Home / Koridor

Satu Kotak Harapan, Isinya Kejutan yang Tak Diharapkan

Senjahari.com - 30/12/2024

April Mop

Penulis : Dinda Pranata

“GILA!!!” pekik Gusti yang terperanjat dari kursi kerjanya setelah membuka sebuah kotak. Sementara itu teman-temannya tertawa terbahak-bahak di belakangnya.

Santoso dengan langkah santai mendekati Gusti yang melongo melihat kotak kejutan itu. “April Mop, Gus!” katanya sambil menahan tawa melihat ekspresi terkejut Gusti.

“Astaga!” sahut Gusti lagi, “kenapa sih setiap tanggal satu april, kalian ngerjain aku. Emang nggak ada yang lain?” gumamnya setentah kesal.

Santoso yang terkenal punya wawasan luas di kantornya itu, menepuk bahu Gusti. “Karena ekspresimu lebih menghibur teman-teman saat semua pada stress audit minggu ini. Selain itu ….,” Santoso menghentikan kalimatnya, berusaha mengingat sesuatu.

Cutinya Logika dan Waktu Shift Bagi Keisengan

Santoso masih bisa melihat ekspresi kesal dari Gusti. “Selain itu tradisi april mop ini sudah ada sejak manusia modern belum ada. Kita mengadopsinya,” jawab Santoso.

Baca juga: Berkenalan dengan Budaya Lapita. Budaya di Kepulauan Oceania.

“Budaya kita kan beda! Kenapa juga harus adopsi tradisi prank model begini? Apalagi buat satu hari doang!” gerutu Gusti, ia menutup kotak kejutan itu dan meletakkan di meja pria tiga puluh tahun, yang ada di sebelahnya.

Santoso mulai bercerita tentang sejarah april mop yang menjadi sebuah perayaan di masa Romawi untuk menghormati ibu dari para dewa Cybelle. “Dalam perayaan itu, Gus,” Santoso melanjutkan, “orang-orang romawi itu mengadakan pesta, berbagai macam festival untuk menyambut musim semi di kalender Julian. Menariknya untuk menghibur orang-orang dalam perayaan itu mereka menceritakan berbagai lelucon.”

“Lho, kok kalender Julian? Bukannya yang dipakai kalender Gregorian?” tanya Gusti, ekspresi kesalnya berubah menjadi rasa ingin tahu.

“Eh, kau belum tahu ya?” seru Santoso balik, “sebelum Romawi menggunakan kalender Gregorian di abad ke-16, mereka lebih dulu menggunakan kalender Julian yang dibuat oleh Julius Caesar,” jelasnya lagi.

“Berarti setiap negara di dunia ini merayakan April Mop ini ya?” mata Gusti tertuju pada mata Santoso yang hitam dan bening. Namun, mata pria itu sedikit lebih sayu daripada sorot matanya di awal tadi.

Baca juga: Tradisi Nyopuh, Saat Madu Menyatukan Suku.

Bersamaan dengan tawa yang sudah mereda dari kantornya, Santoso mendesah, “tiap negara punya nama tersendiri bagi hari di mana logika cuti dan waktu shift bagi keisengan ini,” jawabnya. Gusti terdiam sejenak. “bahkan untuk tengat waktunya pun ditentukan. Meski lucu ada sisi kelam dari cerita-cerita dari sejarah april mop ini,” lanjutnya.

Sejarah April Mop dan Baper Berkepanjangan

April Mop dan Keisengan

Gusti menyipitkan mata, alisnya ikut berkerut ketika mendengar Santoso mengatakan sisi kelam dari april mop ini. “Terus sejak kapan sih Indonesia ini ikut-ikutan tren april mop?” tanya Gusti pada akhirnya, “kalau untuk senang-senang, kenapa sampai ada sisi kelamnya?’

Santoso tersenyum simpul, “tidak ada yang tahu sejak kapan tradisi ini masuk ke Indonesia. Namun kalau kita lihat asal katanya mop, itu berasal dari bahasa Belanda,” jawab pria berusia tiga puluhan itu. Gusti mengangguk pelan. “Ada yang bilang bahwa April Mop ini masuk ke Indonesia ketika Belanda datang ke negara ini. Kalau kita lihat abad terselenggaranya rasanya dan asal katanya, rasanya memang masuk akal,” jawab Santoso.

“Tapi ‘kan ini cuma lelucon, kok sampai bikin baper berkepanjangan alias bikin cerita-cerita seram?” tanyanya lagi.

“Ada rentetan kejadian yang tidak diharapkan terjadi pada tanggal 1 April ini.” Santoso mencoba mengingat-ingat bahan bacaan yang ia baca dari rak memorinya. “Salah satunya itu Tsunami di Kepulauan Aleutian di Alaska yang terjadi tepat tanggal 1 April 1946. Ketika peringatan tsunami itu keluar, warga di sekitar Kepulauan Aleutian dan Hawaii menganggap peringatan ini hoax atau bohong,” lanjutnya.

Baca juga: Ketika Iman Kristiani Diuji, Bagaimana Menghadapi?

Kemudian Santoso menjelaskan dampak dari Tsunami di Kepulauan Aleutian tersebut yang hampir mencapai ratusan jiwa dan beberapa contoh dampak dari april mop itu.

Gusti tersenyum simpul, “aku rasa ada hal yang tak kita sadari dari peringatan april mop ini ya?” katanya.

Invitasi dan Diskusi

Santoso dan Gusti saling memandang, seolah sedang mencerna pikiran masing-masing. “Apakah yang kau pikirkan dengan yang kupikirkan sama?” tanya Santoso.

“Aku berfikir kalau hoax dan prank-prank yang kita temui di media sosial, adalah salah satu dampak dari april mop ini,” kata Gusti.

“Aku juga berpikiran begitu,” jawab Santoso. “Kalau kita tarik garisnya, bisa jadi ini adalah hal yang tak kita sadari ya, Gus,” katanya lagi. Mereka berdua mengangguk.

Baca juga: Tawur Kesanga 2023: Boneka Buto dan Dentingan Lonceng di Kota Malang

meski sejarah april mop ini bermaksud sebagai perayaan dan hiburan, namun pada akhirnya bergeser jadi malapetaka jika kebablasan, batin Gusti.

Tak lama kemudian mereka mengakhiri percakapan di tanggal satu april itu. Meski mereka mengawali dengan keisengan, namun Gusti tahu percakapan ini tidak berakhir hanya dengan isapan jempol belaka.

Source :
https://www.britannica.com/topic/April-Fools-Day
https://www.history.com/this-day-in-history/april-fools-tradition-popularized
http://time.com/4276140/april-fools-day-history/
https://curiosity.com/topics/april-fools-day-may-have-originated-from-an-out-of-date-calendar-curiosity/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment