Home / Lemari Tua / Gerbang

Ketika Blogger Terlalu Luas Untuk Diselami. Ada Crafter yang Cukup Indah Untuk Dipahami

Senjahari.com - 14/07/2025

Storigraf-crafter

Penulis : Dinda Pranata

“Apa yang kamu lihat dari kayu pohon kamboja ini?” tanya pamanku seorang pematung, yang biasa kupanggil Pak Yan Darlun.

Aku ingat bertahun-tahun yang lalu, ketika almarhum papa selalu membawaku berlibur ke Bali untuk pulang kampung, saat ada perayaan di pura keluarga (odalan ring sanggah). Dua atau tiga hari setelah acara keluarga itu, almarhum papa akan membawaku ke rumah kakaknya yang biasa kupanggil Iwe Mang—panggilan bude dalam bahasa Bali—di Mas, Ubud.

Pada pukul sembilan pagi (waktu Bali) di bale tengah, tempat di mana beliau biasa mematung, aku melihatnya duduk bersila. Tak bergeming. Hanya memandangi sebuah bongkahan kayu besar dengan serat-serat kasar.

Aku berjalan pelan. Mengendap. Ingin mengejutkan Pak Yan. Sayangnya pematung pria berusia 50 tahun itu sangat peka bahkan dengan langkah kakiku. “Pak Yan, tak tertipu,” katanya sambil membalikkan badannya, tersenyum dan menatapku. Aku meringis. Merasa ketahuan.

Mai, mai (sini duduk),” katanya mengundang. Kami hanya duduk bersama dan sampai pertanyaannya itu yang akhirnya membawaku pada jalan yang mungkin akan kulalui meski tak mulus.

Baca juga: Masyarakat Adat dan Para Pengabdi Modernitas

Perilaku Sederhana Saat Dunia Menuntut Validitas

Aku ingat saat Pak Yan, bertanya padaku tentang sebongkah kayu kamboja kering yang ia tidurkan di lantai, aku hanya menjawab, “kayunya aneh. Seperti orang tidur.”

Pak Yan kemudian tersenyum. Ia membelai kepalaku. “Meski kayu ini aneh. Kalau ada tangan yang bisa mengolah, hasilnya pasti akan cantik,” jawabnya. Suara serak Pak Yan benar-benar teringat sampai detik aku menuliskan ini.

“Masak?!” seruku tak percaya. Yang hanya dijawab oleh anggukan kepala oleh pamanku.

“Walau bukan sekarang atau bukan dari orang lain, tapi hasil terbaik justru bisa datang dari hatimu,” katanya lagi.

Aku masih SMP saat itu. Dan setiap kami mau pulang ke Jawa, pamanku selalu berbicara dengan papa. Entah apa yang mereka bicarakan. Barulah ketika aku SMA papa memberitahuku, kalau pamanku meminta papa dan mama untuk tidak memaksa pilihan apa yang ingin kupelajari. Karena menurut Pak Yan, kepekaan yang kumiliki jika terasah bisa membuat banyak orang terbantu. Seaneh apapun kepekaan yang kumiliki.

Baca juga: Gender dari Biologis ke Sosiologis

Ketika akhirnya aku memilih bidang sastra (karena aku merasa lebih nyaman dengan buku, yang katanya hanya benda mati dan tak bisa bicara), justru dari seni-sastra lah yang membuatku merasa diterima. Buku bahkan memahamiku tanpa sedikitpun berusaha menghakimi. Ia membiarkanku belajar pelan tanpa harus menggertak atau memaksa untuk cepat. Dari huruf dan kata pula, aku bisa belajar menjadi manusia setengah utuh di dunia yang menuntut banyak validitas serta keinginan serba cepat.

Dan saat kumenuliskan ini, aku baru memahami konteks Pak Yan, bahwa yang ‘berbeda’ dalam diriku dan bahkan orang lain, sebenarnya masih punya tempat jika diberi ruang. Bukan untuk terkenal, tapi untuk meninggalkan jejak.

Storigraf-Crafter dan Kaum Pinggiran di Sela-Sela Tanaman Indah

Pamanku mungkin bukan orang tersohor yang selalu hidup di tengah sorotan kamera. Hidupnya biasa saja. Meski rumahnya cukup besar tapi beliau tidak pernah merasa berlebih. Aku dan paman cukup dekat (bahkan lebih dari sekedar dekat hanya untuk berkata ‘halo apa kabar?’ kalau berjumpa).

Tapi setiap aku melihat karyanya, ada perasaan yang tertinggal. Salah satu karya Pak Yan yang pertama kali kulihat dari sebuah kayu berwarna hitam. Kayu itu berhasil dipahatnya tanpa mengubah struktur dan lekukan kayu, menjadi wanita menyusui anaknya sembari berbaring menyamping. Sayangnya patung itu luput dari dokumentasi.

Dan satu lagi tentang wanita yang dipeluk seekor garuda. Sebuah simbol yang hangat tentang pesona wanita yang berhasil tergambarkan jelas dari seorang pria. Bukan tanpa alasan Pak Yan memberikan representasi ini, karena dibalik wajah tegasnya, beliau sangat mencintai istrinya. Sangat dalam.

Baca juga: Indonesia Travel dalam Batik Nusantara: Aceh Hingga Kalimantan

Mungkin karena terlalu sering memperhatikan hal yang terlewat (seperti mengamati rasa cinta pamanku pada Iwe Mang) membuat orang kadang menganggap caraku memandang sesuatu terasa janggal. Misalkan saja seperti seorang tetangga yang lewat di depan rumah dan memandangku dengan mata dan dahi berkerut, saat aku sedang berjongkok memperhatikan satu bunga liar yang tumbuh di sela-sela selokan kering. Padahal saat itu yang terlintas dalam kepala, “tanaman itu pasti punya nama. Tapi siapa namanya?”

Kadang dengan iseng, aku memotret sekenanya. Membayangkan bagaimana jika dia bisa bicara dan apa yang ingin dia ceritakan kalau kami duduk di serambi.

Sampai salah satu kakak sepupu bernama Bli Tut, anak ke-empat dari Pak Yan, bilang, “pantas bapak selalu bilang. Dinda cocok jadi crafter, seniman. Sukanya ngomong sama rumput di tukad (sungai).”

Kata-kata paman dan kakak sepupuku itu yang membawaku pada keinginan menjadi seorang storigraf-crafter, yang maksudnya adalah seseorang yang berusaha menghidupkan seni yang kata orang abstrak, menjadi suara yang bisa terasa dan terpahami. Entah itu berupa tanaman, serangga kecil, foto, lukisan atau bahkan patung. Sesederhana Pak Yan yang selalu bilang, yang aneh pun pada akhirnya bisa cantik jika ada yang mau mendengar dan mengolahnya.

Potret Kehidupan Kecil dan Makna Besar yang Terabaikan

Rasanya aku ingat ide di kepalaku sesekali tak berhasil keluar dengan mulus. Buntu. Kadang benar-benar kosong. Sesekali juga distraksi aktifitas membuatku jalan setengah-setengah. Sepuluh menit aku menulis, menit berikutnya menyalakan kompor dan detik ke tiga puluh tujuh menyalakan mesin cuci. Saat kembali ke meja dan laptop, isi kepala kosong. Lupa segalanya.

Baca juga: Subak Bukan Hanya Tentang Pengairan Sawah Di Bali. Filosofinya Dalam!

Aku menghela nafas. Lalu aku kembali menatap keluar jendela. Menatap dari jendela ke sebuah rumah kosong tak berpenghuni di depan rumahku. Dari sana aku juga melihat tukang sayur yang berjongkok di depan rumah kosong itu sambil merokok. Kemudian, aku beranjak dan pergi keluar rumah. Sekedar cari angin.

Jalanan di samping rumah di tanami tanaman liar dan juga tanaman indah berbagai bentuk. Dari asoka tak berbunga sampai pohon cempaka yang rimbun. Di luar pagar justru kutemukan kehidupan kecil yang diam-diam menyapa. Ulat berwarna hijau dan serangga mirip tomcat. Kupotret mereka. Hasil jepretanku kuamati lagi. Flasshhh! Kilatan adegan pembicaraan hadir di kepala. Seolah mereka yang kecil ini, ingin sama eksisnya seperti manusia di jaman sekarang.

Aku bukan fotografer. Bukan juga penyair. Hanya berusaha mengintikan kehidupan kecil yang jadi bagian dari dunia yang cukup besar. “Bentuklah makna. Cobalah jadi sensemaker ketika kamu bekerja bahkan saat melihat hal sederhana,” begitu kata Pak Yan. Dan sampai detik ini, membentuk makna dari hal sederhana tidak sesederhana kita melihat hal yang sudah terbentuk. Entah yang dibentuk oleh alam atau bahkan persepsi manusia yang sangat beragam.

Nama storigraf-crafter mungkin tidak sementereng blogger yang sangat luas dan terkenal. Tak juga seperti konten kreator yang mudah naik panggung dengan flash light-nya. Tapi, nama storigraf-crafter masih berusaha untuk menghidupkan makna bagi mereka yang kecil dan mengajak siapapun untuk sesekali berjalan melambat di dunia yang serba cepat dan melelahkan.

Invitasi dan Diskusi

Kadang ada bunga yang jatuh di jalan belum tentu ia mati atau layu. Bisa jadi ia lelah dengan ketinggian dan kuatnya angin, lalu berusaha jatuh untuk merasakan rasanya bumi.

Baca juga: Jamu Rasa Sepat dan Satu Tablet Kilat

Kadang serangga kecil yang tak terkenal, justru punya peran besar dalam ekosistem alam. Bisa jadi ia bukan hama, hanya hewan yang sekedar berteduh untuk hidupnya yang singkat.

Kadang lukisan atau patung abstrak bukan tak bisa dimengerti, hanya saja kita belum menemukan suara dari bentuknya. Bisa jadi ia diam menunggu, sampai ada orang yang berusaha menterjemahkan bahasa bentuknya.

Kalau terbiasa duduk dan mengamati hal besar, kadang kita lupa bahwa yang sederhana pun bisa begitu nikmat. Sama nikmatnya seperti lauk tahu, tempe dan sambal terasi. Dan storigraf-crafter berusaha menangkap cerita dari kesederhanaan itu dan bisa hidup di berbagai media luas seperti blog atau media cetak.

In memoriam for paman I Wayan Darlun (1948-2020) dan papa, I Wayan Suardika (1948-2023).
Thank you for teaching me how to see beauty in amidst simplicity and to listen with my heart.

Terima kasih sudah membaca sampai habis cerita remeh-temeh ini. Semoga kita selalu bisa mengingat hal kecil yang mampir dalam kehidupan besar kita.

Happy Monday! Jya, mata ne~~

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Aku jadi membayangkan detail kecil yang sering kita lupakan. Storigraf ini seperti puisi visual, ya, Kak. Keren banget konsepnya

Yuni Bint Saniro

Hooh deh. Seringnya, kita tuh emang mengabaikan detail kecil. Padahal, detail terkecil itu terkadang sesuatu yang penting atau malah mengundang kebahagiaan. Keren dah storigraf Crafter tuh

Turut berduka cita ya kak. Terkadang hidup ini begitu keras dan tidak bisa ditebak. Kapan urusan di dunia ini akan selesai dan kapan belum akhir…

Aku baru dengar istilah storigraf-crafter. Kalau aku tak salah tangkap definisinya, rasanya memang kita butuh seseorang yang bisa menggambarkan karya senin (semoga benar ya). Unik sekali perspektifnya, Mbak. Saya suka sih pemikiran mungkin bunga lelah ya jadi jatuh ke tanah. Kadang ada angle yang kita ngga tau atau ngga mainstream.

aku baru tau ada istilah storigraf. Kalau istilah crafter sepertinya memang sudah umum disebut dalam keseharian. Apalagi kalau digabung menjadi storigraf crafter, juga masih awam buatku.
Membaca post ini, jadi membuka wawasan baru buatku

Hehehe.. nemunya istilah ini juga karena perasaan mbak. Karena belum ketemu juga sih istilah yang pas buat apa yang kulakukan. Bukan fotografer profesional, tapi suka foto tipis-tipis. Suka nulis, tapi kadang nulisnya random. Suka dunia tumbuhan, tapi bukan ahli botany. 😅

Fajar Fathurrahman

Akhirnya nemuin istilah yang menggambarkan gaya penulisan mbak Dinda, ternyata disebutnya storigraf crafter yaa. Aku jujur selalu amaze dengan gaya penulisanmu itu lho mbak, macem ‘kok bisa yaa, sebagus ini penggambarannya’. Dirimu selalu berhasil menemukan hal-hal mikroskopis yang acapkali terabaikan dalam kehidupan, lalu menyajikannya kembali dengan penuh makna dan renungan mendalam.
Membaca tulisanmu itu membuat daku jadi berpikir lebih dalam, mensyukuri dan mencoba lebih sering lagi dalam menangkap detil2 kehidupan yang sering terabaikan. Bahkan sekedar rumput liar di halaman rumah saja bisa jadi tulisan yang menarik.

Oya, doa terbaik untuk Almarhum Paman dan Papamu ya mbak.

Terima kasih Mas Fajar.
Semoga doa terbaik juga kembali ke Mas Fajar dan keluarga ya.
Storigraf itu sebutan yang tercetus gitu aja sih, karena nggak tahu bahasa yang pas untuk yang kulakukan. Cuma aku merasa itu menarik, jadi kuambil saja. Hehehe.. 😀

Dinda selalu ajaiiibb
menghadirkan PoV yg out of the box

ternyata memang sedari kecil udah dikenalkan dan diakrabkan dgn hal² yg berbau art.

tak heran tulisan² kamu tuh “bernyawa”

Jujur ini pertama kalinya saya dengar storygraf crafter. Yg ada di bayangan saya itu pemahat beneran. Ternyata profesi semacam ini ada namanya ya

Cantiknya hasil karya Pak Yan….detail banget mbaa ini..bener2 butuh ketekunan..dan ternyata jiwa seni memang sudah tumbuh dari keluarga ya mbaa..
Gak heran kalo tulisannya juga mempunyai ciri khas tersendiri…tidak biasa namun enak buat dibaca …
Dan aku baru tahu loo ada istilah storigraf-crafter disini, makanya beberapa tulisan nya juga menggambarkan apa yang ada dalam pikiran benda2 tersebut seandainya mereka bisa bicara…
Aku sukaa mbaa dengan gaya penulisannya,,berbeda dan berciri khas:)

Terima kasih mbak Eryka. Semoga kata-kata mbak ini jadi semangat buatku jadi lebih baik lagi.. 🙂

waw, butuh keahlian khusus ya buat karya seni kaya gitu. dan harus detail oriented banget. nggak kebayang bikinnya berapa lama dan gimana proses kreatifnya. kereeen

Yuni Bint Saniro

Aku belum kenal sama storigraf crafter. Masih asing di telingaku. Mungkin lebih ke pengamat kehidupan kecil gitu ya, Kak.

Apapun itu. Lakukan dengan bahagia ya, Kak. Biar terasa lebih menyenangkan.

Paman yang baik dan memperlakukan kakak seperti anaknya sendiri. Paling suka baca pas bagian beliau berpesan kalau kakak tidak boleh dipaksakan. Jadi tidak ada rasa stress karena terpaksa kuliah di bidang yang tidak disukai.
Patungnya artistik sekali.

Definisi seniman sesungguhnya, material atau benda yang kita anggap jelek, tapi mereka bisa mengubahnya menjadi karya yang bagus. Aku selalu kagum melihat seniman patung atau kalau di sini, pamannya seorang Storigraf crafter, kok tangan dan imajinasi mereka bagus banget, sehingga karyanya juga luar biasa. Keren pamanmu kak…

Bambang Irwanto

Sejak pertama mampir ke blog Mbak Dinda. Saya langsung suka gaya berceritanya. Unik dan beda. Bagaimana mengambil sudut pandang dari benda, makhluk hidup atau sesuatu yang menjadi inti tulisan. Keren Mbak Dinda. Dan ternyata ini namanya storygraf crafter ya Mbak.

Setuju Pak Bams
Jadinya kayak berasa sedang baca fabel, karena POV nya unik. Apalagi kalau tulisannya ada kaitannya dengan lingkungan, seru jadinya

Aaa aku terharu dengan tulisanmu, sebuah memoar indah untuk papa dan paman yang luar biasa. So proud having an eccentric family.

Jiwa-jiwa senimu memang mengalir deras yah, mbak, terbukti kok dalam tulisan-tulisannya yang cakep selama aku baca-baca blognya. Storigraf-crafter sounds sexier than blogger, hehe.

Kalau gak karena singgah di rumahnya kak Dinda ini, daku gak bakalan kenalan sama storigraf-crafter. Kalo crafternya cukup kenal. Dan menurut daku, bisa banget kolaborasi dengan blogger seperti yang dilakoni kak Dinda, karena ada benang merahnya, yaitu pepotoan

Terkadang yang tak suka seni patung atau pahat ketika melihatnya, komentar meremehkan yang ada
“Patung gitu aja kok seni.”
Aku pernah mendengar ini dan akhirnya saya pun sempat menoleh ke arah suara itu sebab sedang dalam pameran
Lalu teringat dengan drama Jepang yang betapa patung itu sungguh sangat dalam makna ketika membuatnya
Ada yang tak mampu menuangkan kesedihan dengan menangis tetapi dalam bentuk patung yang hanya “mata batin jernih” bisa melihat kesan mendalamnya

ya … kadang kita memang melupakan hal-hal kecil. padahal tanpa kita sadari hal-hal kecil itu justru bisa membuat kita lebih bersyukur.

Mbaaa aku baru tahu kamu orang Bali 😍😍. Sama kayak mba Nik yaaa.

Selama ini aku sukaaaa banget baca tulisanmu yg unik dari segi POV. Jarang2 ada yg begitu. Enak dibaca, dan kayak terhanyut aja, padahal yg ditulis ttg hal2 yg mungkin bakal bosenin kalo dengan cara penulisan biasa. Tp mba berhasil bikin tulisannya macam story telling.

JD tahu aliran storigraf crafter 👍👍👍.

Saat lihat patung2 hasil pahatan pak Yan , kaguuuum yg ada. Gimanaaa caranya bisa menghasilkan bentuk Serapi dan sebagus ituuuu 😍😍😍. Ini bakat ga sih??? Kayaknya walau aku belajar bertahun2, ga yakin bisa bentuk jadi begitu 😄😅😅😅.

Sedih juga pas tahu mereka berdua sudah berpulang, pak Yan dan papa mba… Semoga keduanya damai di sisi Yang Maha Kuasa. 🙏

Iya sama kayak Mbak Nik. Dan, aku juga nggak nyangka dengan itu. Hehehe.. 😀
Wahh, semoga pujiannya bikin aku semangat belajar lagi Mbak Fan.. 🙂 🙂
Kalau dari cerita Pak Yan beliau belajar mbak, karena beliau itu putus sekolah (kelas empat sd kalau nggak salah keluar sekolah buat kerja cari duit). Terus beliau belajar matung dari kenalan bapaknya yang seorang maestro patung zaman itu. Kurang lebih begitu ceritanya.
Terima kasih juga buat doa baiknya Mbak Fan.. Semoga doa baik Mbak kembali ke Mbak Fanny dan keluarga ya.. 🙂

Aku jadi inget pembuat patung ternama, I Nyoman Nuarta.
Memang rasanya selain darah seniman, juga cara pemikiran yang bebas membuat ide tanpa batas tercurahkan dengan baik.
Seperti ka Senja yang di dalam dirinya mengalir darah seni.

Lala (www.lalakitc.com)

Lewat artikel ini, aku jadi kembali berkaca pada diri. Seberapa sering aku menganggap hal kecil sangat sederhana, padahal secara nyata benar adanya kadang hewan yang sangat kecil punya peranan yang amat besar bagi ekosistem.

Membaca karya tulis ini, membuat hati menjadi lebih hangat. Percakapan dan keyakinan Pak Yan terhadap dirimu secara nyata membentuk lebih baik. Unik pada setiap individu pasti punya maksud dan tujuan baik. Syukurnya dirimu berada di lingkungan keluarga yang memberikan kebebasan memilih dan sastra memang indah. Bukan hanya sekadar kumpulan kata belaka melainkan banyak makna yang bikin menjadi lebih peka serta memahami banyak hal dari sudut berbeda.

Terima kasih ya, sudah bercerita sedemikian keren. Sangat larut dalam kisah yang indah dan realistis.

Aku pun juga mensyukuri itu mbak, punya support system sebesar itu. Berharap akan banyak keluarga dan siapapun bisa mendapatkan support system untuk hal-hal kecil yang mereka yakini baik. Aminn.. 🙂

Terima kasih juga buat support mbak Lala yang berkunjug ke blog ini. 😀

Lala (www.lalakitc.com)

Sama-sama mba, aku tuh suka sekali cara mba menuliskan dengan kata dan diksi menarik. Bahkan ada banyak percakapan detail serta terasa amat nyaman dibaca.

Aamiin, semoga semakin banyak orang yang mendapatkan support system dari keluarga terdekat dan lingkungan sehingga bisa menjadi sosok inspiratif yang menekuni bidang yang disukai secara all out. Impactnya bakalan bagus banget, kebermanfaatnya pun akan sangat berlanjut.

Phai Yunita S Wijaya

Ternyata luas banget ya pekerjaan as seniman itu. Ada juga profesi storigraf-crafter. Aku baru tahu banget ini. Sebuah insight baru membaca tulisan ini.

Matius Teguh Nugroho

Hangat sekali tulisan ini, kak. Tak hanya hubunganmu dengan paman, namun juga dengan tanaman. Kau betul, setiap hal pasti punya nama, tinggal kita kenalan.

Kak, sekadar bertanya, apakah kamu ada ADHD? Dari tulisan ini, membayangkanmu melakukan itu semua, kok mirip orang yang sangat kukenal 🤣

Hihihi, bener ya kata orang, tak kenal maka tak sayang.. ciaatt.. 😀
Eh serius ADHD begitu ya? Kalau itu aku nggak tahu mas. Pernah ke psikolog untuk konsultasi tiga tahun lalu, justru bilangnya malah diminta kembali ke settingan awal (alias ajak ngobrol tanaman) buat alihin sesuatu dulu. Cuma jujur aku baru tahu kalau ADHD ada yang begitu.. 😀

Heni Hikmayani Fauzia

saya kalau melihat benda-benda snei itu meskipun kata orang itu abstrak dan tak tau memiliki arti apa, tapiii di mata saya tetap indah. Seolah ada sesuatu yang menarik saya untuk menyelami keindahan di balik bentuknya. Saya pernah membeli beberapa lukisan saat ke Bali dan sampai sekarang terpajang di dinding rumah. Pengen juga waktu itu membeli kerajinan dari kayu pohon sejenis seperti yang ada di artikel mba , tapi susah bawanya, jadi gak jadi.

Bener mbak Heni, patung dan beberapa ukiran itu memang perlu perlakuan khusus. Kalau kecil mungkin bisa masuk box, tapi kalau besar biasanya pamanku akan pakai packing kayu dan perlu dipelitur ulang (kalau ke luar pulau atau ke LN). Perkara seni itu sebenarnya setiap orang punya, cuma balik lagi bahasanya biasanya beda dan interpretasinya juga bisa beda buat satu karya seni. 😀

owh, no wonder your posts always beautifully crafted karena dirimu adalah storigraf crafter yang dapat melihat hal2 yg luput dari pandangan orang lain di tengah kesibukan dunia ini. Apakah yang ingin diceritakan kucing yang tengah menatap kita (ini sih biasanya karena laper ya)? Apakah tanaman tadi kesal karena dahan2nya ditarik2 kucing? We sort of miss that nowadays. Last but not least, semoga papa dan pamannya beristirahat dengan tenang.

Istiana Sutanti

Yang aneh pun pada akhirnya bisa cantik jika ada yang mau mendengar dan mengolahnya. Terharu dengan kalimat ini.

Jadi itu ya namanya, storigraf-crafter, yang memasukkan cerita pada hal2 kecil nan bermanfaat. Lanjutkan kak, sepertinya memang betul dirimu punya kepekaan yang tidak dimiliki orang lainnya dan hal itu yang kamu pakai untuk jadi storigraf-crafter ini. Aku sudah jadi penggemar awal2 nih dari hasil karyamu 😀

Terima kasih Mbak Isss… Aku sungguh terharu.. 🥹

Yang belum peka mungkin belum ketemu aja kliknya mbak. Sepengetahuan saya, kepekaan itu bisa dilatih mbak. Dan, semoga yang belum menemukan kepekaan bisa mendapatkan kliknya dimana. Amiiinn.. 🤗

Mbak paman dan papanya kembar kah? Lahirnya sama2 1948.
Eh pantes kalau menulis blogpost tu kalimatnya cakep2 bahkan kejadian sehari2 aja bisa digambarkan dengan pemilihan kata yang indah, ternyata sudah mendarahdaging nih darah senimannya 😀
Storigraf crafter ini menarik juga ya, memahat tapi gak mengubah struktur kayunya. Pastinya juga akan dipilih kayu berkualitas supaya nggak mudah rusak ketika dipahat.
Wah sayang banget padahal penasaran sama craft yang tentang wanita menyusui bayinya itu 😀
jadi istrinya Pak Yan ini salah satu inspirasi beliau dalam berkarya ya, karena beliau sangat mencintai istrinya.
Oh ya jadi penasaran gimana merawat pahatan ini supaya gak dimakan waktu/ rayap, apakah perlu perlakuan khusus gitu?

Enggak mbak…. hahaha… Pamanku sama papaku beda orang tua malah. Yang satu darah justru istrinya paman. Cuma dikira kembar dari dulu. 😅
Sempat kubilang jangan-jangan anak yang tertukar, eh aku malah ditimpuk guling sama papaku.. Wkwkwkwk.. 🤣🤣

Kalau paman bilang sih sebelum dikirim itu biasanya akan dipelitur ulang dikasih semacam anti-rayap atau jamur mbak.

Barang semacam kayu atau patung-patungan gini bagusnya di taruh di ruangan yang nggak lembab atau punya sirkulasi udara yang bagus (kek misal di ruang tamu atau ruang santai). Kurang lebih begitu sih. Malah kalau beberapa kolektor tuh simpan patung-patung yang nggak gede di etalase sendiri terus dikasih penyerap kelembapan gitu mbak.

Andri Marza Akhda

Melihat bagaimana Pak Yan memandang kayu dan kehidupan, kaya menyaksikan seseorang membaca dunia dengan cara yang sunyi tapi penuh makna. Refleksi tentang kepekaan, benar benar menyentuh, apalagi saat disandingkan dengan storigraf-crafter, personal tapi tetap relevan.

Aku kagum sekalii..
Meski tlah tiada, namun karyanya tetap bisa membekas di hati dan dinikmati banyak pecinta storigraf-crafter.
Aku sejujurnya juga baru dengar profesi ini.

Dan yaah… menikmati karya seni seperti ini, kudu dari sudut pandang yag terbuka, out of the box.
Kalau melihat karyanya, mashaAllaa yaa.. sangat detiill sekalii..

Lebih peka dan mensyukuri dgn hal hal simpel dan sederhana yg ada di sekitar. Dgn begitu, hati jd lebih tenang dan menyadari banyaknya karunia Tuhan utk kita😊❤

Tahun kelahiran Paman dan Papa sama, ya, Mbak? Senang mempunyai orang terdekat yang bisa memahami dan melihat sisi baik kita. Tak peduli kata orang aneh, bagi mereka, kita menyimpan sesuatu yang istimewa. Mereka percaya hanya soal waktu saja, semua itu akan memiliki bentuk dan definisinya sendiri.

Kak, terima kasih ya sudah membagikan penggalan kisah hidup yg inspiratif serta mengenalkanku pada storigraf-crafter. Senang membaca tulisan apik ini. Semoga sukses selalu..

Mero seniberjalan

Kadang kita lupa, bahwa nilai diri nggak harus datang dari kecepatan, validasi, atau sorotan. Justru dari hal-hal yang tumbuh pelan, tenang, dan jujur.

Seni buatku tuh mahal, ada aja yang bikin mahal dan bikin seni tuh nggak bisa dibeli dengan nilai seada-adannya. Termasuk jadi crafter, tak ternilai harganya

aku baru dengar nih istilah storigraf crafter ini jadi penasaran nih ini bidangnya apa aja tapi kalau baca di tulisan ini pastinya berhubungan dengan seni ya

Papa dan paman saudara kembar kah kak?
Krn bonding persaudaraannya terasa lebih dalam.
Karya pamannya indah dan keren bisa menginspirasi

Admin Dulu dan Kini

Cerita tentang Pak Yan dan proses memahat dari sepotong kayu jadi karya penuh makna itu ngena banget. Kadang hal yang tampak biasa justru menyimpan keindahan kalau kita mau berhenti sejenak dan memperhatikannya.

48 Responses