Home / Kamar

Lawan Stigma Ibu Rumahan Dengan Berkarya.

Senjahari.com - 19/11/2021

stigma ibu rumah tangga penuh waktu

Penulis : Dinda Pranata

Sebagian besar ibu rumah tangga pasti pernah melawan stigma. Baik ibu rumah tangga pekerja atau ibu rumah tangga penuh waktu. Salah satunya adalah aku sendiri. Dulunya lulusan Universitas ternama, IPK lumayan, punya jabatan, tunjangan karyawan, gaji bagus, lalu tiba-tiba DUARRR! Resign. Alasannya ya karena menikah dan memutuskan menjadi Ibu Rumah Tangga sepenuhnya. Setelah memutuskan itu, menikah dan punya anak banyak sekali muncul stigma-stigma dari keluarga, tetangga, hingga sebagian teman. Apa saja dan bagaimana melawan stigma itu?

Stigma Cuma Minta Suami Dan Tidak Mandiri.

Stigma ini sebenarnya menjadi akar dari semua stigma yang aku peroleh sebagai ibu rumah tangga penuh waktu atau istilah kerennya full time mommy. Setelah resign, menikah dan punya anak banyak sekali yang menganggap ibu rumahan yang sehari-harinya di rumah terlihat santuy. Banyak yang mengatakan “Lulusan sarjana kok nggak kerja, nggak sayang sama gelarnya mbak?” Atau begini “Kok dulu resign mbak, kan lumayan buat bantu keluarga biar nggak minta terus sama suami.” Bahkan ada juga yang begini “jangan cuma di rumah aja, biar dilihat orang nggak nganggur cari kerja di luar. Wanita itu harus mandiri.”

Stigma ini sering melekat di banyak orang yang kerap memandang remeh pekerjaan ibu rumah tangga. Padahal dalam hati ibu rumah tangga itu sendiri ada suara “jika aku bisa, maka aku pun ingin bekerja.” Atau suara begini “apa kalian pikir ibu rumah tangga rumahan cuma duduk manis di rumah?” Anggapan itu lantas hanya bisa dipatahkan lewat tindakan bulan ucapan. Aku jadi berfikir apa esensi rumah tangga itu sendiri jika banyak stigma tentang ibu yang sepenuhnya mengabdi pada keluarga? Bukankah berumah tangga atau berkeluarga itu tentang KERJA SAMA. Lantas, Bagaimana melawan stigma itu?

Melakukan Yang Kita Bisa, Bukan Yang Orang Lain Bisa Lakukan.

Melawan stigma itu tidak bisa dari orang lain, cukup dari sendiri yang memulai. Aku bahkan tidak mengharapkan orang lain akan melalukan apa yang aku lakukan, karena ya kemampuan semua orang berbeda. Tetapi cukupkan memberi contoh bagi mereka untuk melawan stigma negatif itu. Aku cuma ingin bersuara,

Ibu rumah tangga penuh waktu itu juga pekerja dan gaji mereka tidak bisa ternilai.

Menghadapi stigma itu sebagai ibu aku cuma bisa melakukan apa yang bisa aku lakukan yaitu menulis. Menulis menjadi sarana aku berkomunikasi dengan orang lain, dan menulis tidak selalu harus menghasilkan buku cetak seperti metode konvensional. Menulis bisa di berbagai media seperti blog, jurnal ilmiah bagi yang suka meneliti secara independen, media cetak koran atau majalah dan mereka yang menghasilkan karya buku.

Sejak resign dan punya anak, aku sempat berhenti menulis karena ritme menjadi berantakan saat menjadi ibu baru. Akhirnya suamiku meyakinkan aku untuk kembali menulis saat anak pertamaku berusia 6 bulan. Lagi-lagi tantangannya adalah menemukan satu kata yang tepat untuk memulai. Banyaknya kata yang ingin ditulis membuatku bingung mana dulu yang mau aku tulis. Frustasi, jengkel, dan geram membuatku menutup laptop lagi. Akhirnya, suamiku menyadarkanku akan kebiasaan lamaku dalam menulis yaitu membuat gambar awan (semacam diagram) apa saja yang muncul dikepala. Hasilnya adalah TAARAAA! Konsep tulisan yang melimpah. Lalu apakah aku berhasil menjadi blogger?!

Era Online, Era Kemudahan!

Aplikasi super
Ilustrasi Aplikasi super. Doc: Pribadi

Setelah berhasil membuat satu tulisan, dua tulisan dan ratusan tulisan dari ide tahun 2017 di blog pribadiku. Aku bahkan berani mencoba mengambil job sampingan dari menulis artikel dari tawaran yang sangat amat murah hingga bisa mendapat tawaran kerja dari sebuah perusahaan. Ketika tawaran berdatangan maka tak jarang menimbulkan kesulitan dalam managemen waktu untuk pekerjaan sampingan dan pekerjaan rumah.

Tapi beruntungnya aku hidup di zaman digital, semua hal bisa dilakukan secara online dan banyak teknologi yang dikembangkan untuk membantu banyak pihak seperti pelaku usaha atau ibu rumah tangga sendiri. Saat deadline tugas banyak dan tidak sempat pergi membeli kebutuhan rumah, aku bisa menggunakan aplikasi super. Aku bisa membeli beras, minyak goreng, sabun mandi, pasta gigi, atau kebutuhan rumah tangga lain dengan minimum transaksi Rp 300.000 dan memperoleh bonus bebas ongkir. Pekerjaan rumah tangga dan managemen supply barang kebutuhan rumah pun menjadi lebih mudah. Tak hanya itu, kita bisa memilih jam pengiriman yang sesuai dengan waktu saat kita ada di rumah (cocok juga untuk ibu rumah tangga yang bekerja di luar).

tampilan aplikasi super
tampilan pemesanan barang. Doc: Pribadi

Namun, aplikasi ini belum tersedia untuk pembelian dalam partai kecil seperti saat kita ingin beli kopi satu sachet atau saat kita hanya butuh sabun mandi satu batang. Karena memang target utamanya adalah membantu pemilik toko kelontong untuk membeli ke pedagang grosir sehingga pembelian dalam jumlah kecil belum dilayani. Tapi kita bisa memanfaatkan aplikasi ini untuk pembelian kebutuhan bulanan yang cukup banyak dan meminimalisir ketidaksediaan barang tertentu di tempat pembelian offline.

Baca juga: Hidupkan Masa Muda Ibu Rumah Tangga Lewat Game. Tidak 'Tabu' Kok!

Keberhasilan Itu Abstrak, Yang Nyata Adalah Karya!

Setelah menjadi blogger dan menerima tawaran perusahaan tertentu apa aku sudah membungkam stigma? Tidak. Masih ada saja stigma lain yang bermunculan seperti “di rumah saja bisa dapat uang, pakai ilmu hitam?” Atau “jadi penulis? Memang bisa makan apa?” Dan masih banyak yang lain. Aku pun jadi berfikir untuk apa membungkam stigma atau pemikiran orang lain tentang pilihan kita. Apakah setelah membungkam stigma atau terkenal sebagai blogger kita baru dianggap berhasil? Karena keberhasilan sangat abstrak, begitu luas dan juga tidak akan ada habisnya seperti keinginan, maka menitik beratkan saja pada karya yang sudah dihasilkan.

Membungkam stigma untuk orang lain itu sia-sia. Bungkam stigma dari orang lain untuk dirimu sendiri bisa membuatmu terbang tinggi. From zero to hero for ourselves. Setidaknya itu yang aku pelajari dari awal menjadi ibu rumah tangga penuh waktu dan seorang blogger.

Tinggalkan Balasan ke bobby Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang mulia, walau karyanya kadang dianggap sebelah mata, padahal pekerjaanya luar biasa tiada tara

betul mas/mbak.. memberi stigma ke siapapu emang nggak baik ya.. >.<

Menjadi perempuan itu berat karena selalu mendapatkan stigma di masyarakat. Baik jadi ibu rumah tangga maupun ibu bekerja kantoran. Huhuhu

betul kak.. banyak tantangannya kalo jadi perempuan. Dari lahir sampai dewasa.. hiks.. T_T

stigma itu bisa bervariasi bentuknya tergantung dari siapa yang membuatnya, latar belakangnya, lingkungannya. kalau ditelusuri lagi, terbentuknya stigma seringkali lebih terpengaruh pada subjeknya.

Dan kalau dilihat lagi kak, stigma juga paling banyak kena ke personal. Seperti profesi, pilihan hidup sampai yang pritil-pritilnya. hahaha.. lama-kelamaan dari personal meluas jadi pandangan umum. Ini sebenarnya yang bikin geleng-geleng kepala.. >o<

From zero to hero, menjadi ibu rumah tangga itu adalah pekerjaan yang mulia karena yang seharusnya mendidik anak adalah ibunya sendiri bukan ART.

Jempol pak.. ^^

Anggapan bahwa wanita harus berkarir di ranah publik ini lah stigma yang harus diperbaiki. Bukannkah wanita bisa melakukan banyak hal dari rumah? Banyak kok yang ‘menghasilkan’ justru hanya bekerja dari rumah.

bener kak.. dimana pun wanita berada baik dia bekerja atau di rumah. Mereka tetap hebat! ^^

Wanita karir itu memang hebat kak, tapi ibu rumah tangga juga nggak kalah hebatnya loh … terutama soal kehebatannya dalam mengasuh anak.

terkadang saya kasihan sama anak-anak yang ibunya jadi wanita karir

Betul kak, mereka yang berkarir pun sebenarnya nggak ada pilihan lain dan pasti punya alasan kuat dibalik itu. Baik itu rumahan atau ibu berkarir nggak lepas dari stigma masyarakat yang ‘judge’ lewat covernya.. T_T

Anggita R. K. Wardani

Aku lagi memperjuangkan banget nih stigma Ibu Rumah Tangga yang bisanya cuma goleran di rumah seharian, kerjanya cuma gitu-gitu aja hahaha, padahal aku juga bisa berkarya kok dari rumah.

Mohammad Rizal Abdan Kamaludin

benar-benar bagus mba, saya salut dengan perjuangannya, semoga tetap menginspirasi dan bermanfaat bagi yang lain, terima kasih…

Semangat para ibu rumah tangga hebat. Keren akhirnya bisa ngelawan writer block sampe dapet pekerjaan dari sana-sini. Makasih juga informasinya tentang aplikasi Super, saya baru tau loh. Otw nyari dulu hehehe

Ibu rumah tangga merupakan pekerjaan yang tidak mudah tetapi ada juga orang yang meremehkan.

Stigma dan mom war antara ibu rumah tangga dan ibu bekerja emang ngga akan pernah habisnya. Harusnya kita sama-sama saling mendukung karena sama-sama ingin memberi yang terbaik untuk anak. Sekali lagi benar kalau keberhasilan itu hanya nyata bila sudah diwujudkan dalam karya.

Bener banget iniii, ibu ngga hanya ongkang2 yah. di rumah pun dia kerjanya bahkan lebih dari kerjanya karyawan di luar. 24 jam gitu lhooo paling awal bangun dan paling akhir tidur

Etika Aisya Avicenna

Semangat ya semua ibu. Insya Allah kita semua unik dan sudah dibekali aneka potensi untuk terus mengembangkan diri

Financereminder

Nah ini baru the real ibu rumah tangga

Tri Ayu Andani Nasution

Era online, eranya kemudahan. Memanfaatkan digital untuk menghasilkan pundi2 rupiah. Sayang banget kalo gak dimanfaatkan. Semoga ibu2 bisa lebih berdaya lagi. Bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga keluarga. Semangat!

Menjadi Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang mulia, Karena setiap aktifitasnya menjadikan dirinya mulia disisiNya. Ia hadir menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya

Bagus banget kata-katanya untuk memotivasi. Semangat untuk para ibu yang sudah berjuang untuk keluarga dan masih ingin tetap berkarya. Sukses terus.

Terima kasih kak..
sukses terus buat kakak ya..^^

Duh, kalau udah berhadapan denga nyinyiran seutar stigma IRT, capek sendiri rasanya mau jelasin. Biarin deh. Nanti kalau udah merasakan sendiri, baru tahu gimana perjuangan jadi seorang ibu dan istri 😤

Semangat kaaak! Ibu rumah tangga juga pekerjaan yang gak bisa dibilang mudah. Multitasking banget dan mesti bisa atur waktuu–pengalaman pribadi ngurus rumah sendiri wkwkwk

26 Responses