Home / Serambi

Rancak Bumi Lawang, Lahir Mentega Tengkawang

Senjahari.com - 28/04/2025

Kecantikan dan Mentega Tengkawang

Penulis : Dinda Pranata

Di jantung Kalimantan Barat, aroma dedaunan basah dan tanah lembab menguar begitu segar. Hutan hujan tropis yang membentang di sebagian besar tanah borneo itu seperti lautan hijau yang memeluk ribuan jenis kehidupan. Dari pepohonan gaharu, meranti, anggrek liar, hingga rotan yang melilit batang-batang tua. Keberagaman hayatinya menjadi berkah yang luar biasa.

Di sela semak tumbuhan pakis dan pepohonan rimbun yang bermacam rupa, menyimpan kisah panjang yang hanya bisa didengar, lewat kearifan lokal tentang ketahanan dan keseimbangan. Masyarakat adat setempat seolah mampu mendengar bagaimana para penghuni hutan ini bersuara—bukan sebagai penguasa, melainkan sebagai saudara tua yang menjaga dan merawat.

Di tengah hutan dan mereka, terlahir anak yang diam-diam menyimpan rahasia untuk semesta.

“Halo, Kenalkan Aku Anak Tengkawang!”

Dalam bale terbuka dengan sembilan pilar yang menjadi jantung rumah Dharma dan Wardhani. Dua orang beda alam ini bercerita tentang kisah-kisah yang tak terdengar tapi punya gaung besar dalam kehidupan.

“Kalau ada yang lebih sabar dari Wardhani menunggu air mendidih, itu ya pohon tengkawang,” celetuk Dharma sambil menggantung daun sirih di salah satu pilar bale. Wardhani hanya terkekeh.

Baca juga: Gerbang Tradisi dan Simbol Antar Lelaku

Bayang bale, semacam lelembut atau peri, itu meraih biji tengkawang. Ia menyodorkan pada Dharma. “Jika dia bisa bicara,” katanya setengah berbisik, “dia pasti akan memperkenalkan dirinya sendiri.” Wardhani beranjak berdiri sambil meletakkan tangan di pinggang. “‘Kecil-kecil begini, aku bawa perubahan bumi lho! bahkan bisa mempercantik kulit semua wanita di bumi ini,’ begitu katanya!”

Dharma terkekeh.

Tengkawang bukan pohon biasa di tanah ini. Di banyak kampung Dayak dan Banjar, orang-orang menghormatinya seperti kerabat jauh yang datang bawa berkah. Orang-orang meramu minyaknya untuk obat, pelembap, makanan sampai sesajen adat.

“Jangankan wanita! Siapapun dapat manfaatnya,” kata Wardhani lagi sambil mengoleskan minyak kelapa yang tercampur dengan mentega tengkawang ke rambut hitam Dharma yang akan ia ikat di atas kepala. “Anak tengkawang ini, kalau tak kau hormati, jangan harap mau bagi rezekinya,” lanjutnya lagi.

Dharma dan para tetua juga mendengar bahwa buah tengkawang itu tidak dipetik tapi jatuh sendiri. Masyarakat adat lebih memilih memungut biji tengkawang di tanah hutan tanpa merusak tanamannya, kata Pak Danu, salah satu tetuanya, mengolah tanpa kerakusan.

Baca juga: Jamu Rasa Sepat dan Satu Tablet Kilat

Menurut Wardhani yang sudah hidup ribuan tahun menjadi bayang bale pengobatan herbal, siapapun yang memaksa pohon tengkawang terlalu cepat berbuah, hutan akan mengirim semut merah untuk mengingatkannya—cara halus mereka yang hidup di rimba.

Dalam setiap tetes minyak tengkawang, Dharma merasakan cerita: tentang hujan yang sabar menyuburkan akar atau tentang burung yang menari di atas pucuk-pucuk daun. Ia pun percaya, kecantikan sejati bukan cuma soal kulit mulus, tapi tentang merawat dunia yang memberimu nafas.

Setelah hening sesaat. “Burung yang bertengger di atapku juga pernah bercerita, kalau zaman modern ini, wanita bisa cantik hanya dalam hitungan jam. Tapi…,” bayang wanita itu langsung menggeleng. Tak bisa berkata-kata karena terlalu berat untuk terucap.

Kecantikan Itu Bukan Soal Cepat-cepat, Tapi Soal Pilihan Tepat

Mentega tengkawang dan Kecantikan

“Tapi zaman yang kata orang modern, baik pria dan wanita lebih suka yang cepat. Cepat cantik, cepat ramping atau cepat mowing.” Wardhani berceloteh sambil mengaduk minyak tengkawang dalam mangkuk tanah liat. Di depannya, Dharma memperhatikan dengan senyum geli, “maksudmu glowing,” revisi Dharma.

“Iya, iya… apalah bahasa kalian di zaman baru ini,” sahutnya sambil manggut-manggut. “Mentega tengkawang ini bukan sekadar bahan biasa,” bisik Wardhani, “mengolah bahan alami itu seperti doa yang mengalir dari akar ke kulit.”

Baca juga: Kumbang Jerapah dan Kisah Tak Penting di Gulungan Daun

Di tanah Kalimantan, ramuan kecantikan leluhur selalu berpijak pada bahan alami—dari tengkawang yang lembut di kulit hingga akar-akaran yang menyuburkan rambut. Tak hanya sekadar mempercantik, resep-resep ini mengajarkan rasa hormat pada bumi: mengambil secukupnya, mengolah dengan sabar, dan mengembalikan sisanya kepada alam. Kecantikan di sini bukanlah soal tampil berkilau instan, melainkan tentang harmoni yang dirasakan dari dalam.

“Minyak atau mentega tengkawang,” gumamnya, “yang dihasilkan oleh biji tengkawang, dari penelitian juga kandungannya tak hanya untuk kecantikan. Masyarakat bisa memakai mentega tengkawang untuk bahan makanan. Vitaminnya luar biasa, setara dengan minyak ikan salmon yang mengandung omega 3, 6 dan 9.” Pria itu tersenyum.

Pilihan untuk menggunakan bahan alami seperti mentega tengkawang bukan sekadar keputusan untuk tubuh, tetapi juga untuk bumi. Produk berbasis tengkawang mudah terurai, tidak membebani tanah atau air dengan racun sintetis. Mengutamakan bahan lokal berarti menopang pertanian berkelanjutan, memberdayakan petani kecil, dan memastikan hutan tetap berdiri, hijau dan hidup.

Wardhani mengangkat sebotol kecil ramuan yang berkilau keemasan. Ia tersenyum pada Dharma, lalu berbisik, “Tapi ada satu rahasia lagi, yang belum pernah kuceritakan pada siapa pun…” Matanya menyipit dan meminta Dharma untuk mendekat.

Arcia dan Mentega Tengkawang

Arcia,” bisik Wardhani, “kau akan mengenalnya sebentar lagi. Mereka akan datang membawa perubahan dengan biji tengkawang.”

Baca juga: Serambi Untuk Pemakaman Di Sudut Kecil

“Darimana kau tahu? dan apa itu Arcia?” tanya Dharma. “Aku mendengar kabar dari burung yang sering berceloteh di atas atapku. Meski mereka berisik, tapi informasi itu berguna buat aku beradaptasi di zaman baru ini,” tukasnya.

Wardhani pun bercerita tentang burung pipit yang hinggap bahwa Arcia memilih jalan yang lebih sunyi, lebih sabar—jalan yang berpihak pada bumi. Lewat tangan-tangan terampil dan hati yang berakar pada nilai keberlanjutan, Arcia memetik anugerah alam seperti tengkawang, memprosesnya tanpa merusak, lalu mempersembahkannya dalam bentuk yang murni kepada dunia.

“Mereka membuat produk dari mentega tengkawang yang akan merubah persepsi orang tentang kecantikan dengan meletakkan proses perawatan yang baik untuk tubuh dan bumimu,” kata Wardhani lagi, dengan nada yang lebih serius, “mereka juga nggak main-main memilih kemasan produk. Berkonsultasi dengan bank sampah mana kemasan yang lebih baik untuk lingkungan. Bisa kau bayangkan bagaimana mereka bekerja.”

Tidak hanya soal bahan. Arcia berikrar untuk tidak menambah polusi pada bumi yang sudah letih. Setiap tetes minyak, setiap butir krim, lahir dari komitmen: menggunakan bahan alami, minim pengawet sintetis, dan menghindari jejak limbah beracun. Bahkan, kemasan produknya dirancang dari material daur ulang dan biodegradable—sebuah pilihan kecil, tapi berarti, untuk masa depan yang lebih hijau.

Arcia perlahan menjadi nyala lentera di tengah industri kecantikan yang kerap silau oleh glamor instan. Dari penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan hingga inovasi pengolahan sampah kosmetik, Arcia menunjukkan bahwa merawat diri dan merawat bumi bisa berjalan berdampingan.

Baca juga: Daun Bulat yang Tak Pernah Menjadi Koin

“Sampaikan pada tetua adatmu, sambutlah mereka. Karena mata pencaharian mereka akan terbantu dengan kedatangannya,” kata Wardhani.

Arcia telah membantu banyak petani tengkawang dan memberikan kontribusi pada kelestarian pohon tengkawang yang statusnya sudah rentan.

Invitasi dan Diskusi

Arcia dan Mentega tengkawang

“Ah, aku harus pergi!” kata Wardhani buru-buru.

“Kemana?”

“Pohon tengkawang memanggilku. Dia memintaku untuk menghalau sekawanan burung yang terus gosip di atas dahannya,” ujar Wardhani. Tak lama kemudian sosoknya pudar, seperti cahaya yang perlahan meredup. Dharma hanya menggeleng. “Masih ada lelembut yang lebih modern daripada aku,” gumamnya lagi.

Kini, semakin banyak yang membuka mata. Kecantikan tidak lagi sekadar tentang kilau instan dari botol-botol sintetik yang menjanjikan dunia dalam semalam. Orang-orang mulai kembali kepada akar; pada bahan-bahan alami yang bersuara lembut dalam tubuh mereka. Tengkawang, misalnya, bukan hanya memberi kelembapan yang dalam, tapi juga melindungi kulit tanpa bisikan racun yang tak terlihat. Tak ada lagi kegelisahan akan reaksi kimia yang membakar diam-diam di balik kilau semu.

Kesadaran itu tumbuh seperti pohon tua di rimba, kuat dan pelan, tapi pasti. Setiap sapuan produk alami adalah doa kecil: untuk kulit yang sehat, untuk bumi yang tetap bernapas, untuk generasi yang masih bisa memandang hutan sebagai sahabat, bukan reruntuhan.

Namun, pada akhirnya, mungkin bukan kita yang memilih tengkawang. Mungkin dari awal, tengkawanglah yang memilih kita. Memanggil dari jantung hutan, membisikkan jalan pulang
kepada siapa saja yang masih mau mendengarkan. #EcoBlggerSquad

Gimana nih, gengs? punya pengalaman pakai produk yang ramah lingkungan? Yuk bisa berbagi di kolom komentar ya. Apapun komentarnya, tetap santuy dan jangan ngegas ya! Biar jejak digital kalian tetap bersih.

So, Happy Monday!

Source:
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/01/14/tengkawang-flora-khas-kalimantan-yang-bernilai-ekonomis-tinggi#:~:text=Selama%20bertahun-tahun%2C%20pohon%20tengkawang%20telah%20dianggap%20sebagai%20pohon,oleh%20masyarakat%20Dayak%20sebagai%20bahan%20untuk%20membangun%20rumah.

“Artikel ini terpilih untuk dimasukkan ke dalam kampanye Bloggers Peduli Lingkungan Terbaik 2025/2026″ dari penerbit bahan ajar pendidikan Twinkl.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Jujur ya. Aku lebih suka misal ada produk kecantikan dan obat herbal tradisional. Karena biasanya pengolahannya lebih ramah lingkungan. Kalau untuk pengalaman produk ramah lingkungan, sudah 5 tahun ini kami pakai minyak tawon khas Makassar. Harganya memang lumayan tapi Alhamdulillah manjur.

Pengen banget pindah ke produk ramah lingkungan, tapi masih cari-cari. Kulit ku cukup sensitif akhir-akhir ini, jadi masih riset.

Yuni Bint Saniro

Produk dari alam memang menunjukkan efek hasilnya sedikit lebih lama. Tapi, worth it. Karena tidak memberikan efek toksik yang berbahaya.

mero seniberjalan

cara bertutur yang apik untuk menceritakan satu produk hehe. Senang makin banyak produk kecantikan yang ramah lingkungan dan aman digunakan. Saya juga berpikiran sama kalau memilih produk kecantikan aman atau berasal dari bahan alami. btw saya baru kenal dengan pohong Tengkawang.

Aku dari dulu suka sekali pakai bahan-bahan alami termasuk kosmetik/skincare. Sampai saat ini aku masih suka pakai masker lidah buaya, kopi atau susu. Sudah lama banget gak beli masker instan. Walau kadang agak ribet harus ngupas, motong atau ngaduk dulu tapi hasilnya jauh lebih bagus.

Penuturannya unik, Tengkawang menjadi tanaman asli Kalimantan yg punya banyak khasiat dan manfaat. Bukan sekedar utk kesehatan, jika di olah pun bisa di olah jadi bahan produk kecantikan alami yg aman

Bagus ni storytellingnya. Memang tubuh kita itu fitrahnya dekat sama alam. Pakai bahan alami lebih sehat dan segar

Indah sekali tulisannya—penuh makna dan refleksi. 🌿 Kesadaran akan pentingnya memilih produk alami memang tak tumbuh instan, tapi ketika ia berakar, dampaknya meluas: untuk diri, lingkungan, dan masa depan. Setiap langkah kecil kita adalah bentuk cinta yang diam tapi nyata. 💚

Waah..tulisan yg sangat menarik,kak! Makin penasaran aku dg pohon Tengkawang yg sangat bermanfaat ini. Hm, apakah pohon ini hanya tumbuh liar di hutan atau sdh dibudidayakan? Asli pengen ngulik lebih jauh ttg pohon ini

Heni Hikmayani Fauzia

bagus banget yaa cara penyampaian produknya dengan cerita budaya dan kepercayaan adat Kalimantan. lain daripada yang lain. Semua yang alami memang memberi ketenangan baik pada diri manusia dan juga kepada alam semesta. Arcia yaa namanya…saya baru mendengarnya. JAdi pengen mencoba Arcia nih.

Wow, saya baru tau twntang mentega tengkawang ini! Insight baru buat saya wlp sudah lama kenal kalimantan

Story telling-nya menarik, kak!. Produk ramah lingkungan misalnya skincare jadi pertimbangan untuk digunakan. lebih aman dan nyaman untuk pemakaian rutin. selain mendapatkan manfaatnya, kita juga bisa ikut andil menjaga kelestarian alam

Serasa baca cerpen, mengalir, gambaran tentang Kalimatannya sangat terasa, theater of mind-nya dapat. Jadi selain membaca sekaligus serasa menonton ceritanya, walaupun mungkin saya gak fokus sama produk yang ditawarkannya….

Meski tinggal di Kalimantan aku baru dengar nama minyak tengkawang ini. Sepertinya ini lebih banyk ada di Kalimantan Barat ya. Salut buat Arcia yang mengusung konsep natural dan ramah lingkungan untuk setiap produk yang dibuatnya.

Definisi kata-kata indah bisa membuat pembaca mengikuti cerita secara alami. Asyik membaca jadi nggak terasa udah ada di akhir kalimat. Saking indahnya ga terasa juga kalau itu ada produknya

Apik memang resep tradisonal kita, karena kaya dan berlimpah. Tinggal bagaimana memanfaatkannya dan meraciknya untuk digunakan sesuai kebutuhan

Keren ya Arcia ini. Menghasilkan produk alami dari rahasia biji tengkawang. Diprosesnya dengan cara yang ramah lingkungan lagi. Merawat kecantikan ternyata bisa beriringan dengan merawat bumi. Jujur saya sendiri pun baru tahu tentang biji tengkawang ini. Ternyata manfaatnya banyak sekali ya.

aku baru denger Tengkawang mbak.
Membuat inovasi produk kecantikan dari bahan alami seperti ini, pastinya hasilnya juga bagus untuk kulit ya
penasaran sama produk-produknya nih mbak

Aku sebelumnya hanya konsumen, ka.. belum pernah praktek langsung bebikinan skincare atau kosmetik berbahan alami.

Dan setuju banget, kalau skincare itu bukan soal cepat-cepat adanya perubahan, tetapi soal memilih produk yang tepat dengan konsep sustainable beauty.

Kisna Hafizh J.

Wah, review skincare dibalut dengan bahasa cerpen.. Menarik sekali ini, sangat menginspirasi

menarik banget nih tulisannya, review produk yang dibaluri dengan cerita pendek. Aku bahkan sampai mengesampingkan tentang produknya, karena sangking enjoy sama cerita yang dibawakan.

Baru tahu tentang tengkawang, tulisannya bikin penasaran coba langsung

Pohon Tengkawang ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan kecantikan kulit. Bikin lip balm yang sangat ramah lingkungan dari bahan pohon tersebut merupakan hal yang spesial ya. Keren banget!

Produk alami dari Kalimantan yang perlu dikenalkan pada masyarakat luas agar makin membumi.

iya, sebetunya menjaga kecantikan juga ibarat investasi. Saya malah agak ngeri kalau ada produk yang menawarkan solusi cepat. Makanya selalu memilih produk yang aman dan kalau perlu alami. Supaya kulit tetap sehat dan terawat

Zaman sekarang, tren skicare herbal keliatannya memang naik ya? Selain karena sudah mulai aware sama lingkungan dan kesehatan, juga bisa karena mulai aware dengan mendukung produk2 lokal

Mentega Tengkawang luar biasa ya khasiat dan hasilnya
Bisa jadi sumber budi daya mandiri nih kalau kedepannya mentega Tengkawang ini bakalan diperlukan dalam skala besar untuk produk kosmetik lokal

Bener juga ya, cantik itu “tepat”, bukan “cepat”. Wahh thank you for sharing

Agustina Purwantini

Eh, sebentar … produk ramah lingkungan …? Ini maksudnya produk skincare ‘kan? Jujur saya tak begitu paham dengan produk ramah lingkungan.

seru bangeeet bisa bikin lip balm sendiri. bahannya jadi bisa disesuaikan dengan kebutuhan ya. pengen juga cobain bikin sendiri buat adek yg bibirnya kering banget

Aku pernah dengar Mentega Tengkawang ini waktu hidup di Kalimantan
Tapi belum pernah coba karena terkendala kabut asap dan fokus ke tugas saya sebagai pengajar
Ah, andai bisa kenal lebih dekat jadi bisa merasakan khasiatnya nih ya
Jadi kangen pula hidup di Kalimantan lagi nih habis baca ini

Kalau soal produk ramah lingkungan saat ini masih pola bawa tumblr dan bawa tas belanja aja kalau keluar supaya gak dikit-dikit nabung tas haha

Fajar Fathurrahman

Betapa indahnya ya harmoni antara manusia lampau dengan alam. Alam memberi sebanyak-banyaknya, mereka mengambil secukupnya. Semuanya pun jadi harmoni, tak seperti masa kini yang dipenuhi manusia-manusia serakah yang tak peduli masa depan lingkungan.

Angkat topi untuk Arcia. Mereka tak sekedar gimmick kala berikrar peduli lingkungan. Sebab, kalau bahan alami itu sejatinya sudah banyak. Tapi kalau sampai kemasannya dibuat biodegradable, itu sudah ada di level lain. Semoga makin banyak ya produk istimewa seperti ini.

Kecantikan sejati bukan cuma soal kulit mulus, tapi tentang merawat dunia yang memberimu nafas. Suka banget dengan kalimat itu dan aku percaya pada hal ini juga bahwa Mungkin dari awal, tengkawanglah yang memilih kita.

Sudah terlalu miris mengambil sesuatu berlebihan tanpa memikirkan bagaimana bertumbuhnya. Hingga “hutan” pun mungkin berdoa secara tak henti supaya semesta mengatur segalanya kembali pada tempatnya.

Aku sendiri berupaya terus untuk memakai product yang berkelanjutan, supaya anak cicitpun tetap bisa merasakan bagaimana alam adalah sumber penghidupan.

Udh beberapa kali baca ttg mentega Tengkawang ini. Blm coba sih. Soalnya agak lumayan jauh juga buat pemesanan. Tp aku tertarik , trutama lipbalm nya. Dan mereka juga jual mentega nya langsung. Walau pun aku masih bingung itu mentega nya bisa dibuat jadi pengganti mentega utk masak berarti yaa? Soalnya packagingnya plastik curah biasa, bukan dalam wadah gitu loh.

Tadi tertarik juga Ama shampo dan sabun, sayangnya mereka ga ada botol besar, jadi yg dijual botol kecil. Agak susah kalo buat sekeluarga, belinya mau ga mau ya harus banyak 😅.

Tapi paham sih, mereka ga ngejar keuntungan besar, jadi produksi juga terbatas. Tp aku PGN beli lipbalm nya dulu, mau cobain, kalo memang nyaman dipake, ga terlalu oily, aku bakal suka sih

Suka sekali ketika ada tulisan yg tak hanya memaparkan produk lokal (mentega Tengkawang) tapi juga menjelaskan adat dan budaya yang menyertainya. Semoga suatu saat daku bisa ke Borneo dan merasakan mentega Tengkawang di sana.

Sampai iseng browsing di internet, bisa sih ya dibeli produk2nya via online tapi ongkirnya lumayan juga… Soalnya akhir2 ini tertarik menggunakan produk lokal, krn selain harganya lebih affordable, kita juga bs mendukung perekonomian lokal walau secara tidak langsung. Nah, skrg baru tahu yang tengkawang ini. Kepingin mencoba lip balm sama soap bar-nya. Menarik juga bahwa penduduk menunggu hingga buahnya jatuh baru diambil atau dipanen ya.

Hebat pemikirannya untuk tidak memetik buah tengkawang, betapa mantapnya mereka di sana dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Kalau buahnya jatuh sendiri, berarti tingkat kama tangannya memang sudah pas ya, ketimbang dipetik.

Aku auto melakukan refleksi dan kontemplasi setelah baca artikel ini.
Indaaahh banget, dan beneran bikin kita bertanya2 apa saja hal baik yg sudah kita lakukan untuk jaga kelestarian Bumi.
Makasi udah men-deliver pesan penting dengan style se-indah ini yah

Bambang Irwanto

Beberapa waktu lalu, saya membaca soal mentega tengkawang yang dibuat bahan kosmetik alami. Mentega tengkawang ini terbuat dari buah pohon tengkawang. Alam sebenanya telah memberi banyak manfaat dan kita bisa mengolahnya dengan bijak. termasuk pohin tengkawang yang buah dan pohinnya visa dimanfaatkan.

Wah, baca tulisan ini serasa diajak ngevibes langsung ke jantung hutan Kalimantan Barat! Mentega tengkawang-nya bukan cuma pelembap alami, tapi punya kisah kearifan lokal—dihormati, dipetik pelan, diolah dengan sabar.
Cerita Wardhani dan Dharma bikin kita sadar, kecantikan bukan sekadar kilau instan, melainkan tentang merawat diri dan alam bersama.

Aku penasaran mentega tengkawang itu kayak gimana, soalnya pernah disebut-sebut Maudy Ayunda di podcast, bahan yang ramah lingkungan untuk membuat skincare. Ahhh kayak gimana yaa rasanya pakai skincare yang ramah lingkungan, belum pernah coba, huhu.

Baru denger tengkawang untuk kecantikan. Kek mana pula tanamannya? Hehe. Syukurlah makin banyak sekarang skincare dari bahan alami yg proses produksinya juga menyayangi bumi. Aku dukung penuh produk Nusantara, apalagi yg ramah lingkungan..

Auto browsing produk Arcia nih, pingin coba lipbalmnya deh.

pohon tengkawang yang selama ini nggak pernah terlintas di pikiranku kalau bisa dijadikan bahan baku kosmetik.
produknya dibuat dengan memikirkan efek ke depannya, seperti soal polusi atau pencemaran lingkungan.
pohon pohon seperti tengkawang ini kalau di Kalimantan setauku nilainya mahall, jadi juga nggak bisa sembarangan orang untuk asal tebang ya mbak.

Kebetulan skincare ku memang salah satu produk yang ramah lingkungan juga kak. Jadi memang sebagai perempuan yang menyadari pentingnya keberlanjutan, dari hal-hal yang biasa kita pakai sekalipun ya memang harus memperhatikan aspek keberlanjutan.

Jadi pengen join deh sama Eco Blogger Squad, gimana sih caranya? Aku tertarik sama pembahasannya mengenai lingkungan dan keberlanjutan.

Senang sekali saat ini sudah banyak produk yang ramah lingkungan dan melokal seperti ini
Aku sekarang juga mulai beralih pada skincare lokal yang ramah lingkungan

Duh kalau dengar kata Kalimantan tu langsung kebayang betapa hutannya kaya dan memberi banyak kebaikan buat manusia, walau sayangnya sekarang makin rusak. Semoga saja kita bukan salah satu bagian yang rusak itu.
Bumi mereka tu gak hanya memberikan makan, tetapi juga apa saja, termasuk makanan dan bahan2 alami buat merawat diri yang ramah lingkungan ya.
Hal2 kyk gini perlu diperkenalkan ke generasi selanjutnya dan dijaga supaya tetap lestari, sehingga kita nggak ketergantungan sama yang instan2 dan berbahan sintetis.

Duh penasaran banget dengan mentega atau minyak tengkawang ini pasti khasiatnya luar biasa untuk kecantikan kulit dan rambut perempuan ya.. pasti banyak peminatnya kalau sudah jadi produk kemasan..

Aku baru tau mengenai Mentega Tengkawang yang ternyata adalah kekayaan hayati hutan Indonesia. MashaAllaa yaa.. banyak sekali manfaatnya apalagi untuk dunia kecantikan.

Nia K. Haryanto

Wah bagus nih kayaknya ya produk-produknya. Di masa kayak sekarang yang bejibun dengan produk yang berbahan dasar kimia, yang begini yang bagus. Aku dulu pernah pake produk yang berbahan dasar herbal alami. Enak, nyaman, kulit rasanya gak banyak keluhan. Huhu kudu balik lagi kayak dulu kayaknya sekarang. Biar kulit bisa sehat lagi.

49 Responses