Ketika SMP, aku punya seorang teman (sebut saja namanya AB) yang tiba-tiba datang menawarkan diri untuk mengerjakan tugas trigomometri yang paling bikin aku puyeng. AB ini di kelas memang pandai dalam bidang trigonometri dan aljabar. Beda banget denganku yang rada-rada lemot untuk materi teman-teman si matematika ini.
Sayangnya, tawarannya itu tak kuterima karena prinsip yang diajarkan oleh orang tuaku, lebih baik nilai jelek hasil sendiri daripada nilai bagus tapi hasil bohong. Prinsip itu masih aku pegang sampai sekarang.
Meski begitu, ada dorongan besar yang membuatku bertanya nih. Mengapa mereka yang pintar seperti si AB ini memilih mengerjakan pekerjaan teman yang ‘rada-rada’ ya?
Yang mengikuti topik joki tugas ini, tampaknya sudah enggak asing dengan fenomena ini ya. Sadar atau tidak, fenomena perjokian ini bisa terjadi sejak kita masih kecil.
Ah, gimana sih? Anak kecil mah enggak tahu apa-apa kale!
Baca juga: Jurusan Kuliah Keren, tapi Cari Kerjanya Senewen
Begini, masih ingat ketika kita sekolah dan ada PR membuat prakarya. Alih-alih membiarkan anak mengerjakan sendiri tugasnya/mengawasi, orang tua akan (lebih) sibuk mengerjakan tugas prakarya itu. Ya, dengan harapan prakarya anak jadi maksimal dan mendapat predikat tertentu.
Dari satu perilaku kecil yang (mungkin) tidak disadari oleh orang tua, perilaku itu membuat anak akan terbiasa meminta orang lain untuk menyelesaikan pekerjaannya, karena sudah tahu ‘nikmatnya’ keberhasilan instan. Apalagi jika perilaku itu terjadi berulang dan menjadi kebiasaan.
Orang tua yang dengan bahasa implisitnya ‘ingin membantu’, pada akhirnya tidak membantu pada jangka panjang.
Namun di era seperti sekarang, rasa-rasanya bahasa implisit itu tak lagi terdengar. Para joki tugas ini, kian marak dan beragam jenis, yang secara terang-terangan muncul tanpa menggunakan topeng ‘dalih membantu’. Beberapa dari mereka bahkan berani memberi jaminan hasil bahwa mereka akan berhasil.
Sebut saja joki membuat slide power point, meresume jurnal, mengetikkan makalah sampai yang paling heboh joki menjadi peserta ujian kepegawaian.
Baca juga: Soal Pilihan Ganda yang Bikin Arus Server Sibuk!
Tapi, coba deh kita merenung sejenak. Bagaimana joki ini bisa berani mengambil pekerjaan jika mereka tidak punya kemampuan? Bukankah artinya mereka itu pintar?
Saat kita bicara realita, memang terkadang sangat pahit seperti ampas kopi. Tapi apakah pahit itu tidak berguna? Ya, enggak dong! Sama seperti ampas kopi yang punya manfaat kalau kita tahu apa yang harus dilakukan
Dalam sebuah jurnal yang terbit tahun 2022, terdapat sebuah penelitian yang melihat fenomena joki di kalangan mahasiswa/pelajar. Berdasarkan penelitian itu ditemukan bahwa faktor ekonomi dan faktor hasrat diri sendiri (yang di dalamnya termasuk adanya rasa ingin tahu dan memanfaatkan orang lain dengan kondisi tertentu).
Menariknya nih! Hal ini pun diamini juga oleh jurnal studi pemuda tahun 2023 yang mengangkat isu tentang industri joki dengan mengambil sudut pandang penjoki-nya. Dalam jurnal ini pun, faktor ekonomi memegang peranan penting bagi seseorang untuk memutuskan menjadi seorang penjoki. Misalkan, apakah mereka seorang pegawai kontrak yang bisa sewaktu-waktu diberhentikan, ataukah mereka seorang lulusan universitas bergengsi namun terkendala dengan terbatasnya lapangan kerja. Untuk bisa menyambung hidup dengan gaji yang (mungkin) terbilang terbatas, akhirnya menyebabkan mereka mengambil kerja sambilan (freelance) sebagai seorang penjoki.
Pintar saja tak cukup untuk memberimu makan, tapi kau juga harus oportunis. Kurang lebih frasa ini cocok untuk para penjoki. Mereka memiliki otak dan kemampuan yang cukup bagus, tapi mereka juga harus oportunis dalam melihat realita kehidupan yang tidak seindah kemampuannya. Kondisi ekonomi yang melilit penjoki tidak mungkin berdiri sendiri dong! Ada faktor lain juga yang menyebabkan industri joki ini meningkat dan terlihat secara kasat mata. Apa itu?
Baca juga: Antara Anak, Belajar dan Merdeka. Ada Ibu yang Siap Jadi Stand Up Komedian
Masih ingatkah dengan teori ekonomi “ada permintaan, ada barang.” Industri perjoki-an ini seperti sebuah komoditi tidak hanya di kalangan akademisi, namun juga di kalangan pencari kerja. Selama ada permintaan terhadap jasa itu, industri itu akan tetap ada.
Masak iya sih joki bisa nyasar ke wawancara kerja?
Yang kumaksud bukan wawancara kerja, tapi terlebih ujian tulis dalam melamar kerja. Bukankah kasus yang sempat rame termasuk dalam industri perjokian? Meskipun tertangkap, namun masyarakat yang mengetahui itu akhirnya mempertanyakan integritas dari lembaga/perusahaan/instansi yang kebobolan oleh joki kan.
Kondisi permintaan joki yang kian meningkat ini pun ada faktor pendorongnya. Misalkan saja banyak lulusan dari universitas yang tidak disertai dengan kemampuan/skill yang cocok dengan permintaan kerja zaman sekarang. Ketersediaan dan syarat permintaan pekerja yang menyulitkan para pencarinya. Lalu dari segi mahasiswa-nya, mereka masuk universitas karena hanya mengejar gelar atau tidak sesuai dengan minatnya. Ini termasuk syarat kelulusan yang hanya menekankan pada satu cara yaitu skripsi atau desertasi.
Lalu mahasiswa/siswa/siapapun yang ingin mencicip joki/ menjadi joki sebaiknya bagaimana?
Ingatlah beberapa hal ini sebelum terjun pada industri joki baik sebagai penjoki atau pengguna jasa joki akademik :
Fondasi di atas tidak selalu mutlak bagi semua orang, tapi sebagian besar terjadi pada orang lain. Selain berpegang pada fondasi di atas, peran serta kita sebagai masyarakat termasuk pemerintah perlu saling mendukung. Kira-kira apa saja ya?
Secara garis besar, perjokian ini terjadi karena faktor ekonomi dan ketimpangan antara kompetensi lulusan dengan lapangan kerja yang ada. Pemerintah bersama masyarakat perlu turun tangan agar tercipta kondisi perekonomian yang sehat. Perekonomian yang sehat pun bukan berarti lepas dari masalah. Tidak ada jawaban yang selalu mudah, jika kita sendiri tidak mau berupaya menyelesaikan. Namun dengan kondisi masyarakat yang sehat dan edukatif penyelesaian masalah pun jadi lebih fokus pokok permasalahannya.
Kalian punya komentar atau pengalaman terkait dengan joki tugas itu? Kalian bisa komen di kolom komentar ya. Eits! Tetap komentar dengan bahasa yang sopan ya, agar jejak digital kalian tetap bersih.
Happy Monday!
Source:
Larasati, Dewi., Osmawati, Yani. 2022. Analisis Teknik Netralisasi Joki Tugas Perkuliahan Online Pada
Masa Pandemi Covid-19 di Jakarta Selatan. Jurnal Anomie, 4(3), 163-179
Fahmi, Ridwan Tajul., Rofiqiah, Hifni Azizatur. 2023. Joki Skripsi: Jalan Pintas Pemuda
Menghadapi Ketidakpastian Dunia Kerja. Jurnal Studi Pemuda, 12(1), 1-13
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7411974/kunci-menghindari-pengguna-jasa-joki-tugas-salah-satunya-sadar-diri
https://www.idntimes.com/news/indonesia/dini-suciatiningrum/viral-joki-skripsi-dinormalisasi-ada-guru-ikut-tawarkan-jasa?page=all
View Comments
Paling banyak si joki game push rank, wkkwk. Tapi selama hasilnya memuaskan dan hasilnya besar, why not ?? Kwkwkkw
Ikut mengomentari komentar sebelumnya.
Teman anakku yang SMP sudah dapat banyak uang (utuk ukuran anak sekolah) dari joki game push rank..Duh. Tapi aku dah ingatkan anakku untuk tidak ikutan memakai jasanya atau bahkan mengikuti jejaknya.
Sedangkan anakku saja bikin tulisan (karya tulis) aku biarkan bikin sendiri, padahal kalau iseng kubaca duh malu sendiri, emaknya bisa nulis dia acakadut kalau cerita. Tapi biar saja...diajak berlatih tanpa ikut membantu atau joki-in karena yes, setuju aku: 'Tidak ada jawaban yang selalu mudah, jika kita sendiri tidak mau berupaya menyelesaikan."
Oia, kini yang marak di Jakarta tuh joki Strava...duh, ada-ada aja, demi FOMO di sosial media sampai menempuh segala cara
Perjokian memang ga ada habisnya ya selama masih banyak permintaan. Yang lagi ramai di tes online jalur mandiri PTN waktu itu saja masih bergulir. Entah bagaimana ya solusinya, kok masih ada aja jekadian dari tahun ke tahun. Semoga saja orang-orang cerdas yang menjadi joki segera sadar dan tidak melakukan perbuatan negatifnya lagi.
Proses belajar memang tidak ada yang instant, perlu untuk cari tahu cara yang tepat agar proses belajar semakin mudah dan cepat.
Joki skripsi ini ngenes banget ya. Meski udh ada sejak dulu kala tapi tetap aja bikin mahasiswa enggak jujur. Malah daku pernah baca di sebuah web kalau ada mahasiswa yg jadi joki skripsi eh dia malah enggak lulus kuliah gara2 terlalu sibuk bikinin skripsi orang lain.
Btw daku juga pernah nulis tentang joki dan kejujuran tapi dari sisi parenting. Ortu kudu teges dan ngajarin anak untuk jujur biar gak main joki2an.
Tanpa disadari ternyata kita telah melegalkan joki akademik bahkan sejak SD. Soalnya guru juga hanya menilai hasil yang bagus, nggak menganalisis mana yang beneran hasil tangan sendiri. Jadinya, apapun caranya yg penting prakaryanya bagus, huhu.
Joki akademik itu sama aja kayak mencuri kemenangan orang lain. Gak fair buat yang bener-bener belajar. Selain itu, ini juga merusak integritas akademik. Lebih baik jujur dan hadapi tantangan belajar dengan kepala tegak. Masa depan cerah menanti mereka yang punya integritas!
Mungkin pertanyaanku ini akan sedikit mengulik siis lain dari alasan orang menyewa joki atau menjadi oknum joki. Sistem pendidikan kita terlalu banyak mau dan tujuan akhirnya bukan sesungguhnya untuk pengembangan karir sesuai minat bakat juga karakter, melainkan "bisa kerja jadi ini dan itu kalau lulus dan nilaimu segitu" nggak sih? Banyak banget soalnya yang harus dipelajari seorang siswa di sekolah dan ada tuntutan nilai sekian sekian yang sebenarnya melelahkan. Makanya memicu bagi yang pintar ya kenapa nggak jadi joki, selain bisa dapat uang alias bayaran. Pun yang sewa, demi bisa lulus alias bebas dari tuntutan mata pelajaran atau mata kuliah tertentu yang melelahkan untuk dipelajari padahal belum tentu termanfaatkan juga di kehidupan seseorang, kalau dia nggak nyemplung ke bidang tertentu. Gitu bukan sih? Kalau salah, mohon dikoreksi ya, Kak.
Wah saya kurang bergaul sepertinya, tapi memang sering denger dari beberapa postingan di LinkedIn, katanya seringkali pekerjaan yang dipost itu justru menerima orang yang mereka kenal. Terutama kalau kenal senior yang tahu dia butuh pekerjaan itu. Namun, ini agak abu2 sih, soalnya yang ditawarin langsung pun memang punya skill.
Ya, gabungan antara skill dan kenal orang dalam ya. Haha. Perusahaan juga pasti milih yang punya skill dan kenal, ketimbang ada skill tapi orang asing.
Wuih ternyata joki itu bisnisnya lumayan cuan ya kak, gak heran banyak yang tertarik karena memang pemintanya juga banyak