Home / Serambi

Perubahan Iklim dan Dampak Pada Perempuan. Memangnya Ada?

Senjahari.com - 20/04/2022

Perubahan Iklim dan Perempuan

Penulis : Dinda Pranata

Perubahan iklim yang bisa kita rasakan memang benar banyak terjadi di sekitar. Mulai dari bencana alam, kekeringan di beberapa wilayah, panas yang tidak umum dan lain sebagainya. Tapi selain masalah lingkungan ternyata perubahan iklim ini juga berdampak pada wanita. Hey, are you serious?

Apa panas karena sinar ultraviolet yang tidak baik buat tubuh? Aku rasa itu masalah tidak cuma buat perempuan, tapi buat laki-laki atau anak-anak. Lalu apa dong?

Korelasi Alam dan Pergeseran Peran Gender

Sebelum tahu masalah perubahan iklim dan kaum perempuan. Coba deh kita sedikit flashback ke zaman kuno sejenak. Dari zaman prasejarah yang terkumpul dari bukti artefak, karya tulis hingga gambar di gua-gua alam dan gender memiliki kaitan erat. Mulai dari kaum adam yang bertugas mencari bahan makanan hingga dan kaum hawa mengolah bahan makanan. Bahkan banyak representasi alam yang dikaitkan dengan wanita.

Tak hanya itu, peran langsung perempuan di alam terlihat secara jelas sejak zaman prasejarah. Sebuah jurnal yang membahas gender dan lingkungan menyatakan peran perempuan secara langsung berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam yang dikumpulkan laki-laki dari berburu hewan dan makanan. Kaum hawa pada masa itu bahkan menjadi pengambil keputusan bagi komunitasnya untuk kapan berpindah tempat untuk mencukupi kebutuhan pangan mereka, terutama saat terjadi penurunan sumber daya alam. Peran langsung perempuan terkait sumber daya alam berlanjut hingga zaman bertani prasejarah. Lalu kapan pergeseran peran ini berganti?

Pergeseran peran gender dalam pemanfaatan sumber daya alam mulai berubah ketika dipengaruhi oleh pasar. Hal ini semakin terlihat jelas pada masa kapitalisasi, industrialisasi dan urbanisasi semakin banyak yang menyebabkan wanita—terutama kalangan menengah—memfokuskan diri pada pengasuhan anak-anak dan rumah tangga. Meskipun tidak lagi terikat secara langsung dengan alam, hubungan perempuan dan alam masih bisa terasa secara tidak langsung dari pola pengasuhan anak yang dilakukan kaum perempuan hingga menyerukan menyelamatkan alam dari krisis iklim.

Baca juga: Perubahan Iklim dan Dampak Spesifik Ini yang Terasa

Saat Perubahan Iklim Memangnya yang Terdampak Cuma Perempuan?

Dampak Lingkungan Atas Perubahan Iklim

Perubahan iklim ini bisa berupa banjir, kekeringan yang tentu saja akan merusak tanaman sebagai penghasil makanan. JIka sumber makanan tidak ada bagaimana kaum perempuan bisa memasak dan menyediakan makanan bagi satu keluarga? Tanpa makanan yang cukup tubuh akan semakin rentan terhadap penyakit dan krisis ekonomi pun bisa terjadi. Memangnya kondisi ini tidak berdampak pada laki-laki?

Perubahan iklim ini akan berdampak pada siapa saja, tidak hanya perempuan tapi juga para pria. Tapi dampak yang dirasakan pria dan wanita tentu saja berbeda. Dengan pembagian peran dan tanggung jawab yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, menyebabkan perempuan paling banyak menerima dampak dari perubahan iklim ini.

Dalam pandangan budaya di beberapa negara (seperti negara di kawasan Afrika) yang meninggikan kaum pria memberikan keterbatasan gerak perempuan untuk mengambil keputusan terkait kebijakan ekonomi sosial. Sehingga, banyak perempuan di beberapa negara berkembang dan negara miskin tersebut masih bertanggung jawab di sektor rumah tangga.

Perubahan Iklim dan Gender
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perempuan. Source: WHO

Beberapa negara mengalami krisis pangan karena perubahan iklim yang menggagalkan panen dan tanaman pangan mereka. Akibatnya wanita yang bekerja dalam ranah domestik atau yang bertanggung jawab terhadap masalah kebutuhan pangan mendapatkan imbasnya. Setidaknya 70–80 persen perempuan di wilayah Afrika sub-Sahara, 65 persen di Asia, serta 45 persen di Amerika Latin dan Karibia memiliki beban yang cukup besar akibat dari perubahan iklim ini.

Selain masalah pangan dan kesehatan yang menjadi beban perempuan, tetapi juga masalah lain seperti meningkatnya pernikahan anak di bawah umur, konflik pemanfaatan air bersih, kekerasan seksual hingga kemiskinan dan kematian.

Baca juga: Tradisi Cowongan-Ritual Memanggil Hujan dan Simbolnya

Iklim itu sejatinya mirip suasana hati manusia yang bisa berubah karena faktor internal dan eksternal. Untuk menjaganya kita perlu mengatur manusianya, bukan?

Dinda Pranata

Source:

Leach, Melissa, and Cathy Green. “Gender and Environmental History: From Representation of Women and Nature to Gender Analysis of Ecology and Politics.” Environment and History, vol. 3, no. 3, 1997, pp. 343–370., https://doi.org/10.3197/096734097779555818.
news.un.org
canada.ca
undp.org

Tinggalkan Balasan ke Allamanda Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment

Comment

Phai Yunita S Wijaya

Yes yang perlu diatur adalah manusianya, bagaimana menjaga alam agar perilaku kita tetap ramah lingkungan.

Bener banget mbaa, efeknya sampai ke kesehatan perempuan jugaa. jadi inget wilayah di Jepang yang terdampak polusi, perempuannya juga ngga produktif gituu

Setuju! Yang perlu diatur emang harus manusianya untuk bisa menjaga alam kita ini

Pradyta Febriana Rudiyanto

Waaah ternyata ada dampaknya dan perlu dijaga agar kondisinya tetap stabil. Tulisan yg bagus sekali kak

Climate change ini emang memiliki dampak dari berbagai bidang. Semoga saja manusia lebih awareness lg tentang penting.y menjaga lingkungan

Thanks kk sharingnya, brguna bgt buatku

Oktavia winarti

Menarik kak ulasannya.. Dampaknya bisa ke hormonal wanita juga ya berkaitan dengan asupan makanan.
kudu aware banget nih, minimal mulai dari diri sendiri

Dampak perubahan iklim terhadap perempuan ini tampaknya akan sangat terasa di negara-negara berkembang di mana kesetaraan gender masih menjadi isu yang tajam. Mengapa manusia menjadi penyebab utama perubahan iklim? Opini personal saya… selain karena aktivitas, populasi manusia di dunia ini sudah keterlaluan. Salah satu solusi terhadap perubahan iklim ini adalah untuk mengurangi populasi manusia menjadi setengah sampai seperempat jumlah saat ini. Apakah hal ini mungkin dicapai?

8 Responses