Home / Pojokan

Review Little Grey: Dari Hatred ke Self-Love

Senjahari.com - 26/08/2023

Cover Little Grey

Penulis : Dinda Pranata

Selama hampir sebulan mempersiapkan anak yang mau masuk sekolah beserta dramanya. Hasilnya selama sebulan itu mengalami reading slump sampai akhirnya pas bongkar-bongkar lemari, menemukan tumpukan To Be Read (TBR). Salah satunya adalah buku anak yang sekali duduk bisa habis dibaca.

Buku berjudul Little Grey ini sangat tipis dan bisa dinikmati sambil menunggu anak di sekolah. Bagaimana sih sinopsis dari buku anak ini? Apa isi yang bisa kita angkut sebagai orang dewasa dari kisah sederhana ini? Juga, gimana kesan selama membaca?

Dari Hatred ke Self-Love

Penerbit: Grasindo

Judul : Little Grey

Karya : Shevani Thalia, Ilustator: Diani Apsari

Tebal: 118 Halama

Tahun: 2018

Identitas Buku Little Grey
Quote Little Grey 2
Quote Little Grey 2

Anna adalah nama asli dari Little Grey. Gadis ini memiliki rambut yang sewarna abu kelabu dan tinggal dengan Bibinya bernama Lisa. Tapi kehidupannya jauh dari kata bahagia, kesepian lebih tepatnya. Ia hanya memiliki seorang teman bernama Zooey yang notabene adalah seekor kucing abu-abu. Setiap hari ia bermain bersama dengan sang kucing, bercerita padanya sampai berkeluh kesah tentang segala hal. Dan, hal yang paling ia sukai dari hidupnya yaitu menikmati waktu di jam empat sore.

Suatu hari ia bertanya kepada bibinya alasan mengapa dirinya dipanggil little grey padahal ia memiliki nama yaitu Anna. Dengan kesal bibinya menjawab bahwa dia sudah memanggilnya begitu sejak ia kecil dan menambahkan kalau ibunya ini meninggalkan dirinya gara-gara rambutnya. Mendengar jawaban itu dari neneknya, semakin sakit dan ia jadi semakin membenci dirinya sendiri.

Tak hanya bibinya lo yang menyebutnya Little Grey. Teman-teman sekolah sampai guru-gurunya juga ikut memanggilnya begitu. Ini yang menambah alasan kenapa ia tidak pernah nyaman ada di sekolah atau di rumahnya. Makanya ia selalu menunggu jam empat sore untuk berjalan-jalan bersama si Zooey perbukitan.

Baca juga: Kucing Bernama Dickens: Kisah Peliharaan dan Proses Penyembuhan

Pada saat itulah ia bisa merasa tenang dan saat berjalan-jalan tanpa sadar langkah kakinya membawanya menemukan sebuah rumah dan kincir angin. Kincir angin besar dan kokoh yang tak akan pernah terjatuh. Di rumah yang bersebelahan dengan kincir angin itu, ia pun berkenalan dengan sepasang orang tua yang baik hati. Dari pertemuan itu, Anna dan sepasang orang tua itu saling menumbuhkan ikatan emosional dan saling berbagi cerita serta kasih sayang. Dari pertemuan itu Anna belajar banyak tentang kehilangan, kasih sayang dan penerimaan.

Bagaimana ia bisa menemukan itu semua dari pertemuan singkat itu? Kalian baca aja bukunya, biar seru aku kasih pertanyaan memancing.

Love Come From Yourself First!

Ketika membaca buku ini sejak awal, ada sensasi rasa yang ingin berkata, “yes, Anna! I feel you!” banyak lo hal yang relate dengan kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari bagaimana kita memandang diri sendiri, lalu ada bagaimana kita bereaksi terhadap penilaian orang lain sampai hal yang kompeks seperti bullying. Kita dipaksa berkaca kembali tentang bagaimana kita merefleksikan diri sendiri melalui sosok Anna.

1. Self-Love isn’t Egoistic Matter

Seringkali ketika kita berusaha mencintai pilihan kita dan sudah berkomitmen untuk mengambil segala konsekuensi, tiba-tiba selentingan orang lain yang berseberangan justru membuat kita mundur. Alasannya sederhana yaitu anggapan pilihan kita itu dipandang egois oleh orang lain.

Misalkan saja kita mau kuliah jurusan seni, tapi orang tua melarang dan menyebut kita egois. Kita sebagai anak pun sering kali dibuat “meleleh” dengan pandangan itu. Padahal dengan kita tetap memilih seni dan membuktikan bahwa kita bahagia dan berhasil lulus dengan baik saja, kita tidak merugikan orang tua kok.

Baca juga: Buku Tentang Freud, Kelamin dan Serigala Betina

Ada yang serupa?

2. Normal Value Isn’t Your Value

Standar orang lain atau standar yang berlaku oleh umum sering kali kita jadikan patokan mutlak dalam kehidupan sehari-hari. Padahal tidak semua nilai yang berlaku secara normal di kalangan umum mencerminkan nilai pribadimu sebagai individu.

Misalkan yang terjadi pada kasus Anna nih ya. Anna memiliki rambut yang dianggap tidak normal (abu-abu) atau fisiknya berbeda dari orang lain, ini tidak mencerminkan bahwa Anna tidak layak jadi teman atau tidak baik secara individu. Sering banget lo kita menjadikan standar masyarakat ini sebagai tolak ukur nilai pribadi kita.

Ada yang mengalami juga?

3. Bullying BUKAN Candaan

Ini yang sering banget kita lihat di beberapa konten-konten media sosial. Siapa yang enggak pernah nemu konten bully jadi candaan. Bahkan enggak cuma di media sosial lo, di beberapa reality show televisi juga banyak lo bullying yang tersamarkan oleh komedi, seolah itu candaan biasa. Dalam berteman pun kita sering kali tanpa sadar menjuluki orang yang berbeda dengan kita (dalam artian berbeda dari standar normal masyarakat).

Baca juga: Literasi Usia Dini Antara Ekspektasi dan Realita

Misalkan dalam kasus Anna di Little Grey ini, ketika di sekolah teman dan gurunya memanggilnya dengan sebutan Little Grey bukan Anna (nama sebenarnya). Belum lagi ketambahan saat memanggil teman-temannya tertawa, seolah perbedaannya ini atau kekurangannya ini lucu di mata mereka yang normal.

Kalau kamu nih, ada di posisi Anna atau teman-teman yang minoritas (berbeda dengan yang lain) masih bisa tertawa menikmati?

4. Excuse is not Love

Jatuh cinta itu memang butuh alasan kok. Tapi mencintai—yang merupakan proses panjang dari jatuh cinta—tidak lagi bicara tentang alasan. Ketika jatuh cinta itu tidak lagi mendebarkan, kamu akan banyak melihat perbedaan dari persamaan yang dulu. Ini banyak terjadi pada orang yang sudah menikah atau menjalin hubungan dengan intensitas emosional yang tinggi. Maka yang tersisa adalah cinta yang berdasar pada penerimaan.

Pada kasus Anna ketika ia bertemu dengan Bibi Nina dan Paman Jack, yang rumahnya bersebelahan dengan kincir angin. Tidak peduli apakah pertemuan itu singkat, tapi ketika intensitas kedekatan emosionalnya tinggi dan penerimaan itu terjadi, maka Anna mampu mengembangkan perasaan cinta yang besar terhadap pasangan ini. Ini pun secara tidak langsung berdampak pada bagaimana ia memandang dirinya.

Bisakah kamu membayangkan bagaimana hangatnya cinta yang berlandaskan penerimaan ini?

Baca juga: Kitalah yang Ada di sini Sekarang by Jostein Gaarder

Review Little Grey PoV Senja Hari

Quote Little Grey 1
Quote Little Grey 1

Buku ini tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya. Tidak sampai setengah jam saja, buku ini sudah selesai terbaca. WOW! singkat banget! Yes, honey! Gimana sih review Little Grey ini:

  1. Buku tipis tapi isi padat: Kadang aku suka bosan dengan drama orang dewasa dan sesekali membaca buku anak-anak yang ringan. Tapi ajaibnya, meski buku ini tipis banget, isinya padat dan relate sama kehidupan orang dewasa.
  2. Heart-Warming: Baca buku orang dewasa terkadang bikin heart-warming-nya kebangetan sampai ikutan emosi. Tapi karena ini bacaan anak-anak, hangatnya lebih ke internal pembaca lo. Kita jadi kembali berfikir bahwa menerima diri sendiri sangat penting bagi perkembangan mental kita. So why we don’t try to do it?
  3. Bahasa Inggrisnya enggak nyeremin: Ini yang paling penting, buku ini berbahasa Inggris. Tapi santai saja, guys. Bahasa Inggrisnya enggak nyeremin kok, ringan banget. Dan ini juga bisa jadi buku cerita berbahasa Inggris untuk anak kelas lima atau enam. Bisa juga untuk anak SMP yang mau mencoba membaca buku dalam teks bahasa Inggris. Aku sendiri sudah lama enggak baca buku terjemahan, buku ini bisa jadi ‘pemanasan’ untuk buku yang lebih kompleks lagi.

Review Little Grey dari sisiku, lebih banyak kesan asyiknya. Selama baca buku ini emang asyik banget buat pemanasan otak yang sudah terlalu lama “cool”, dengan buku teks berbahasa Inggris.

Jadi ada yang sudah pernah baca buku ini? Kalian bisa juga kok kasih pandangan tentang review Little Grey ini di komentar. Atau ada yang lagi ikutan pemanasan dengan buku-buku teks berbahasa Inggris yang ringan, boleh juga di-share di kolom komentar. Siapa tahu jadi wishlist bacaan menjelang akhir tahun. Kamu bisa beli bukunya secara online kalau di toko offline enggak ada.

Meskipun kamu kontra dengan penilaian dalam artikel ini, jangan lupa tinggalkan komentar dengan bahasa sopan ya. Biar kamu tetap meninggalkan jejak positif di dunia maya. Have a nice day, guys!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Wuih keknya bukunya bagus ya, resensi ini membuat saya penasaran pengen baca sendiri bukunya

menarik nih review dari buku the littl grey ini. saya jadi kangen juga pengen baca buku anak-anak. buku yang ringan gini cocok banget buat dibaca di sore hari pas lagi santai sambil minum teh. btw ceritanya singkat tapi banyak pesan moralnya ya. nice

Kalau aku suka banget ama bacaan serial pengarang anak dari Inggris kaya si Badung 5 sekawan..trio Detektif buku2 itu tang menemani masa kecil aku smpai dwasa penuh kenangan deh

Banyak sekali insight dalam buku The Little Grey ini, ya. Untuk ukuran buku tipis dan genre anak, buku ini terlihat seperti buku yang bagus.

4 Responses