Beberapa hari yang lalu, aku sedikit terenyuh melihat anak-anak usia kurang lebih 13 tahunan, merokok di salah satu lapangan bermain. Mereka tampak asik merokok tidak peduli beberapa anak sedang memandanginya dengan keheranan. Jika anak-anak yang menonton itu tidak diawasi orang tua dan atau sering melihat teman di usia muda sudah merokok, bukan tidak mungkin mereka bisa mencontoh itu kan.
Di Indonesia dan mungkin di banyak negara, perokok tidak hanya berasal dari orang dewasa, tapi juga anak-anak di bawah umur. Bahkan menurut Data Kementerian Kesehatan, di Indonesia jumlah kasus perokok anak terus naik setiap tahunnya.
Pada 2013 perokok anak mencapai 7,20%, kemudian naik menjadi 8,80% tahun 2016, 9,10% tahun 2018, 10,70% tahun 2019. Jika tidak dikendalikan, jumlah perokok anak akan meningkat hingga 16% di tahun 2030.
Apakah sebab anak-anak menjadi perokok anak?
Ada banyak sekali alasan mengapa anak-anak bisa merokok di usia muda. Mulai dari lingkungan keluarga yang memberi contoh merokok pada anak-anak, tingkat pendidikan orang tua hingga tingat pendapatan keluarga. Sebenarnya kalau dipikir kembali itu semua adalah alasan turunan.
Mari kita pikirkan analogi berikut:
Kondisi di atas ini seperti lingkaran yang terus berputar di seputar faktor yang itu-itu saja. Masalah yang utama dari perokok adalah rokok itu sendiri. Akarnya adalah bagaimana memutus rantai rokok di Indonesia alih-alih hanya berkutat pada memangkas dahan masalah seperti pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan dan lainnya.
Sudah sejak lama kita berkutat pada masalah dahan dan mau sampai kapan hanya berkutat pada masalah tersebut? Sementara rokok terus berproduksi yang mana akar dari masalah perokok, terus memunculkan masalah yang tak kunjung selesai.
Saying is easier than acting! Kasus memutus industri rokok kurang lebih sama dengan menghapus UAN sekolah yang terjadi baru-baru ini. Tapi kalau tidak dipangkas ke akarnya, masalah pendidikan akan ya begitu-begitu saja. Ok, lalu bagaimana dengan industri rokok/ tembakau?
Jika Industri rokok ditutup yang terjadi tentu berdampak pada pemilik industri, pekerja industri rokok, buruh rokok, petani tembakau bahkan kas negara.
Kok bisa kas negara ikut-ikutan? Ironisnya, industri tembakau setidaknya memberi pemasukan berupa pajak dan cukai ke negara paling tidak 150 triliun rupiah per tahun. Belum lagi kurang lebih enam juta lapangan kerja masih bergantung dari sektor industri tembakau/rokok.
WHO sendiri sudah memberikan saran untuk menaikkan pajak rokok demi membantu pemerintah dalam menabung cadangan dana untuk memperkecil dampak ke pekerja industri rokok, petani tembakau dan buruh rokok itu sendiri.
Sayangnya kenaikan pajak rokok sendiri kurang efektif tanpa didukung dengan peraturan yang mengatur konsumsi, akses dan sistem peredaran atau penjualan di masyarakat segala lapisan dengan ketat. Peraturan tembakau yang saat ini sedang digodog pemerintah, nyatanya menimbulkan kontroversi yang mana pasal-pasalnya syarat akan kepentingan mereka yang diuntungkan dari produk rokok/tembakau. JIka peraturan itu masih “lembek” terhadap peredaran tembakau dan produk turunannya, maka menurunkan tingkat perokok anak bahkan perokok dewasa hanya menjadi angan-angan belaka.
Adakah cara yang mungkin bisa kita tempuh untuk memotong rantai industri rokok?
Banyak hal yang kita pikirkan saat ingin menghentikan produksi rokok. Selain masalah kehidupan para petani tembakau, pekerja dan buruh di industri ini, bangunan yang sudah digunakan hingga aliran dana pemerintah itu sendiri. Ada beberapa hal yang terlintas di kepalaku ketika pertanyaan mungkinkah kita bisa menghentikan produksi rokok. Tidak ada salahnya kita berpikir beberapa kemungkinan berikut:
Setelah mengetahui hal ini, menurutmu adakah cara yang paling baik untuk memutus rantai penjualan rokok? Jika tidak menghentikan konsumsi rokok pada orang dewasa, kondisi ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya perokok anak.
Anak-anak belajar dari orang dewasa. Orang dewasa terdekatnya merokok ya jangan terkejut jika mereka menjadi perokok anak. Say no to ciggaretes!
Dinda Pranata
Source:
radarsemarang.jawapos.com
Kompas.com
https://www.dw.com/id/dilema-rokok-di-indonesia-menyelamatkan-petani-atau-kesehatan-penduduk/a-18591398
Marsinta, Pardomuan Robinson, Ade. “Pengaruh Tingkat Pendidikan Tingkat Kesejahteraan Dan Penghasilan Terhadap Konsumsi Rokok Harian Dari Penduduk Dewasa Di Indonesia Tahun 2015 | Bappenas Working Papers.” Bappenas Working Papers, http://workingpapers.bappenas.go.id/index.php/bwp/article/view/57. Accessed 2 Dec. 2022.
View Comments
Terima kasih infonya. Prihatin jika masih anak-anak sudah merokok dan juga keberadaan perokok pasif (tidak merokok tapi sering menghirup asap rokok akibat lingkungan). Walau harga rokok dinaikkan, tetap saja rokok masih dibeli dan dianggap lebih penting dari sembako. Perlu edukasi juga
Saya setuju bahwa rokok harus mahal soalnya tidak ada ketegasan dalam hal.penjualan rokok dan banyak didapati perokok anak menjadi sasaran juga.
Berarti penting bagi siapapun di rumah untuk berhenti dan tidak merokok di depan anak ya Kak. Kalau suami saya sudah berhenti merokok. Semoga ke depannya akan tetap seperti itu Saya juga tidak mau jika anak tertular rokok dari ayahnya.
saya suka risih dan miris banget kalau ada orang tua yang merokok depan anaknya, asapnya bisa terisap sama mereka, belum lagi kalau mereka merokok ketika anak-anak menjelang SD, atau remaja, yang bakal dicontoh oleh anak-anaknya. Jadi mari kita menjadi orang tua yang bijak bagi anak-anak kita kedepannya, karena apa yang kita lakukan menjadi cermin bagi mereka
Rokok saat ini seakan menjadi barang layaknya makanan ringan. Banyak orang tua yang tidak menyikapi dengan baik. Merespon dengan tertawa saat melihat anaknya batuk di pertama kali merokok. Memang tidak semua orang tua. Namun setidaknya bisa menjadi pwrhatian bagia semua orang tua tanpa terkecuali untuk senayiasa mengawasi anak2.
Dulu saya perokok aktif dan sekarang sudah bisa berhenti.
Baru kemarin rapat dg sekolah ada kasus di toilet ditemukan vape dan putung rokok. Ada info dr orang tua kalau anaknya cerita ada yg diem2 open jastip vape dan rokok...
Ngeri yakss tp jaman kita dulu SMP jg ada yg sembunyi2 merokok di belakang sekolah makanya sering adanya sidak.
Pemerintah jg ikut konsen nih soal rokok bs remaja dibawha umur.
Setuju dengan yg terlintas di pikiran kakak
Saat masih tinggal di Jakarta dan jalan kaki hendak ke halte busway daerah Pasar Rumput, saya melintasi permukiman kampung. Melihat anak SD masih berseragam sudah merokok. Rasanya kok pedih banget. Itu duit dari mana buat beli rokok. Gimana kesehatannya kalo seusia itu sudah merokok. Sepertinya cukai rokok itu cara bertahap untuk pengurangan. Selebihnya perlu sosialisasi agar anak yang usianya belum cukup tidak terpapar rokok.