Penulis : Dinda Pranata
“Cepet dong, Mbak! Lama banget nih!” seru seorang ibu dengan suara meninggi, wajahnya mengeras seperti roti tawar yang terlalu lama di panggang. Aku mengintip di sela bahunya, memperhatikan mbak kasir yang tampak gelisah, jemarinya gemetar saat merapikan struk. Dalam sekejap, seorang wanita berseragam hijau muncul, tersenyum sambil meminta maaf dan membantu si kasir menuntaskan transaksi. Matanya penuh ketenangan, seperti tahu persis cara menenangkan badai kecil di antrean ini.
Esoknya, saat aku kembali, mataku tertumbuk pada tulisan kecil di dinding kasir—ringkas, namun cukup untuk membuat dadaku mengencang.
Mohon Maaf Ada Disabilitas, Mohon Pengertiannya
Tulisan sederhana “mohon maaf ada disabilitas, mohon pengertiannya” terpampang jelas di dinding Tani Market. Sejenak, aku memandanginya lebih lama dari seharusnya, sampai seorang bapak-bapak menyentuk pundakku memberi isyarat untuk membayar di kasir.
“Ini saja?” tanya kasir berhijab dengan tag nama yang mengantung di lehernya. Aku hanya mengangguk saja.
“Oh iya,” sapaku membuka obrolan, “mengapa ada tulisan itu di sana?” tanyaku pada kasir wanita kukenal kemudian sebagai Mbak Novi.
Baca juga: Stigma Kusta: Cermin Buta dalam Nista dan Kusta
“Oh itu, biar pelanggan yang terburu-buru bisa mengantri di kasir lain,” jawabnya ramah sembari menghitung belanjaanku. Aku mengangguk pelan dan memahami maksud tersirat di balik senyum pegawai itu.
Jawabannya klise? Mungkin. Tapi aku tahu, maksudnya dalam. Karena aku juga pernah berdiri di balik meja kasir, di toko suvenir sebuah Museum di Surabaya. Aku paham betul bagaimana kata-kata sederhana bisa menyelamatkan banyak hati dari rasa tersinggung—baik pelanggan maupun pegawai.
Inilah yang membuat Tani Market yang sekaligus agen BRILink berbeda dengan swalayan yang pernah kudatangi di kota Malang. Swalayan yang berlokasi di kecamatan Arjowinangun kota Malang ini menerima pegawai magang disabilitas dengan beragam kemampuan. Mereka akan mendapatkan bimbingan dan kesempatan bekerja melalui konsep job carving—sebuah konsep yang memungkinkan pekerjaan disesuaikan dengan kemampuan para penyandang disabilitas. Hasilnya? Efisien, manusiawi, dan tentu bermanfaat terhadap kemampuan per individu dari penyandang disabilitas itu.
Sembari menunggu belanjaanku selesai dihitung, aku melihat seorang pemuda teman disabilitas dengan seriusnya di jajaran sayuran segar, sedang merapikan sayuran-sayuran sesuai namanya. Seorang pemuda berambut cepak dengan tempo yang pelan, berada di belakang meja kasir nomor dua bersama dengan seorang wanita paruh baya yang mendampingi si pemuda, mendata stok barang yang baru tiba. Pemuda-pemuda itu telah melewati serangkaian pelatihan intensif selama kurang lebih satu sampai dua bulan. Mulai dari mengenal produk hingga melayani pelanggan dengan senyum yang tulus.
Lamunanku kemudian beralih ketika Mbak Novi bertanya padaku bagaimana aku ingin membayar belanjaanku.
Baca juga: Di-Reject Gebetan sampai di-Respect Media Besar. Asus ExpertBook Bikin Eksper Segala Rasa
Bukan Hanya Sayur yang Tertata, Tapi Juga Harapan Teman Disabilitas yang Terjaga
Setelah memindai kode QRIS di mesin EDC BRI, aku menunggu struk belanjaan keluar dari printer. Suara printer yang berdetak pelan bercampur dengan hiruk-pikuk swalayan. Di sudut ruangan, seorang pemuda dengan kemeja hijau tampak ragu-ragu, melayani seorang pelanggan wanita berkacamata. Jemarinya memintal ujung kemejanya, seolah mencari pegangan. Meski wajahnya sedikit tegang, ia tetap tersenyum ketika mengantar wanita itu ke rak bahan-bahan kue. Ada ketulusan di sana, sederhana namun hangat.
“Ini struknya,” suara Mbak Novi memecah lamunanku. Ia menyerahkan dua lembar: satu struk belanjaan, satu lagi bukti pembayaran dengan logo BRI yang terasa familiar di tanganku. Aku tersenyum, mengucapkan terima kasih, lalu bersiap membawa belanjaan yang mulai menumpuk.
Belum sempat aku mengangkatnya, seorang pemuda dari meja kasir kedua sudah melangkah ke arahku. “Biar saya bantu,” katanya bersemangat. Suaranya ramah, penuh energi, meski ada sesuatu di matanya yang membuatku tertegun—sorot yang tidak sepenuhnya fokus, namun penuh kehangatan. Aku baru menyadari, pemuda itu adalah salah satu siswa dari sekolah menengah luar biasa. Dia penderita autisme.
Di Tani Market bukan hanya sayur, buah dan dagangan saja yang tertata, tapi juga harapan teman disabilitas yang ikut terjaga. Inklusivitas bukan sekadar slogan, melainkan napas yang menghidupi swalayan ini. Setiap pegawai magang disabilitas mendapat peran sesuai kemampuan mereka.
Ada sabar dan teratur tapi mudah gugup akan mendapat tugas merapikan sayuran, menghitung stok barang di gudang. Sementara mereka yang tangkas dan lebih mampu menghadapi pelanggan akan lebih banyak membantu di belakang kasir dan hingga melayani pelanggan. Konsep job carving di sini memberikan ruang bagi mereka untuk tumbuh, bukan sekadar memenuhi kewajiban bekerja.
Baca juga: Sensasi Liburan Ala Keluarga Kerajaan di Raja Ampat Bersama Teman Hidup Traveloka
Seperti yang pernah dikatakan Bu Okta, salah satu pelanggan setia dan juga kenalanku, “swalayan ini berbeda.” Ia tersenyum bangga, seolah memberi isyarat bahwa Tani Market telah membawa angin perubahan. Namun bagiku, kata berbeda dari Bu Okta terasa lebih dari sekedar kata berani beda. “Mungkinkah ada yang lain?” gumamku lirih. Aku membalikkan badan ke arah pintu masuk swalayan, memandangi para pelanggan yang masuk, sebelum aku melangkah menuju parkiran motor.
Kolaborasi Inklusi Keuangan yang Lebih dari Sekedar Berani
Sepanjang perjalanan menuju rumah selepas belanja di hari itu, aku tersadar bahwa menjadi berbeda seperti program inklusi di Tani Market bukan hanya sekedar berani tampil beda, tapi merupakan bentuk kolaborasi yang kokoh antara mitra BRI dengan Bank BRI.
BRIlink adalah lebih dari sekadar alat transaksi. Di Tani Market, ia menjelma menjadi fondasi kokoh yang memungkinkan program inklusif seperti job carving berjalan mulus. Dengan akses yang mudah ke layanan keuangan, Tani Market dapat menggaji pegawai magang disabilitas tepat waktu, mengelola stok barang dengan efisien, dan tetap menjaga roda usaha tetap berputar. Tidak ada ketimpangan di sini—hanya semangat yang setara dan kesempatan yang terus tumbuh.
Aku teringat pemuda autis yang membantu membawa belanjaanku. Sebelumnya, mungkin ia dipandang sebelah mata. Namun, berkat BRIlink yang mendukung Tani Market, ia kini menjadi bagian penting dari bisnis ini. Keberadaannya membuktikan bahwa layanan keuangan inklusif tidak hanya membantu usaha bertahan, tetapi juga memberi harapan baru bagi mereka yang sering terlupakan.
Pada sebuah kesempatan, aku teringat sebuah berita dalam detik finance (28/11/2024) yang mana Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menjelaskan bahwa program kemitraan UMi dan AgenBRILink adalah bentuk komitmen BRI untuk mendukung inklusi keuangan. Kemudian sebaran AgenBRILink harapannya bisa mengedukasi masyarakat akan layanan perbankan serta dapat memaksimalkan kesempatan bisnis dan membuka usaha. Hingga akhir September 2024, BRI tercatat memiliki lebih dari 1,02 juta AgenBRILink di lebih dari 62 ribu desa di seluruh Indonesia. Dari Januari hingga September 2024, para AgenBRILink berhasil mencatatkan total transaksi sebesar Rp 1.170 triliun.
Baca juga: Selimut Polusi dan Populasi: Realita Pahit Kelahiran Manusia di Bumi
Ketika sepeda motorku tiba di depan pintu gerbang, sebuah refleksi hadir bersamaan denganku yang membuka pintu tersebut.
Refleksi Terbuka Tentang Layanan Inklusif dan Inklusi Keuangan
Senyumku merekah ketika kumulai masuk ke dalam rumah, teringat para pemuda teman disabilitas dengan senyum gugup namun penuh semangat, di mana aku memahami bahwa job carving disabilitas bukan sekadar membagi tugas. Konsep itu adalah seni memberi ruang, kesempatan, dan martabat bagi teman disabilitas.
Di balik kesederhanaan swalayan itu, ada kekuatan besar yang menopangnya roda ekonomi mereka berputar: kolaborasi antara Tani Market dan BRI melalui BRIlink. Kolaborasi ini bukan hanya menyoal transaksi keuangan, tetapi juga membangun jembatan bagi mereka yang sering kali dianggap berbeda. Setiap gaji yang dibayarkan tepat waktu, setiap transaksi penjualan yang tercatat rapi, adalah bukti nyata bahwa inklusi keuangan bisa menjadi motor penggerak perubahan sosial yang sebenarnya.
Aku menyadari, keberagaman bukanlah beban, melainkan potensi yang luar biasa. Setiap keterbatasan bisa berubah menjadi kekuatan, asal mendapat kesempatan. Mari terus memperjuangkan inklusivitas, tidak hanya di tempat kerja, tetapi di setiap sudut kehidupan termasuk inklusi keuangan. Sebab, di sanalah keajaiban sebenarnya terjadi—dalam keberagaman yang disatukan oleh kesetaraan dan harapan.
Comment
Sangat mengapresiasi inisiatif Tani Market yang membuka peluang bagi penyandang disabilitas melalui program inklusi keuangan dan job carving. Ini adalah langkah nyata dalam mewujudkan kesetaraan dan memberikan kesempatan bagi semua orang untuk berkontribusi.
Begini memang seharusnya, keberagaman apapun, kondisi, ekonomi dan hal lain sejenis seharunya memang menjadi jalan dan modal untuk terus tetap bisa ada dan berkarya.
Inspiring content, mbak!
terharu sekali membacanya, saat ini akses ke keuangan semakin membaik ya di Indonesia dapat diakses oleh siapapun. Ngomongin soal Tani Market pastinya kehadirannya sangat memberikan inspirasi banyak orang, sehingga para disabilitas mempunyai kesempatan yang sama dengan orang pada umumnya ketika bekerja, semoga makin banyak lagi swalayan seperti Tani Market yang memperkerjakan para disabilitas
Setuju, setiap keterbatasan bisa berubah menjadi kekuatan, asal mendapat kesempatan. Salut dengan Tani Market yang memberi ruang, kesempatan, dan martabat bagi teman disabilitas. Semoga banyak tempat lainnya yang bisa seperti Tani Market, ya …
Sangat keren konsep swalayan sayurnya. Samgat perlu didukung dan diberi apresiasi. BTW sukses dengan artikelnya ya, Mbak.
Selalu takju dan kagum saat ada perusahaan yang sangat memperhatikan teman disabilitas untuk tetap berkarya serta berdaya.
Sangat menyentuh hati sekali bagaimana para teman disabilitas berusaha dan berjuang untuk bisa berdiri diatas kakinya sendiri melalui bekerja. Semoga saja program seperti ini terus digaungkan di semua lini ya. Sangat membantu teman disabilitas sekali pastinya.
salut buat Tani Mart dan kolaborasi BRILink yang bisa menggandeng Teman disabilitas untuk tetap berdaya melayani pengunjung dengan baik dan begitu sabar.
semoga makin banyak bidang usaha yang memberikan kesempatan yang sama pada Teman disabilitas ya
Turut senang ketika ada teman-teman disabilitas yang diikutsertakan dalam suatu lembaga atau usaha. Mereka yang spesial tersebut akhirnya “dianggap” dan mendapat tempat di masyarakat. Keren banget Tani Market!
MasyaAllah. Coba Tani Market ada juga di dekat rumah. Kayaknya saya bakal seneng belanja di sana. Terharu banget karena memberdayakan para disabilitas.
Semoga makin banyak pihak yang meneladani kolaborasi antara Tani Market dan BRI melalui BRIlink ini terutama dalam memberi ruang, kesempatan, dan martabat bagi teman disabilitas.
Btw, jadi pengin belanja ke Tani Market ..seger” euy produknya. Apakah buka juga di kota lainnya ya?
Keren ya skrg teknologi tepat guna mmg penting bgt. Sampai merambah dibidang pertanian. Salut bgt!
11 Responses