukan, tapi kebanyakan juga jadi masalah

setidaknya jika berkunjung ke daerah lain pengunjung atau wisatawan seyogyanya turut menjaga kebersihan area dan mengikuti aturan yang berlaku di area tersebut.
Saya sendiripun berusaha melakukannya jika berkunjung daerah baru

Overtourism ini yang bikin tempat wisata jadi kurang menarik lagi. Pengennya wisata kan melihat dan menikmati keindahan alam, bukan melihat lautan manusia yaa.

Wah, informatif mbak
Aku baru tahu tentang overtourism ini
Memang mengganggu ya, klo turis malah berbuat seenaknya

overtourism ini ternyata ada kelebihan dan kekurangannya ya. emang mau di mana pun harus punya tanggung jawab sama diri sendiri sih, minimal buat gak buang sampah sembarangan

Betul sekali, kadang turis pikir karena dengan mudahnya masuk negara kita karena ada passport, dia jadi bebas lakukan apapun. Padahal tetap ada aturan yang berlaku, dan harus dituruti.

18 Responses