Hore! Ini awal bulan yang menyenangkan ya! Apalagi ada yang baru gajian di awal bulan. Siapa yang saldo rekeningnya sudah menggendut, setelah disuntik botox dari bagian keuangan? Nah, sebagian besar pada angkat tangan nih.
Tapi ngomong-ngomong, setelah menggendut di rekening, siapa yang cepat-cepat memindahkan isi rekening ke dompet? Astaga, pada angkat tangan semua ya!
“Kan banyak tagihan yang perlu dibayar, Mbak!”
Sebelum si uang ngambek dan buru-buru kabur dari dompet, kita perlu sedikit menilik kesehatan mental si uang yang sering kita abaikan. “Ah, ngaco kamu!”
Serius deh! Ini salah satu buku yang kubaca lima hari lalu dan baru kelar, menceritakan kenapa si uang merasa tertekan di saku dompet, dan gimana sih kita perlu mengatasi perkara mental si uang yang juga bisa berpengaruh ke mental pemiliknya?
Baca juga: Mana yang Lebih Sulit, Obsesi Cinta atau Obat Kolera?
Enggak ada yang menyangka bahwa uang bisa punya kesehatan mental layaknya manusia ya. Dan ini bener banget. Buku yang ditulis oleh Morgan Housel ini memang masuk akal sih, utamanya saat arus media lebih condong memberitakan flexing para crazy rich juga cara memperoleh uang dengan cara instan, yang buat para penonton keblinger mau meniru jejak mereka.
Tapi pertanyaannya, apakah bisa kita menjadi kaya seperti mereka?
Sayangnya, jawabannya TIDAK BISA! Maaf kalau jawaban ini terkesan tidak oportunis, tapi mari kita lihat sisi masuk akalnya yang terletak pada bagaimana persepsi manusia terhadap uang itu sendiri.
Buku yang berisi sembilan belas bab inti dan satu bab tambahan ini, menekankan bagaimana persepsi tiap manusia yang berbeda terhadap uang, bisa mempengaruhi cara mereka mengelola uang. Makanya, dalam video-video yang menerangkan, bagaimana menjadi kaya raya atau bagaimana cara menjadi sukses berbisnis ABCD, sering kali tidak berhasil bagi sebagian besar orang. Ini karena alasan persepsi orang tentang uang, juga kondisi internal/eksternal mereka berbeda dengan motivator keuangan.
Misalkan saja, bagaimana cara menjadi kaya ala Waren Buffet atau bagaimana melakukan teknik investasi ala Buffet. Kebanyakan dari cara-cara itu membahas tentang teknik-teknik sukses Warren Buffet dalam memilih jenis investasi yang menguntungkan, tapi jarang menyorot kegagalan-kegalan Buffet ketika ia rugi. Para motivator Ini jarang pula menyorot proses panjang yang ia lakukan selama berpuluh-puluh tahun dalam berinvestasi.
Baca juga: The Path Made Clear: Optimisme sang Visioner Oprah Winfrey
Parahnya tidak sedikit dari kita yang terbuai dengan motivator-motivator yang menawarkan kekayaan secara instan yang ujung-ujungnya justru merugikan diri sendiri. Selain ada proses panjang yang melibatkan naik turunnya ‘emosi’ si uang, ini juga melibatkan faktor yang namanya ‘previlage’ atau keberuntungan. Sadar atau tidak, ada faktor keberuntungan yang jarang tersorot dan enggan diakui sebagai bagian dari penentu kondisi psikologis si uang ini/
“Yang bener nih?”
Coba deh kalian baca bukunya sampai habis, kalian bakal tahu ternyata ini bukan isapan jempol belaka kok!
Buku ini menyoroti banyak kondisi di mana orang-orang akan menyalahkan si uang karena ia gagal memperoleh kekayaan. Misalkan nih, setelah melakukan investasi berjangka yang mana seseorang tergiur dengan hasil jutaan bahkan puluhan juta dalam kurun waktu setahun atau dua tahun, suatu hari ia terkejut dengar berita bahwa investasi itu bodong alias abal-abal. Kondisi ini membuatnya menyalahkan si uang karena “datang di waktu yang tidak pas”.
Selain menyoroti kasus kekayaan instan yang sering ditawarkan beberapa pihak, Psychology of Money juga menyoroti bagaimana manusia bisa dengan mudah menghakimi berdasarkan apa yang terlihat. Ini misalkan saat kita melihat orang yang miskin, sering kali kita menyalahkan bahwa orang itu malas belajar/bekerja. atau ketika melihat orang kaya, kita akan mengelu-elukan bahwa si dia bekerja sangat keras sampai ke titik tersebut. Tapi Ingat! hidup itu nawang si nawang ya, sama kaya isi dompet. Bisa jadi dia miskin bukan karena malas, tapi memang keadaannya yang tidak beruntung. Atau bisa jadi orang yang kita anggap miskin, ternyata orang kaya yang tersembunyi. Who knows!
Baca juga: Review Buku The Man Who Loved Books Too Much
Psychology of Money juga mengakui nih kalau si uang juga punya ritme sendiri di tiap-tiap orang. Apaan sih maksudnya?
Jadi begini ya, gengs. Cara orang mengelola uang bisa berbeda-beda dan seringkali apa yang dikatakan oleh motivator keuangan tidak selalu tepat. Misalkan nih, ada keyakinan yang menyuruh kamu menabuh 30% dari gajimu dan 70% untuk kebutuhan sehari-hari.
Ada pihak yang menonton bahwa ia enggak bisa menabung 30% karena gajinya di bawah UMR, dia buruh lepas dan punya anak dua yang harus di sekolahkan. Patokan persentase itu tidak mutlak dan bisa kita sesuaikan dengan kebutuhan dan ritme si uang itu. Syukur-syukur si abang/mbak-nya bisa menabung walau seribu tiap bulan, itu juga sebuah usaha lo!
Hal-hal yang kusukai dari the psychology of money.
Ada enggak yang bikin kamu enggak sreg dari buku ini. Ada kok, enggak banyak sih dan enggak juga mempengaruhi. Pertama aku buta banget sama istilah-istilah ekonomi kaya obligasi, cara kerja saham dan lainnya. Jadi pas baca mesti googling dulu yak.
Baca juga: The Golden Road: Kerinduan L.M Montomery Pada Masa Anak-Anak
The Psychology of money, menurutku buku yang keren dan jauh dari kata idealis. Utamanya sekarang saat orang-orang pengen secara instan mengumpulkan pundi-pundi, tapi lupa sama yang namanya proses. Jadinya, ya mereka banyak yang jatuh karena keinginan jadi instan. Terus juga masukan tentang what should we do about money is relative tanpa menafikan situasi seperti keberuntungan dan nasib mujur dari orang-orang.
Ada yang sudah baca buku ini dan gimana tanggapan kalian nih? Atau ada yang mau masukin The Psychology of Money jadi wishlist? Boleh banget kok cek di sini!
Kamu punya opini, silakan berbagi di kolom komen. Eits, komennya yang sopan ya, semata-mata demi jejak digitalmu biar bersih!
Happy Monday!
View Comments
Menarik artikelnya. Ini mirip-mirip teori law of attraction ya. Kalau dari awal persepsi orang terhadap uang buruk, misal sumber kejahatan dan keserakahan, maka uang pun enggan menghampiri orang tersebut. Begitupun sebaliknya, jika seseorang menghargai uang, merawatnya dengan baik, menggunakan untuk kebaikan, lalu yakin dan enjoy dalam hidupnya, maka uang pun akan senang hati menghampirinya
Bener banget, beberapa kali ingin memiliki uang dengan niat untuk berbagi beberapa % nya. Alhamdulillah malah dapat lebih dari perkiraan. Sedangkan kalau lagi banyak keinginan yang gak terlalu penting, malah seret.
Aq taunya uang itu mempengaruhi kesehatan mental. Kalau punya banyak uang, ada rasa bangga dan seneng yang menggelegar. Tapi klau gk punya uang, bawaannya baper melulu
Bukunya menarik, ngak melulu ngomongin masalah ekonomi, biasanya kalau bicara finansial pasti ngak jauh dari mengatur pemasukan dan pengeluaran serta pentingnya investasi tapi jarang yang bicara bahwa mindset orang tersebut tentang uang juga penting harus dibicarakan, bagaimana dia memandang uang yang diterimanya, harus baca nih bukunya.
Buku yang rekomen nih, memang untuk mengelola uang tuh butuh mental yang bagus, jangan apa2 dibelanjakan. Padahal kan masih tanggal muda, biasanya orang akan kalap tuh. Ya, kecuali ada hutang dan tagihan yang mau gak mau harus dibayarkan secara rutin
Menarik review-nya. Sepertinya bukunya pun menarik buat saya karena realistis dan pemaparannya lebih mudah dipahami. Sudut pandang penulisan bukunya menarik juga, dari sisi "si uang".
Buku ini banyak direkomendasikan orang ya. Aku mpe skrg belum baca buku ini. So thank you reviewnya.
Intinya pintar-pintar kita dalam menjaga keuangan ya kak
Jika seseorang awalnya menganggap uang sebagai sumber kejahatan dan keserakahan, uang sepertinya akan menjauhi mereka. Sebaliknya, jika seseorang memiliki penghargaan terhadap uang, merawatnya dengan baik, menggunakannya untuk hal-hal yang baik, dan hidup dengan keyakinan serta kebahagiaan, maka uang pun akan dengan senang hati mendekatinya.
Sebagai ibu negara yang mengatur keuangan seluruhnya, saya merasa perlu nih memiliki buku ini. Yah, pengen tahu dan dapat ilmunya secara masalah keuangan kan emang penting ya di kehidupan ini