Penulis : Dinda Pranata
“Aku ikut!” seruku—suara dari dalam diriku yang lain tiba-tiba ikut hadir siang itu. Siang kota Malang terasa berbeda, langit biru terasa lebih gundah, antara ingin hujan atau ingin bertahan cerah. Berganti rona warna dengan cepat.
Tujuh hari lagi hari penting, tapi aku tak kunjung memutuskan.
Aku, si putri bungsu Cuk Linda, hanya mengendarai motor matic buntut. Menyusuri jejak Cuk Linda—Ibuku—di tanah Dinoyo tiga tahun yang lalu, ketika kami masih bisa berbagi nostalgia tentang tempat itu. “Kenapa kau terus memanggilku?” seru Rindu dalam diriku.
Aneh. Aku tidak bisa mendengar suara rindu, tapi aku bisa merasakan kata-katanya. Motorku terus melaju pelan, menyusuri jalan yang tak terlalu lebar tapi penuh dengan jejak waktu. Lalu, berhenti dan masuk ke dalam toko keramik satu, ke toko keramik lain. Bingung.
Sampai aku melihat sebuah toko yang tak terlalu besar. Tak mencolok. Kupikir itu akan menjadi toko terakhirku.
Baca juga: Drama Pajak Kosan di Hari Minggu Pagi
“Bukan Kado. Hanya Membayar Utang”
Aku memasuki toko sederhana itu. Mataku terhenti ketika melihat sudut paling atas dari rak toko itu. Aku itu perlahan mendekat. Mengamati. “Ini dia,” gumamku lirih.
“Astaga!” seru rindu kesal, “kau keluar masuk toko selama berjam-jam, cuma ingin memeriksa mangkuk gambar burung flaminggo. Aku yang mengikutimu sudah bosan!”
Aku memang tak bisa mendengar rindu. Namun, aku tahu ia ada. Rindu selalu cerewet, suka mengeluh kalau tak didengar. Meski begitu, ia jujur.
Aku bertanya pada pemilik toko berapa harga mangkuk itu. Si pemilik toko berpeci menjawab, “kalau satu set harganya tiga ratus ribu.” Aku menimbang.
Aku ingin melihatnya lebih dekat. Pemilik tokonya mengulurkan mangkuk itu pelan, seperti memberiku kesempatan untuk merasakan tekstur keramiknya. Licin tapi ada tekstur kasar serta tak rata pada permukaannya. Rindu bergetar. Aku tahu getaran itu berasal dari residu lama. Bersemayam dan mengendap.
Baca juga: Festival Keukenhof 2025, Lihat Lautan Bunga Tulip dari Dekat
“Bagaimana kau bisa tahu jika benda itu sama dengan keramik yang kau pecahkan dulu?” tanya rindu, lirih. Kali ini tanpa nada kesal. Aku sendiri masih diam. Kemudian, tersenyum. “Licin tapi sedikit kasar. Ini buatan tangan,” gumamku seolah menjawab pertanyaan si rindu.
Deg! Rindu semakin membuncah. Kata-kata yang kuucapkan persis sama dengan ucapan Cuk Linda, setiap pergi ke tanah Dinoyo untuk mengamati keramik-keramik buatan tangan. Aku memutuskan mengambil satu set mangkuk itu.
Pria pemilik toko itu pun girang. Sembari membungkus, pria itu iseng bertanya, “untuk kado, Nak?”
Aku hanya menggeleng dan tersenyum simpul. “Bukan. Saya mau bayar utang,” jawabku pada akhirnya.
“Utang?” ulang si pemilik toko. Tangannya terhenti sebentar. Menatapku.
Baca juga: Pertanian Bisa Terbantu Dengan Si Unggas, Kok Bisa?
Aku mengangguk, “utang pada almarhum ibuku,” jawabku mantap.
Pemilik toko berpeci itu tersenyum lebar. “Kau pasti lega sudah membayar hutangmu,” jawabnya, sembari membungkus mangkuk yang sempat terjeda.
Di antara lapisan plastik hitam dan potongan kenangan itu, aku merasa sebagian dari diriku mengalir masuk. Diam dan perlahan. Aku yang lain itu menyelinap ke dalam rongga-rongga kosong mangkuk keramiknya.
Penuhi Janji Lewat Ekspedisi

“Aku nggak bisa pulang,” kataku dengan nada rendah. Aku memandangi kotak kardus, tempat di mana mangkuk keramik itu berada. Ada rasa tercubit di ulu hati ketika mengatakan keputusan itu.
“Ini hari pertama kita kumpul semua lho! Masak kamu ndak pulang?” Kakakku Santi, mencoba membujukku. Aku tahu rasanya menyakitkan, di hari pertama peringatan kematian Cuk Linda, aku tak datang. “Aku harus mengurus pendaftaran si Nanda sekolah. Tak ada pilihan lagi,” sesalku.
Baca juga: 5 Manfaat dan Tujuan Transaksi Digital di Era Pembayaran Modern
Kami terdiam.“Ah iya, hari ini aku menemukan mangkuk keramik mirip dengan mangkuk kesayangan Cuk Linda,” kataku sambil tersenyum simpul.
Aku pun cerita bahwa si bungsu Cuk Linda ini, harus masuk toko satu per satu sampai menemukan toko yang terlihat biasa saja, tapi justru menyimpan keramik yang indah. Salah satunya milik ibuku itu. Namun, aku tidak tahu cara mengantar mangkuk keramik itu.
“#JNE,” kata Mbak Santi. “Apa kau tak ingat ibu selalu pakai ekspedisi JNE?” tanya Mbak Santi.
“Aduh Bungsu!” seru diriku yang lain—residu rindu yang masih tertinggal dalam diri, “bagaimana kau bisa lupa alasan ibumu selalu menggunakan JNE!”
Esok paginya, sebelum matahari di kota Malang meninggi. Aku meminta si motor matic buntut mengantarku ke ekspedisi JNE terdekat. Aku memilih JNE bukan semata-mata jasa ekspedisi itu mudah terlihat di sisi jalan, tapi karena awal mula hubungan emosional ini yang terjalin.
Baca juga: Etika Batuk dan Bersin: Sedia Payung Sebelum Hujan Lokal
#ConnectingHappiness With JNE

Ketika aku patah hati pertama kali (kusebut sebagai patah hati versi 1.0), tak sengaja aku memecahkan mangkuk keramik kesayangan ibu secara tak sengaja. Ibu tak marah. Tapi tahu aku patah hati, ibu malah menulis surat dan mengirimkan satu cangkir keramiknya padaku dengan JNE, meski kami tinggal dalam satu rumah. Konyol.
Ibu menggunakan nama Cuk Linda, sebagai nama penanya. “Nama itu cantik. Cantiknya sama dengan anak ibu. Kalau kau sedih, karena orang berkata kau buruk. Panggil saja Cuk Linda,” katanya. Itulah mengapa setiap rindu selalu gelisah saat sedih bertamu, aku akan memanggil Cuk Linda yang kuanggap sebagai alter ego ibuku.
Kini aku mengulang pengalaman itu dengan cerita yang berbeda. Aku merasa kalau #JNEInspirasiTanpaBatas punya kemampuan menghubungkan rasa dan cerita. Seperti saat ini, mengirim barang yang penuh rasa yang kusebut lelaku tanah Dinoyo. Ia bahkan punya Packaging Service khusus untuk barang pecah belah, “kalau keramik kami sarankan pakai packing kayu biar aman, Mbak. Per kilonya cuma Rp 12,000.”
Tak mahal. Lagi pula keramik ini lebih berharga dari angka dua belas ribu. Aku setuju. Petugas kemudian memasukkan layanan pengiriman REG (reguler) ke tanah minyak jinggo itu, di mana si mangkuk akan tinggal.
Sembari menunggu resi tercetak. Aku membaca kertas yang tertempel di dinding kantor JNE. Jenis layanan. Kata itu memunculkan residu rindu yang sebagian masih tertinggal dalam diriku. Seperti layanan YES (Yakin Esok Sampai) yang pernah Cuk Linda gunakan ketika mengirim berkas kantor bapak sewaktu dinas di Jakarta. Termasuk layanan OKE (Ongkos Kirim Ekonomis) yang biasa dipakainya untuk mengirim notebook cantik yang iseng dibelinya dengan alasan si bungsu suka. Pun, layanan JNE Trucking ketika ia mengirim komputer PC di rumah Banyuwangi ketika aku masih mahasiswa.
Di bawah bagian kertas yang tertempel itu, aku melihat tulisan cukup besar #JNE34Tahun. Sebuah pengingat bahwa mereka pasti akan mengantar kisah ini dengan tepat ke tempat tujuan.
Invitasi dan Diskusi
Ketika si mangkuk keramik itu akhirnya bawa dengan mobil pengiriman, aku tak perlu cemas. Aku bisa memantau perjalanan paket itu lewat fitur tracking package. Setiap titik pergerakannya terekam tepat waktu. Rapi.
Dan kurir #JNE34SatSet, yang kecepatannya kukira berubah, ternyata masih sama cekatannya. Mereka sopan, sabar, penuh senyum dan semangat melayani tanpa batas masih melekat. Tak pudar. Dengan dua, tiga kali ketukan di pagar sambil berkata, “permisi, JNE. Ada paket.” Sangat khas.
Tepat tiga hari sebelum peringatan hari berpulangnya Cuk Linda, mangkuk itu tiba di pangkuan bumi minyak jinggo. Kota Banyuwangi. Siang yang setengah mendung itu, Mbak Santi melakukan panggilan video call dan memperlihatkan mangkuk dengan ornamen burung itu, berada di lemari kayu kesayangan Cuk Linda bersama dengan keramik-keramik lain di sana. Lengkap.
Dan, JNE bukan cuma mengantarkan paket. Mereka juga mengantarkan rindu serta pembebas utang yang tak bisa datang sendiri. Aku membagikan ulang kisah tak biasa itu di #JNEContentCompetition2025 dan benar-benar berterima kasih padanya.
Comment
Hmmm… bagus semuanya ini. Tapi sayang banget kalo pecah… tapi gak perlu khawatir ada JNE yang selalu sat set sat set 😁
Membaca ini jadi teringat sentra keramik Dinoyo. Dulu saat masih belia saya diajak orangtua dari Kediri ke sana. Saya lebih suka keramik hasil karya perajin lokal seperti ini. Terkenang juga Ibu saya membeli satu dua barang di sana….Ah, senangnya kini mangkuk pun bisa aman dikirim antarkota, ada JNE yang bakal amanah mengantarkannya.
Nah, aku juga suka bikinan perajin lokal ketimbang pabrikan, karena kalau bikinan perajin tu unik dan kadang motifnya gak ada duanya. Dibikinnya kalau sama seniman kata org dari hati, bakalan comfort banget saat memakai keramik itu.
Suka banget gaya ceritanya! Bikin kisah lokal jadi punya rasa dan makna lebih, apalagi dikaitin sama brand gede kayak JNE.
Kisah yang menyentuh, Mbak … ikut senang utang sudah terbayar. Alhamdulillah ada JNE yang jadi andalan ^_^
Menarik dalam cerita paparannya. Sehingga dibawa pada gambaran tentang sesuatu yang istimewa.
JNE memang sangat bisa diandalkan, bisa ngirim barang sentimental kayak gitu dg aman.
JNE itu memang sesuatu ya
Sering kali memberikan pelayanan maksimal
Sementara aku senang sekali karena paket jarang sekali kesingsal
Bahkan datang sehari sebelum waktunya
Sebuah cerita yg mengharukan mbaa..benar2 menyambungkan kebahagiaan sekaligus membuka memori indah bersama yg tersayang dan JNE ikut ambil bagian dalam menyalurkan kebahagiaan tersebut
Wahh, keren banget ini ceritanyaaaa
aku juga selalu ngandelin JNE
terutama pas kirim2 buku
kayak kpn hari ponakan kirim buku untuk anakku, pakai JNE juga
Top markotop!
JNE memang amanah, jangkauannya luas sampai ke daerah-daerah, dan Umumnya tepat waktu.
Sebuah kenangan yang mengundang rindu datang menggebu. JNE membantu menyampaikan rindu itu. Ah, terharu bacanya.
Menarik ceritanya. Memang pilihan terbaik buat kirim paket adalah JNE. Aman, bisa diandalkan, dan cepat sampainya.
JNE selalu bisa diandalkan ya kak… jangkauannya luas lagi sampe pelosok juga dan terpercaya karena aku juga lebih sering pake ekspedisi satu ini
Wah.. kisahnya begitu mengharukan, Mbak. Ternyata ada momen tak tergantikan ya antara JNE dan masa lalu bersama Ibu tercinta.
Cerita yang sangat manis. bagaimana sebuah utang lama akhirnya terlunasi juga. Mangkuk cantik bergambar flaminggo akhirnya terkirim juga. Ongkosnya pun hanya 12 ribuan yang pas di hati dan kantong.
Lhoo jadi kakak di Malang juga kah? Keramik Dinoyo emang bagus2. Biasanya sih dipakai buat suvenir manten
Masya Allah membayar ‘hutang’ dengan barang kesayangan ibunda ya mbak. Kalau bisa melihat, ibunda rahimahullah pasti bahagia sekali melihat benda kesayangannya hadir lagi.
Saat baca ini aku juga baru bungkus paket isinya sepatu sandal buat ortuku, mau kirim pakai JNE hehehehe. Selain krn counternya deket rumah, juga karena JNE lumayan cepet ngirimnya hampir gak pernah nyasar.
Kalau keinget barang pecah belah kek mangkuk, set keramik teh dll gitu keinget dulu pas nikah banyak yang ngasi kadoan gitu, tapi gk kami bawa ke Jkt haha.
Besok2 kalau udah punya dapur bagus aku mau koleksi2 barang2 keramik gitu. Eh bukan koleksi yg dipajang sih tapi bener2 dimanfaatkan.
Kalau pecah ya gpp udah takdirnya bisa beli lagi, daripada punya tapi dipajang doank, yekan =))
Setelah membaca itu aku langsung berimajinasi, kalau waktu iseng menempatkanku bertemu sama pemilik JNE ini atau sedang nongkrong asyik dengan yang mengatur ##JNEContentCompetition2025, aku akan bilang, ” dah kamu jadikan aja itu tulisan Dinda sebagai pemenang, karena kisahnya membawa rasa yang membuat orang rindu pada banyak hal”
hanya imajinasi ya, tapi siapa tahu doa kecil ini sampai pada pemilik kehidupan.
Karena dalam era serba cepat ini yang sering diabaikan insan adalah kekuatan terbesar hidup satu diantaranya adalah Kisah. Termasuk bagaimana kisah JNE bersamaku juga yang selalu menghubungkan kesukacitaan. Sesuai dengan nafasnya.
Rasanya lega saat akhirnya mangkuk itu sampai di tempat seharusnya, seolah satu bagian hati pun ikut pulang. Terima kasih banyak JNE, bukan hanya sat set, tapi JNE ini juga detail dan hati-hati.
Cangkir gambar flamingonya cantik banget. Harga dua belas ribu nggak seberapa dibanding cangkirnya biar tetap aman sampai ke penerima ya. Aku pun kalau mau kirim selalu menggunakan JNE, harganya terjangkau dan tracking-nya bisa aku pantau terus.
JNE ini seperti penghubung yang mengesankan ya, karena membantu siapa saja untuk lebih dekat meski dipisahkan oleh jarak, jadinya gak ada lagi batas untuk siapapun mengirimkan paket kepada orang tersayang
JNE itu gak sekedar ekspedisi ya mbak, tapi juga penuh dengan berbagai cerita yang mengelilinginya. Membahas JNE, jadi teringat masa-masa awal berjualan online yang tak kalah sulitnya, Tapi hebatnya JNE sampai sekarang masih bertahan dan terus berinovasi.
Selamat ulang tahun ya JNE! semoga senantiasa menjadi ekspedisi nomor satu Indonesia.
Keramik klo dikirim via ekspedisi bikin H2C deh, ngeri² sedap. Apalagi klo keramiknya tuk kado seseorang. Tapi aku juga pernah ada pengalaman kirim barang pecah belah dari Bogor ke Madiun, alhamdulilah dgn ekspedisi JNE aman. Tentunya dengan packing kayu ya…
cerita yang mengharukan, walaupun beliau sudah meninggal, mewujudkan cita-citanya yang sederhanapun tetap menjadi hutang jika belum terwujud ya mbak. ALhamdulillah koleksinya pun sudah lengkap berjejer
Aku belum pernah ke sentra keramik Dinoyo, tapi dapat merasakan sih rasa senangnya mendapat kembali barang yang pernah menjadi kesayangan orang tua kita dulu. Dan Alhamdulillah nya JNE selalu dapat diandalkan untuk mengirimkan barang yang fragile seperti itu y
kehadiran JNE membantu banget untuk masyarakat. Dari mulai perorangan sampai ke mereka yang mempunyai usaha. Pengiriman barang ke konsumen menjadi cepat dan mudah.
Apalagi waktu pandemi, sepertinya frekuensi penggunaan JNE lebih banyak dibanding hari biasa
Kalau 12.000 per kilo gram untuk paket kayu khusus barang pecah belah berarti itu termasuk murah, ya. Soalnya harga yang biasa juga memang sekitar segitu. Alhamdulillah, tidak perlu cemas lagi karena paket fragile aman di perjalanan bersama JNE.
JNE memang sangat berkesan dan mendalam bagi banyak orang ya mba. Termasuk mba, akhirnya bisa memiliki benda yang memang mirip serta bernilai historis. Menuntaskan rasa rindu terhadap yang telah tiada.
JNE sudah puluhan tahun mengantarkan banyak paket penuh makna dan selalu maksimal. Tiba di penerima dalam kondisi baik dan rata-rata kurir mereka pun ramah. Aku pengguna JNE soalnya, sering kirim camilan homemade buat pelanggan pake JNE.
Bagus mangkoknya
Emang paling aman dikirim pake JNE ya
Biar aman sampai tujuan
Banyuwangi disebut bumi minyak jinggo..
Oh..
Senangnyaa.. alhamdulillah, paket datang dengan aman, selamat dan tepat waktu.
Itu yang diharapkan setiap orang yaa.. Dengan transparansi laporan real time posisi paket, semua orang bisa mengaksesnya tanpa khawatir.
Walcome home, mangkuk cantiikk~
Happy ending senang banget bacanya mbak. Semua berkecamuk rasa dalam hati hehe. Emang JNE the best courier suka satset saya juga jadi member jlc soalnya banyak diskonnya.
Di rumah ibu dan mertua juga masih ada keramik cantik hasil karya pengrajin lokal seperti itu. Memang sayang sekali kalau sampai pecah, soalnya keramiknya unik. Pasti sekarang sudah merasa lega ya, karena sudah bisa menggantikan keramik yang pecah.
Wahh, ceritanya menarik… dari sini jadi tahu kalau JNE tuh bisa dipercaya, karena mereka memastikan barang apa pun termasuk barang pecah belah bisa sampai dengan selamat.
JNE selalu bisa diandalkan ya. Sat set banget kalau kirim pakai JNE. Padahal seringkali saya pakai yang reguler. Tapi, tetap aja sampainya cepat
Aku juga sudah lama memakai jasa JNE, palagi dulu sering berhubungan dgn urusan JNE. Memang sdh legend di ekspedisi sih
JNE selalu hadir untuk menghubungkan orang-orang dengan hangat.
BTW Dinoyo … aku merasa kerap mendengar nama tempat ini disebut saat berkunjung ke Malang. O, atau kubaca di badan angkot ya?
Penggunaan JNE untuk “membayar utang” pada mendiang ibu adalah ide yang menyentuh. Sudah pasti aman dan satset banget sih ya. JNE tak hanya mengantar barang, tapi juga kisah dan kenangan yang mendalam. Sebuah lelaku yang indah!
Rindu serasa terbayar lunas dengan sampainya keramik cantik ini kembali ke kampung halaman Cuk Linda yaa… JNE bantu banget tersampaikannya aliran kebahagiaan pada setiap orang.
suka dengan artikelnya, ngalir begitu saja, btw ngomongin soal JNE, perusahaan logistik yang sudah melegenda dari aku kecil kayaknya Mba, selalu pakai JNE untuk ngirim-ngirim barang mungkin karena sudah jadi perusahaan logistik top of mind ya, kalau mau kirim barang apa pun pasti JNE ingatnya
41 Responses