Home / Lemari Tua / Gerbang

Gerbang Tradisi dan Simbol Antar Lelaku

Senjahari.com - 23/07/2025

Gerbang Tradisi

Penulis : Dinda Pranata

Gerbang itu besar dan pekat. Sebuah gerbang besi yang berdiri gagah di depanku seperti penjaga batas tempat aku berdiri. Ketika kusentuh besi dingin itu terasa menjalar ke urat syarafku. Kudorong perlahan. Kukira akan butuh tenaga, namun gerbang itu terasa cukup ringan untuk gerbang besi seukuran dua meter lebih.

Aku berjalan maju ke depan. Suara ranting kering berderak. Lalu diikuti suara samar angin yang menyambutku ketika melintasi gerbang. Dingin. Tapi, terasa mengundang untuk masuk lebih dalam. Ada rasa penasaran pada debu yang terlihat bercahaya. Tapi … apakah benar itu debu? apakah itu hanya kunang-kunang yang bergerombol? entahlah.

Semakin aku berjalan maju, udara semakin dingin. Menggigit kulit. Sebuah suara dan suara genta bersamaan berbunyi. Teng teng! teng!

“Warna merah untuk selatan. Warna putih untuk timur. Hitam untuk barat. Dan kuning untuk utara. Jika kau di tengah apa warnamu?” suara gong kemudian terdengar. Aku membuka mata.

Gerbang Tradisi dan Cara Alam Berkomunikasi

Gerbang tradisi dan simbol mimpi

Rupanya, mimpi tentang genta dan warna itu terus membekas. Satu-satunya mimpi di usia empat belas tahun yang masih bisa kuingat sampai sekarang. Entahlah … mungkin mimpi itu terasa aneh apalagi untuk usia empat belas tahun yang masih sering mimpi oppa Hyun Bin atau Lee Min Hoo.

Baca juga: Jamu Rasa Sepat dan Satu Tablet Kilat

Apa aku punya pikiran bertanya pada primbon seperti orang-orang tua dulu? Tidak, Kisana! Jujur aku bukan orang yang percaya ramalan atau semacamnya sejak kecil. Aku hanya mengingatnya dan mecatatnya dalam diary harian seperti pengalaman umum. Ketika beranjak dewasa, mimpi genta itu datang lagi dengan wujud yang beda (tepat ketika papa dan mama sudah dipanggil Tuhan). Aku sadar mimpi itu adalah simbol dari apa yang kupikirkan. Ia bisa jadi sebuah kode hanya ketika kau sadar.

Jejak-jejak ketidaksadaran akan kode itu, menjelma menjadi bentuk-bentuk tertentu dalam mimpi. Kadang bentuknya samar, tapi ada juga yang rasanya begitu nyata, seperti suara genta, aroma tanah basah, kilatan warna, bahkan perasaan ketika berada di dalam mimpi. Dan ketika kita bisa mengingatnya dan mulai menyadari maknanya, seperti ada klik yang tidak bisa dijelaskan.

Apa yang kuimpikan waktu itu, bisa jadi adalah cara semesta berbicara kepadaku dalam bahasa yang paling lembut. Dengan cara yang absurd. Acak.

Rupa-rupa Gerbang di Senja Hari

Nyatanya, bukan cuma mimpi yang dipenuhi simbol seperti itu. Budaya dan tradisi kita pun demikian. Penuh kode, isyarat, dan simbol yang tak selalu jelas maknanya. Seperti haruskah kita menyampaikan kritik dengan basa-basi, atau alasan kenapa nenek-nenek kita dahulu nginang. Setiap kebiasaan itu menyimpan pesan, yang barangkali tidak lagi kita dengar karena terburu oleh waktu dan modernitas.

Itulah kenapa rubrik ini bernama Gerbang, yang artinya ruang narasi yang membahas bagaimana budaya menyimpan pesan-pesan simbolik bagi kehidupan. Gerbang tradisi, tempat kita menyusuri kembali pesan-pesan dari alam atau leluhur tentang apa yang dibutuhkan. Agar, siapapun memahami kebijaksanaan dari tradisi atau budaya meski era sudah berganti rupa.

Baca juga: Ketika Blogger Terlalu Luas Untuk Diselami. Ada Crafter yang Cukup Indah Untuk Dipahami

Di rubrik ini kita tidak hanya membahas budaya modern yang khas masyarakat urban. Tapi sesekali senja hari akan memperlihatkan rupa-rupa dari tradisi lain di masa yang lain. Bisa itu mitos, legenda atau bahkan ritual-ritual nenek moyang yang mungkin tidak kita temui lagi. Punah.

Sesekali kita juga akan menyusuri tradisi masyarakat di pesisir, hutan, atau pegunungan. Bukan untuk membandingkan. Tapi untuk melihat bahwa setiap sisi luar perkotaan punya jiwa yang sama. Jiwa yang ingin bersuara lewat caranya sendiri.

Sapaan Senja Hari

Gerbang senja hari menyapamu, bukan untuk menggertak atau memaksa agar berjalan dalam tradisi yang sama. Tapi, kami ingin mengajakmu untuk sama-sama merenungkan kisah-kisah budaya yang seringkali menyimpan kearifan lokal tentang manusia dan alam semesta.

Kadang ketika kita menyelami, kita akan melihat bahwa budaya yang berbeda punya satu fokus yang sama. Yaitu kebaikan untuk manusia dan semesta.

Jika kamu merasa cocok dan ingin tahu lebih banyak tentang rubrik ini, mari kita duduk bersama. Berdiskusi dan saling mendengar. Karena dengan begitu, kita tidak menjadi berburuksangka pada budaya yang berbeda dengan yang kita miliki.

Baca juga: Rancak Bumi Lawang, Lahir Mentega Tengkawang

Have a nice day! Jya Matta ne~

Tinggalkan Balasan ke Fenni Bungsu Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Bicara tentang gerbang, dari beberapa kali pengelanaanku mengunjungi daerah wisata, yang aku pelajari dan ketahui kemudian, gerbang tak hanya menjadi pintu akses dan menutup akses terhadap sesuatu, tapi menjadi simbol dan bukti peradaban. Kayak misalnya aku main ke Benteng Mehrangarh, ada 7 gerbang yang masing-masing punya maknanya. Salah satunya Lolapol/gerbang besi yang merupakan gerbang terakhir ternyata menyimpan sebuah tanda sati (Sati atau suttee adalah tindakan bunuh diri spiritual di agama Hindu saat seorang janda mengorbankan dirinya dengan duduk di atas tumpukan kayu pemakaman sang suami.)

Menarik banget tulisan ini, bahas satu hal yang jarang diperhatikan oleh orang kebanyakan. Thanks for sharing, ya.

Fajar Fathurrahman

Aku ndak sabar mbak menanti tulisanmu di rubrik ini yaa. Karena aku tau, Indonesia itu punya banyak sekali etnis, suku dan tentunya ragam budaya. Tiap budaya punya personalisasi, simbolisasi, pesan serta maknanya masing-masing. Itulah indahnya Indonesia. Makanya daku gak sabar si menyelami penjelasan dari Mbak Dinda yang selaluuu saja punya sudut pandang berbeda, hehehe

Tapi sejujurnya, aku iri lho sama orang yang bisa bermimpi. Soalnya kalo aku hampir gak pernah mengalami fenomena bernama mimpi. Tidurku tuh ibarat tombol skip. Kayak cuma merem.. trus tau-tau udah jam 4 pagi. udah, gitu aja tiap hari.
Entah ini tuh tidurnya pules atau justru kualitas tidurku jelek kali ya. Gatau dah hehehe

Aku sampe inget2 apa ada mimpiku yg kebayang trus sampai skr, cuma kok ya ga ada yg berkesan banget .

Tapi bicara budaya , setuju kok… Walau kadang berbeda antara daerah, tapi tujuannya kan sama. Sebenarnya pengen mengajarkan hal yg baik ke manusia utk bersikap benar pada alam, hewan dan pada ujungnya kembali ke Tuhan. Mungkin ada beberapa yg menyimpang agama, cuma ya balik lagi ke diri masing2.

Aku sendiri, selama budaya itu ga lari dari track agama, masih mau melakukan kok. Kayak budaya atau tradisi nujuh bulanan, ga ada yg salah toh. Tapi kalau sudah menyimpang, hanya saja masih dilakukan oleh orang tertentu, ya sudah, aku hormati. Tapi aku ga bakal ikut melakukan. Ini contohnya kayak pakai pawang hujan . Yg mana keluarga suamiku masih ada yg percaya begitu. Dalam hal ini mah, terserah mereka, Krn itu keyakinannya.

Suka bagian ini: budaya membawa simbolik-simbolik bagi kehidupan.
Baguss banget kalau di blog Senja Hari ada rubrik budaya. Supaya netizen (khususnya gen z) tetap bisa mengenal kebudayaan indonesia. Jangan sampai terlupakan…

Karena waktu zaman kecil kita dulu bangga banget ya bisa nari tradisional, pakai kostum cantik. Sekarang? Entahlah….

Kadang budaya tradisi itu mempunyai tujuan yang sama sebenernya untuk memberi kebaikan pada suatu masyarakat namun mungkin dalam perkembangannya saja kadang kita yang salah kaprah salah mengertikan makna dibalik setiap budaya dan tradisi tersebut,,,
Aku sendiri suka memperlajari sejarah budaya karena jadi semacam masuk ke dunia yang berbeda begitu meski kadang cerita yang disajikan hanya dongeng mitos yang sepertinya di luar nalar namun saya cenderung menerima nya begitu saja tanpa harus mengkritisi

Mbak Dinda, baca tulisanmu ini bikin aku merenung.

Ya, kadang hal-hal yang terlihat sepele seperti mimpi atau kebiasaan lama yang kita anggap “hanya tradisi”, ternyata bisa menyimpan pesan yang dalam. Saya jadi ingat betapa sering kita melewatkan sinyal-sinyal kecil karena terlalu sibuk mencari jawaban yang “jelas dan logis”. Padahal, bisa jadi yang tak kasat mata justru lebih jujur dalam menunjukkan arah.

Terima kasih ya mbak, sudah membuka ruang untuk melihat dunia dengan cara yang lebih halus dan penuh rasa.

Hatiku langsung terpaut ketika tahu tentang rubrik gerbang ini. Setuju banget kalimat”Setiap kebiasaan itu menyimpan pesan” Jadi teringat dengan kebiasaan waktu kecil, pitutur di Jineng jadi landasan hidup kami.

Bertemu dengan blogmu itu seperti ketemu jejak peta kehidupanku. Lagi, hidup itu seunik itu mengatur pada alurnya. Terima kasih ya Dinda. Mari kita rawat hidup untuk bisa lebih “hidup” disaat waktu berlari kadang tak perduli insan hanya sekedar bernafas.

Anw simbol warna tadi tuh aku inget dengan segahan ha ha ha.

Gerbang memiliki arti lebih dari yang kita duga ya. Rupanya melalui mimpi ada banyak simbol dan pertanda juga. Hanya perlu peka dan sadar jika sesuatu tanda itu terjadi.

Gerbang dan budaya, dua hal yang erat. Banyak gerbang yang masih kokoh menjadi saksi bisu kejadian masa lampau.

Penasaran sekali dengan kelanjutan rubik ini. Nusantara negeri ini memang memiliki ragam budaya dan tentu semua bermuara pada satu “menyampaikan kebaikan”

Kalo tentang mimpi, kata temen daku semisal mimpinya bagus jangan diceritakan biar bisa terwujud. Apalagi itu mimpinya ketemu Lee Min Ho hehe, sayang kan gak jadi eh eh 😄

Ya, begitu dah serba mimpi yang entah dianggap diluar nalar tapi bisa jadi sebagai pertanda

Ah suka sama tulisannya
Jadi makin sadar klo Indonesia itu kaya budaya
Dari gerbang ada banyak makna yang tersimpan
Penasaran menunggu tulisan selanjutnya

Abis baca berasa diajak untuk merenungkan makna mendalam di balik tradisi dan budaya. Mimpi yang aku ingat waktu kecil adalah aku bermain di bawah pohon jambu dekat rumah dengan anak2 tetangga. Masih ingat karena abis mimpi itu aku terbangun karena jatuh abis berusaha manjat… Ahahaha, dan krn termasuk jarang bermimpi juga sih… Kira2 isyarat dari alam semesta saya jangan manjat2 pohon kali ya?

Rubrik “Gerbang” di Senja Hari tampaknya memiliki misi yang penting untuk menjaga kebijaksanaan lokal tetap relevan di tengah perubahan zaman. Pendekatan untuk tidak membandingkan berbagai budaya, melainkan mencari “jiwa yang sama” di baliknya, adalah cara yang bijak untuk memahami kearifan universal. Kita juga belajar bahwa tradisi menyimpan pesan simbolik dari alam atau leluhur. Penting juga kita memahami ttg akar budaya dan tradisi sebagai sumber kearifan hidup. Kira2 begitulah penerimaan saya.

Istiana Sutanti

Kadang ketika kita menyelami, kita akan melihat bahwa budaya yang berbeda punya satu fokus yang sama. Yaitu kebaikan untuk manusia dan semesta. -> this! setuju banget. Perbedaan budaya yang ada aku pikir justru diciptakan agar kita saling terhubung dan berkomunikasi. Kalau semua sama, kita gak punya rasa ingin tahu budaya lainnya. Huah, semoga rubrik ini bisa memberi manfaat dan bisa menjadi gerbang yang membuka pengetahuan akan budaya-budaya yang ada.

Budaya sesungguhnya tak hanya kearifan lokal. Seringkali ia mengajarkan kita nilai kehidupan yang sesungguhnya, meski berbalut tradisi yg mungkin sudah tidak relevan lagi di zaman digital sekarang. Tapi selalu ada hikmah dari budaya peninggalan nenek moyang, dari beragam suku yang ada. Keren mba klo blogbya ada rubrik khusus budaya…

Bambang Irwanto

Nenek saya dulu nginang Mbak. Pas pertama kali lihat saya kaget dan jijik. Soalnya meludahnya di wadah dekat kakinya hahaha. Saya baru bertemu embah saya di usia 23 tahun. Kami sebelumnya tak pernah bertemu. Di Makassar ga ada nenek-nenek nginang. Ada mungkin tapi saya g pernah lihat hahaha. Jadi nginap Memnag membuat gigi nenek say kuat.

Selamat rubrik barunya Mbak. Tidak sabar menunggu tulisan ciamiknya seputar budaya dan tradisi Indonesia

Mbaaaaaa Kok bisa sih masih ingat isi mimpi yang ada saat umur 14 tahun…
Aku pribadi yang selalu lupa isi mimpi semalem tuh apa..
Walaupun terkadang rasanya sangat real sampai menyisakan rasa. Kadang seharian bisa happy gegara mimpi itu, atau malah kebalikannya.. bad mood.. kebawa emosi sama mimpi sendiri

Tapi ya Mbaaaa, budaya negeri kita ini memang banyak dan beragam.
Kosa kata baru buat saya dari tulisan ini adalah Lelaku, yang dikaitkan dengan tradisi dan ikhtiar orang tua kami dalam mensyukuri juga mentirakati suatu peristiwa.

Gerbang tradisi pun seringkali disalah-pahami dan menjerumuskan pada pertikaian. Padahal kalau mau membuka mata dan berfokus pada hal positifnya, kita bisa lebih tenang dan paham.

Bahasa dan budaya ini bagian dari ekarifan lokal setiap daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Aku sangat beruntung sekali tinggal di Indonesia. Karena itu juga, aku suka memberikan anak-anak pemahaman bahwa karakter seseorang itu bukan hanya diwarnai tentang dimana mereka tinggal, dari latar belakang keluarga yang seperti apa, tetapi juga bisa jadi dipengaruhi oleh suku, bahasa dan budaya.

Serruu kalau uda ngobrolin budaya yaa..
Mereka berakar dan menjadi karakter seseorang.

Kyknya memang bukan tanpa alasan leluhur2 kita dulu melakukan hal ina inu. Kyk misalnya nginang, nenekku dulu juga nginang, alhasil giginya sehat sampai akhir hayatnya gak ada yang bolong. Walau ya kadang generasi di bawah tu kyk mandang ih apan sih, Bisa jadi ya krn gak paham. Taunya cuma odol hehe.
Begitu pula segala tindakan bahkan mitos2 yang mungkin beredar, biasanya ada kebaikan. Kyk misalnya jangan nangkap ikan di sungai ini, nanti kena tulah. Pdhl bisa jadi itu utk melindungi ekosistem sungainya. Soalnya org2 dulu tau kalau dibebaskan yg ada malah dirusak dan diambil sebanyak2nya tu ikan2, keknya.
Budaya tiap daerah emang beda2, tapi justru keindahannya ya terletak di perbedaan itu. Meski demikian kembali lagi adanya tradisi, budaya dulu pada masanya diciptakan demi kebaikan. Nah, menurutku tugas generasi sekarang melanjutkan yang baik dan kalau ada yang gak relevan sih gpp gk usah dilakuin lagi cuma masih perlu dikenang dalam sejarah biar anak cucu gak lupa.

Heni Hikmayani Fauzia

Begitu banyak memang budaya di Indonesia yang bisa dibincangkan dalam ruang ruang diskusi. Kereen yaa Indonesia, memiliki banyak budaya yang beragam, tak akan habis untuk dibicarakan satu-satu dalam sehari.

Gerbang, ya sesuai namanya. Pintu masuk, kalau dalam konteks ini adalah pintu masuk mengenal simbol-simbol dalam budaya tertentu. Bisa lewat mimpi atau semacamnya.

Teddy pribadi mulai mendalami budaya dan tradisi Tionghoa sih Kak. Sedang berproses belajar bahasanya juga. Alhamdulillah.

Terima kasih ya Kak.

19 Responses