Kebanyakan sebuah novel cinta itu menonjolkan sisi romantisme dan kata-kata manis dari tokoh novelnya. Jalan ceritanya juga kadang bikin malu-malu kucing para pembacanya plus tokohnya yang hampir rata-rata tampan/cantik. Tapi bisa kebanyang nggak kalau ternyata tokoh utamanya ini toxic banget ke orang yang dia cintai bahkan orang sekelilingnya? Marah, gregetan, dan pengen banting bukunya ‘kan.
Review Wuthering Heights kali ini aku nggak akan terlalu fokus pada gaya bahasa atau struktur novel yang terlalu kaku. Apa sebenarnya yang menjadi latar belakang dari novel ini? Subyektifitas pembaca dan tantangannya!
Terkisah seorang petani bernama Mr. Earnshaw yang memiliki dua orang anak (putra dan putri). Mereka berdua bernana Hindley Earnshaw dan Chaterine Earnshaw. Pada saat sang ayah melakukan perjalanan kerja ke Liverpool, ayahnya ini bertemu dengan seorang anak gelandangan bernama Heathcliff. Dengan rasa iba sang ayah kemudian membawanya pulang ke Wuthering Height, rumahnya.
Heathcliff, Hindley dan Catherine kemudian hidup bersama dalam satu atap. Tapi walau hidup bersama tidak serta merta kedatangan Heathcliff ini diterima seutuhnya, terutama oleh Hindley Earnshaw. Hindley ini merasa bahwa sang ayah lebih menyayangi Heathcliff dari pada dirinya. Tak jarang akibat rasa cemburu itu, ia jadi sering menyiksa Heathcliff.
Meski menerima perlakuan yang kasar hingga penindasan dari Hindley, anak gelandangan itu tidak pernah membalas dengan kekerasan. Ia menerima saja perlakukan anak sulung Mr. Earnshaw. Perlakuannya terhadap Heathcliff semakin membuat Mr. Earnshaw menyayangi anak gelandangan ini dan menganak-emaskannya. Walau Hindley sangat kejam, tapi ia memiliki Chaterine yang setia menerimanya dan mau bermain dengannya.
Lambat laun, seiring berjalannya waktu Mr. Earnshaw semakin terpuruk. Istrinya meninggal, kesehatannya termakan usia dan tentu saja Anak sulungnya kerap membuat ulah. Perlahan-lahan kesehatannya tidak pernah bugar dan akhirnya menyusul menemui ajalnya. Setelah meninggal, Mr. Earnshaw meninggalkan warisan berupa rumah dan tanah kepada Hindley. Kematian ayahnya pula Catherine semakin liar ketika bersama dengan Heathcliff. Sementara si anak gelandangan ini semakin leluasa menjadikan Cathy lebih liar. Keluarga ini pun semakin kacau balau.
Kekacauan itu diperumit dengan kedatangan anggota dari luar bernama Edgar Linton dan Isabella Linton. Keluarga Linton dan Earnshaw kemudian saling mengenal serta sama-sama tidak menyukai Heathcliff yang berpenampilan kotor dan tidak terawat.
Kondisi keluarga Earnshaw semakin lama tidak berubah baik. Ketika Hindley menikah, istrinya yang tidak terlalu baik pada cathy—meninggal saat melahirkan anaknya akibat tuberkulosis. Rasa cinta pada istrinya menjadikannya orang yang pemabuk dan tidak keruan selepas kematiannya. Ia bahkan tega melukai anaknya sendiri—Hareton—karena sifat pemabuknya.
Belum lagi segala kerumitan dan permasalahan menjadi pisau tajam terjadi ketika Catherine Earnshaw berniat menikahi Edgar Linton yang baik, ramah serta kaya menjadi suaminya. Tatkala Heathcliff yang sudah jatuh hati sejak pertemanan masa kecil itu merasa dipermainkan oleh Cathy dan membuatnya kabur selama tiga tahun. Kepergian Heathcliff ini menyisakan ruang sedih tak hanya bagi Heathcliff tapi pengurus rumah mereka Nellie Dean.
Selama tiga tahun kepergian Heathcliff dari Wuthering Height, si nona Earnshaw kemudian menikah dengan Edgar Linton dan tinggal di Thurcross Grage kediaman keluarga Linton. Walau di rumah itu, Cathy dihujani oleh cinta dari keluarga Linton tidak membuatnya merasa bahagia karena kehilangan Heathcliff. Kelamaan ia pun jatuh sakit yang cukup parah. Mungkin semacam gejala halusinasi berat.
Hingga penghiburan Cathy pun datang. Ya, dia adalah Heathcliff yang setelah tiga tahun pergi kini kembali ke Wuthering Height dan menemui Catherine di Thuscross Grage. Awalnya Edgar tidak rela istrinya ini menemui pria ini, karena bisa berdampak pada pernikahannya. Tapi rasa cintanya kepada cathy dan berharap ia bisa sembuh ini membuatnya menyetujui rencana istrinya.
Sayang seribu sayang, rencana menerima Heathcliff kembali ini membawa malapetaka yang tak terkira bagi keluarga Earnshaw dan Linton. Nyatanya Heathcliff datang dengan mendaku dendam yang ia bawa untuk kedua keluarga ini. Tidak sebatas pada hubungan Catherine, Edgar dan Heathcliff tapi seluruh keturunan keluarga mereka.
Apa yang bisa kita bredel dari novel Wuthering Height ini?
Kalau yang sudah baca novel ini mungkin sudah terasa bahasa-bahasa yang dipakai penulis sudah gelap. Kata-kata makian, hinaan, dan tindakan-tindakan keji sudah berseliweran di awal-awal bab. Bahkan, sepanjang kisah novel ini berlangsung pembaca akan tahu nuansa dari novel ini yang merupakan salah satu alasan yang masuk akal memasukkannya menjadi dark story.
Seperti yang sudah aku ungkap sebelumnya, review wuthering heights nggak akan bahas tentang struktur atau gimana cerita ini tersaji. Review kali ini kita akan membahas mengapa Emily Bronte menuliskan kisah Wuthering Height ini sedemikian kelamnya.
Kita mulai dulu ya dari kelebihan dari novel ini:
Lalu apa kekurangan dari novel ini?