Siapa yang sering bilang bahwa hidup itu datar dan membosankan? Ayo, ngaku saja deh! Tuh, ada yang mau angkat tangan tapi masih malu-malu.
Meskipun tak sedikit orang yang merasa hidup itu datar, bagaimana kalau kita sedikit merubah perspektif kita. Utamanya bagaimana mengubah cerita pilu menjadi cerita yang bisa kita tertawakan.
Ini salah satu kisah yang mau aku ceritakan dan mungkin dari kalian pernah mengalami kesamaan terkait dengan kisah ini. Kisah ini berangkat dari pengalamanku di-reject gebetan karena alasan yang terbilang cukup receh.
“Memang ada ya alasan gebetan menolakmu karena alasan receh? Enggak mungkin lah?”
Ceritanya sih cukup menggelitik. Aku berkenalan dengan seorang pria ketika aku bekerja sebagai guide di sebuah museum. Dia tampan, bertubuh tinggi dan menurutku cukup manly. Poin plusnya dia pandai memasak, karena gebetanku ini seorang chef di sebuah hotel berbintang di Bali.
Tidak ada yang menyangka, baik itu teman atau pun diriku bahwa kami bisa menjadi kawan mesra cukup lama. Apalagi Rendra—nama samaran gebetanku—kagum dengan wanita yang anggun bak artis Korea Son Ye Jin, yang sosoknya bak langit dan bumi denganku. Namun satu kata yang menyatukan kami adalah kami doyan makan.
Sampai di dua belas bulan perjalanan kami, di tengah keraguan untuk menyatakan cinta, aku memberanikan diri untuk bilang dengan ciri khas petakilan-ku, “hei, Rendra! Aku mau dong jadi wanitamu.” Tidak kusangka, dari kata-kata itu memunculkan serangkaian perdebatan rumit dan diakhiri dengan sebuah kata, “kamu harusnya malu untuk menyatakan cinta ke laki-laki dulu.”
Baru saat itu aku paham bahwa, ia anti sekali dengan wanita yang menyatakan cinta dulu pada pria. Pengalaman di-reject gebetan apalagi ditambah dengan cap wanita agresif membuatku menyadari sesuatu. Penolakan cinta ini akan membawaku pada sebuah pelajaran seni yang kompleks tentang patah hati.
Untuk berhasil ke taraf benar-benar “well, never mind!”, aku butuh pihak yang eksper untuk bidang eksplorasi perasaan.
Apa maksudmu ke psikolog gitu?
Ketika melewati fase-fase alami dari sebuah penolakan kita butuh pengalih perhatian melalui ragam aktifitas. Bisa membaca, menulis, menggambar atau berolahraga. Namun menariknya aku memilih bermain laptop sambil melakukan semua aktifitas itu. Salah satu teman yang setia untuk segudang aktifitas itu adalah Asus ExpertBook P2451FB-EK7810T.
Apa coba hubungan kasus patah hati sama Asus ExpertBook?
Dalam fase baru saja di-reject, aku harus masuk ke dalam berbagai fase. Ada penyangkalan bahwa penolakan itu terjadi pasti karena kesalahpahaman. Belum lagi sering kali aku marah tak terima karena alasannya yang receh. Kadang pula masih nangis-nangis bombay menyesali keputusan nembak si do’i duluan. Namun semua itu aku lampiaskan lewat ragam aktifitas bersama Asus ExpertBook P2451FB-EK7810T.
Menariknya salah satu ragam aktifitas dengan Asus ExpertBook P2451FB-EK7810T ini membantuku menemukan cara terbaik dalam mengolah rasa. Hingga akhirnya nih membuahkan apresiasi dari media massa besar. Kok bisa?
Semua emosi yang kurasakan paska penolakan itu tumpah ruah pada karya tulis dan melahirkan beberapa karya. Semua karya itu akhirnya kukirim ke salah satu ke media massa besar dan beberapa lainnya ke penerbit indie kuikutkan dalam proyek antologi.
Sampai di sebuah makan siang, aku mendapat e-mail beruntun bahwa karyaku mendapat apresiasi dari media massa besar. Tambahannya semua cerpen emosional yang setengah hiperbola, masuk dalam tiga proyek antologi.
Berangkat dari di-reject gebetan, aku menyadari bahwa untuk menjadi keren setelah ditolak, hanya perlu menjadi sosok yang dihindari gebetanku. Itu tidak akan mungkin terjadi tanpa Asus ExpertBook, yang sudah membuat salah satu penggunanya jadi eksper mengolah rasa.
Mau marah sampai wajah merah, mau nangis sambil meringis atau mau ketawa-ketawa sambil salto, Asus ExpertBook enggak bakal njulid penggunanya lebay!
Asus ExpertBook P2451FB-EK7810T ini masuk dalam salah satu laptop bisnis terbaik di kalangan orang-orang berjas dan bersepatu pantofel. Coba deh bayangin betapa berkelasnya pengguna, ketika menyalakan laptop, terus si laptop ada sidik jarinya? Penggunanya jadi terkesan seperti orang intelek yang masuk laptop hanya dengan satu jari.
Kerennya lagi, sistem keamanan dari laptop bisnis ini enggak main-main. Kita merasakan sensasi jadi James Bond karena Asus ExpertBook sudah membekali diri dengan Webcam Privacy Shield. Privacy Shield ini ada di kamera laptop yang tugasnya menjaga privasi pengguna saat bekerja di mana saja.
Keunggulan yang membuatku percaya memilih dia adalah proformanya yang gesit. Laptop ini memiliki RAM-nya yang besar dan bisa di-upgrade. Belum lagi tambahannya, si dia sudah ditenagai prosesor Intel Core i7-10210U dengan kecepatan standar 1,8GHz yang buat proformanya secepat kilat.
Contohnya nih untuk membuat video promosi cerita, ilustrasi menggunakan canva, mendengarkan musik, berselancar di internet sampai menggunakan office bawaan dari laptop ini.
Enaknya lagi tuts keyboard-nya juga luas, jadi enggak bikin jari kepeleset kalau mau ngetik. Secara proforma dia enggak bikin emosi jiwa dan buat aku lebih eksper dalam manajemen waktu serta pekerjaan.
Salah satu fitur keren lain dari Asus ExpertBook tipe ini adalah daya tahan baterainya yang luar biasa. Kalau sudah berurusan dengan internet, youtube, belum lagi rendering ilustrasi/video dan membuat laporan sering kali menyerap daya baterai laptop. Ini berbeda dengan laptop Asus ExpertBook tipe ini, yang masih bisa tahan lima sampai enam jam ketika aku sudah melakukan proses multitasking.
Asus ExpertBook P2451FB-EK7810T menampilkan prosesor yang gesit, hingga pekerjaan yang tadinya seperti berat seperti mengangkat gajah dengan satu tangan, sekarang jadi seperti membawa kapas dengan ujung jari. Lalu, sistem keamanan yang enggak kalah dari satpam keliling kompleks membuat pengguna nyaman beraktifitas secara bebas. Tambahannya, daya tahan baterai yang enggak ngambekan kalau sedang kerja, buat penggunanya jadi lebih eksper dalam kegiatan sehari-hari.
Kabar baiknya nih, laptop buatan Asus terbaru saat ini punya fitur yang semakin badass. Laptop ASUS hadir dengan dilengkapi Windows 11 Home. Ketika pekerjaan menumpuk, laptop ASUS dengan Windows 11 siap membantu Anda menyelesaikannya. Laptop ASUS dengan Windows 11 yang lebih nyaman di mata, memungkinkan Anda mengekspresikan diri dan cara kerja terbaik Anda. Dan tidak hanya Windows 11 asli, tersedia juga genuine Microsoft Office 2021 untuk menunjang aktivitas Anda sepanjang hari.
Sebagai epilog cerita nih, Beberapa bulan setelah menjadi eksper dalam dunia tulis dan perkontenan, si Rendra menelepon dong! Si do’i tiba-tiba nyeletuk, “Eh, apa masih ada slot kosong di hatimu buat aku?” Hmm … Kalau sudah begini enaknya diapain ya, Gengs?
Ada yang punya pengalaman menarik dengan laptop kesayanganmu? Atau punya cerita yang tak biasa dalam mendapatkan laptop impian? Bisa kok berbagi di kolom komentar.
Eits! Komentarnya yang bijak ya, ini semata-mata agar kamu punya jejak digital yang baik.
Happy Sunday!
View Comments
Salah satu ngebalas ke orang yang menolak kita tu jadi makin produktif n makin baik ya, untung ketemu Expert book ini bisa jadi teman setia aktivitas produktif
Bener mas ... :D
Ealah hahahaha ... saya malah salah fokus pada paragraf-paragraf opening nya. Duh, Rendraaa.
Inikah yang namanya galau mrlow jadi cuan? Keren, keren.
Selamat ya, buat karyanya dan ASUS-nya.
Jadi pengen njulid Rendra ya mbak ... :D
Thank you kak, sudah mampir. :)
Kalau aku sih tertarik sama cerita Asus-nya :-D. Sampai saat ini masih ngebet pengen Asus ROG. Biar desain makin sat-set.
Bener mas, itu Asus ROG juga nggak kalah badass lo! Semangat nabung yuk! :D
Saya baru pertama kali membaca artikel soft selling dengan bridging seperti itu hehehe. Memang ya untuk menunjang kebutuhan di era digital pasti memerlukan perangkat yang piawai.
Di samping itu, yang tak luput dari sorotan saya adalah penggunaan kata 'eksper' yang dalam beberapa posisi kurang pas. :)
Terima kasih mas buat masukannya, dan terima kasih sudah berkunjung kemari. :D
Ternyata banyak sekali hubungan gebetan dg Asus Expertbook 😍😍
Hati-hari jangan dibanting entar pecah...
Emang dg segala fitur yang tersemat didalamnya
Laptopnya masuk kategori ringan bgt nih, dan punya prosesor yg cukup mumpuni utk perangkat pekerjaan kita..
Laptop asus memang juara.. aku pakai asus vivobook 14 dari tahun 2019 ngga pernah ada kendala apa2.. layanan aftersales-nya juga keren, kalo ada masalah karena salah dalam handling (bukan kerusakan pada hardwares), mereka bilang dengan jujur dan ngasih saran.. asus emang rekomended sih 😊 mungkin suatu saat yang jenis ini bisa jadi bahan pertimbangan aku buat dipilih juga..
Asus tuh udah jadi merk laptop favorit aku loh Kak. Dari dulu sampai sekarang puas pakai Asus, nah mungkin kedepannya mau cobain Asus Expertbook P4251FB ini deh soalnya banyak banget keunggulan yang diberikan. Laptop asus di rumahku juga belum pake finger print, kayaknya keren ya kalau beralih ke yang terbaru yang udah ada finger printnya. Hehe
Iya lo, aku pertama kali pakai fingerprint udah berasa jadi orang gimana gitu. Sampai waktu di toko dikira orang udik saking exitednya. LoL .. :D
Itulah penulis ya ... kisah yang bikin meringis atau menangis, dalam kreativitasnya bisa menjadi tulisan yang bahkan kemudian bisa dibanggakan. Expertbook memang luar biasa dalam mendukung seorang penulis demikian :)
Bener mbak. Penulis itu memang sesuatu ya, kadang di saat emosi bisa jadi karya. Tapi setelah emosi reda, dibaca lagi karyanya buat editing. Hasilnya kadang-kadang bisa bikin ketawa.. :D
Wah keren—two thumbs up—aku suka ceritanya, aku suka Asus-nya. Anw, maaf ya, mungkin dirimu terlalu lugas saat bilang ke Rendra bahwa dirimu mau jadi wanitanya. Waktu pacarku dulu (sekarang sdh jadi istriku) meminta kejelasan dari perilaku aku yg penuh perhatian pada dirinya, aku tdk merasa tidak nyaman, malah aku suka. Jadi saran untuk cewe yg menjalani TTM, gpp tanya kejelasan kpd laki2nya, misal, istriku dulu tanya ke aku gini, "ini kamu sering telepon, kasih perhatian, ini maksudnya apa ya?" Nah, kalau laki2nya serius, dia pasti akan ajak kamu bicara baik2, dan kemungkinan besar kalian akan jadian. :)
Hahaha, bisa jadi ya kak. Dulu memang aku tipe orang yang suka ketegasan sih, secara satu tahun itu juga bukan waktu yang sebentar dalam ttm ya. Dan bersyukurnya sekarang bisa ketemu partner yang sefrekuensi dan bisa pemahami satu sama lain. :D