Penulis : Dinda Pranata
Halo selamat datang kawan-kawan Radio Gosip Puritan! Kembali dengan saya, Goodie Dalesman, pewarta gosip terkini kaum puritan pada pukul tujuh pagi di abad-17.
(Suara lonceng besar gereja terdengar nyaring, lewat mikrofon)
Jika kalian adalah pendengar lintas abad, maka dengarkan ini baik-baik. Saya akan membawakan gosip penting yang tak kalah menarik dari gosip para artis dunia hiburan abad modern. Atau, katakan saja di tahun 2025 di mana hanya dari sebuah foto orang-orang langsung saja bisa menguliti kehidupan seseorang.
(Suara kertas bergemerisik dan suara angin samar-samar masuk ke dalam mikrofon)
Rupanya surat ini bercerita tentang wanita bernama Hester Prynne yang digosipkan melakukan tindakan tidak senonoh. Siapa Hester? Apa dia seorang aktris teater? Bukan, hanya warga sipil. Dosanya ditelanjangi oleh seluruh kota dan harus menanggung cap di dadanya, tanpa punya kesempatan bersuara. Seseorang mengirimkan surat pada Radio Gosip Puritan di tengah malam. Sosok gelap dan hitam.
Baca juga: Lebih Senyap dari Bisikan, tapi Lebih Keras dari Gosip Tetangga
Berita Panas “The Scarlet Letter”
(Ada suara kertas terbuka dan saling bergesekan. Lalu, sekali lagi suara teriakan di kerumunan orang saling bersahutan)
Jadi kawan-kawan Gosip Puritan, surat ini tertulis tahun 1850 dengan pengirim bernama Nathaniel Hawthorne. Hai, tuan Hawthorne!
Adapun Tuan Hawthorne dalam suratnya bercerita tentang seorang wanita bernama Hester Prynne yang sudah lama berpisah dengan suaminya Roger Chillingworth. Wanita yang datang seorang diri di New England dari Eropa, berharap sang suami akan segera menyusul. Sayangnya, sang suami tak kunjung datang bahkan tak kunjung memberi kabar sampai bertahun-tahun.
Namun, orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya ini mengira suaminya sudah meninggal dalam perjalanan dari Eropa ke New England (Amerika). Tenggelam …. atau mungkin, karena perompak menyerangnya. Lama … lama sekali Hester menunggu. Hingga suatu hari, publik dan lingkungan sekitarnya terkejut saat Hester melahirkan seorang anak bernama Pearl. Publik mulai bertanya, apakah suaminya sudah kembali? ataukah anaknya itu adalah hasil hubungan dengan pria lain?
Ini yang membuat Hester memilih bungkam. Ia merasa bahwa cerita pribadinya bukan untuk konsumsi publik. Namun semakin ia bungkam, publik semakin geram. Anda semua pasti sudah tahu kan dengan sikap-sikap kaum puritan di abad-17 ini? Mereka sangat menjunjung tinggi norma moral, bahkan tak segan untuk menekan individu agar sesuai dengan moralitas kelompok.
Baca juga: Review Bukan Pasar Malam: Dari Filsafat, Profesi Sampai Politik
Sikap Hester yang bungkam, membuatnya harus memakai huruf “A” di pakaiannya, sebagai hukuman bagi mereka yang sudah melakukan tindakan berzina. Tapi benarkah ia berzina seperti yang mereka tuduhkan?
Pendengar radio gosip puritan, yang terjadi oleh Hester di abad ke-17 ini, ternyata tak jauh beda dengan apa yang terjadi di kehidupan sebelum abad ini dan abad yang akan datang. Tuan Hawthorne sudah memperingatkan kita tak hanya lewat surat ini, bahkan lewat buku klasiknya Scarlet Letter yang tebalnya bahkan tak lebih dari kitab suci agama manapun. 233 halaman.
(Musik jeda berbunyi. Suara musik orkestra yang meriah dengan gaya renaissance dan suara terompet terdengar menggema. Claudio Monteverdi.)
Reaksi Publik Atas Skandal Hester yang Penuh Simbol

(Musik Claudio Monteverdi berhenti. Hening. Hanya desahan nafas dari Goodie. Dan ada kasak-kusuk suara di dekatnya. Mic kedua.)
Goodie: Kawan-kawan gosip puritan, saat ini saya bersama dengan Tuan Bartolome yang sudah mendengar dan mengamati skandal Hester.
Baca juga: Kumpulan Cerpen Malam Terakhir-Metafora Tentang Kebebasan
Tuan Bartolome: Terima kasih Goodie. Senang bisa datang ke Radio Gosip Puritan ini.
Goodie: Tanpa perlu basa-basi Tuan. Bisa berikan komentar tentang Skandal Hester Prynne ini?
Tuan Bartolome: Begini Goodie. Saya sebenarnya paling anti membahas kasus-kasus perzinahan yang sudah mencoreng nama kaum puritan. Tapi untuk kasus Hester ini pengecualian. Kasus ini tidak hanya sebagai bentuk kritik atas sistem puritan, tapi juga sistem secara keseluruhan di masyarakat luar kaum puritan.
Goodie: Mengapa anda berpikir begitu Tuan?
Tuan Bartolome (berdecak heran): Bagaimana kita mengatakan ini perzinahan? Publik saja tidak tahu status pria yang menghamili Hester. Mereka tidak tahu keseluruhan kehidupan Hester. Inilah kritik yang ingin Hawthorne sampaikan pada novel Scarlet Letter itu.
Baca juga: Pojokan dan Suara Kertas Berceloteh
Goodie: Untuk apa Tuan Hawthorne mengkritik sistem kaum puritan? Bukankah ia sendiri adalah kaum puritan?
Tuan Bartolome: Benar! Hawthorne ada hubungan dengan kaum puritan. Justru karena ia kaum puritan, ia mampu memberikan kritik yang keras lewat simbolisme skandal Hester Prynne ini. Tidakkah kau melihat banyak simbol dalam surat yang kau bacakan pagi ini?
(Goodie hanya menggeleng)
Tuan Bartolome: Dalam kisah Scarlet Letter, Hester ini merupakan lambang dari dosa dan kebijaksanaan. Jika kau berdosa dan belajar atas dosa-dosamu, apakah itu artinya selamanya kau menjadi pendosa? Tidak kan! Begitu juga dengan Arthur Dimmesdale, si pendeta yang suci. Apakah itu artinya pendeta tidak pernah melakukan dosa?
Goodie: Lalu Roger Chillingworth dan huruf A? Apakah itu pun adalah simbolisasi kehidupan, Tuan?
Baca juga: Kenanga yang Memecah Batuan Adat di Novel Oka Rusmini
Tuan Bartolome: Tepat! Dan huruf A di dada Hester itu menjadi … ya … semacam reaksi publik yang berlebihan. Tidakkah kau familiar dengan kasus ini Goodie?
(Hening. Perlahan suara musik menyusup ke dalam mikrofon).
The Scarlet Letter dan Huruf-huruf di Setiap Kulit Manusia
Suara iklan pembelian tiket kelompok opera keliling masih mengema di radio gosip itu.
Pria dalam iklan: Belilah tiket opera “penebusan dosa untuk huruf hidupmu” di loket tertanda khusus di seluruh kota.
(Suara pria itu menghilang dan berganti dengan suara musik barok untuk menutup iklan opera itu.)
Setelah kita berbincang dengan Tuan Bartolome yang mengikuti skandal Hester cukup lama, kurang lebih tujuh tahun. Saya merasa kata-kata tuan itu benar-benar masuk akal. Rasanya skandal yang terjadi pada Hester ini terasa familiar dalam kehidupan di sekitar kita.
Reaksi publik yang meletakkan ‘huruf tertentu’ pada pakaian seseorang seolah hidup dengan cara yang baru di berbagai masa. Huruf itu punya nyawa dan bisa menjadi label identitas seseorang. Tak selalu berupa pujian. Ia bisa berarti hukuman, bentuk cinta, pengasingan, pengucilan, bahkan bisa membuat siapapun tergantung di tiang gantungan tanpa sempat bernafas.
Reaksi masyarakat yang sangat mudah memberikan huruf pada hidup seseorang, sudah seharusnya diambilalih oleh sistem hukum yang lebih adil. Cara-cara hukum yang prosesnya lebih adil dan bisa menghapus stigma tertentu di masyarakat. Stigma dan label memang terasa seperti buku klasik, tapi bukan berarti masalahnya ikutan klasik, karena sering kali ‘huruf-huruf’ itu diberikan dengan cara dan cerita yang baru.
Saya Goodie Dalesman dari Radio Gosip Puritan untuk The Scarlet Letter. Sampai jumpa!
Diskusi
Bagaimana nih gengs cerita The Scarlet Letter di Radio Gosip Puritan dari Goodie Dalesman ini? Sudah membuatmu mikir atau malah kerutan kening jadi nambah ya? Hehehe… Tapi, tapi siapa sangka kalau sastra klasik itu punya nilai yang bahkan sampai sekarang terasa ya meski caranya baru.
Bagi kalian yang mau kasih masukan tentang isi narasi atau review buku kali ini boleh banget, kok. Mau berbagi pengalaman seputar baca buku klasik atau terkait bacaan juga boleh di kolom komentar. Eits! Tapi komen yang bijak ya, biar nggak senggol kanan-kiri dan bikin gaduh. Semata-mata biar jejak digital kalian tetap bersih.
Have a nice day! Jya mata ne~
Comment
Cerita yang menarik nih kak. Jujur belum pernah mendengar ini. Dan kaum puritan ku juga baru mengetahuinya…
menarik, jadi pengen baca juga 😀
Cerita menarik dan kompleks juga. Ga mudah untuk mencerna pesan moralnya hehe..
Namanya rumit ya. Cuma, kasihan wanitanya sih. Harus membawa simbol perzinahan terus.
Tapi, itu juga bagian dari risikonya yang terus bungkam soal asal-usul anak yang dilahirkan.
Mengingat masyarakat hanya tahu kalau suaminya nggak kunjung menyusulnya.
Suka banget konsepnya dibikin kayak radio gosip! Jadi terasa dekat dan segar buat bahas kisah seberat The Scarlet Letter. Keren banget idenya!
ceritanya menarik
apalagi kisah di abad 17
tapi kosakata baru untuk saya tentang kaum puritan
baru tau saya kosakata ini
Benar-benar ulasan buku yang unik! keren banget cara penyampaiannya haha. Sangat kreatif! dan aku jadi penasaran trus langsung ngecek di goodreads, ternyata buku The Scarlet Letter ini emang sesuatu banget ya. Sejauh ini terpantau 902 ribu orang udah kasih skor dan 22.769 kasih ulasan, wah bener-bener sesuatu buku ini dan sayangnya, sebagai orang yang ngakunya pelahap buku kok ya aku baru denger nama Nathaniel Hawthorne dari tulisan ini huhuhuhu.
Jadi penasaran banget dan pingin coba kenalan dengan Nathaniel Hawthorne lewat karyanya yang ini. Selain Tehe Scarlet Letter, buku The House of the Seven Gables juga kayaknya menarik. Lumayan banyak juga yang kasih skor penilaian di goodreads. Wah makasih banyak atas rekomendasinya!
Waaahh, aku dapat judul bacaan baru dari Omm… Aku ya search judulnya tuh cerita tentang sebuah rumah dan ada unsur supranaturalnya gitu. Pengen dong baca.. wkwwk..
Dan kebanyakan Pak Hawthorne ini kisahnya nggak jauh dari tema retribution gitu ya. 😁
Pas awal baca sempet mikir ini alurnya gimana yaa…soalnya kan memang mba punya cara penulisan yang unik dan menarik menurutku karena belum tentu semua orang bisa…dan kok ya sampai kepikiran bikin review buku yang narasinya seperti ini hehe..bener2 unik sie menurutku…
Dari review nya ini cukup menarik buat mengulik lebih dalam buku scarlett letter ini karena aku juga lumayan suka sie dengan cerita2 klasik spt ini dan beruntng sekali kita masih bisa menikmati salah satu sastra klasik ini yang masih eksis hingga sekarang
Sebenarnya cuma pengen eksplore sih mbak Ery. Kan tahunya kalau review tuh kayak ada pakemnya gitu dan kadang kerasa kaku.
Nah ini pas konsul sama salah satu mantan dosen tuh malah sebisa mungkin review yang bukan akademis bisa kok g harus kayak pakem² gitu. Jadi nyoba deh.. 😁
Seru banget konsepnya, kayak dengerin drama gosip tapi isinya kritik sosial.
Jadi makin kebayang kalau The Scarlet Letter itu nggak cuma cerita zaman puritan, tapi relevan sama stigma dan label di zaman sekarang juga.
Entah kenapa bukunya terasa berat dan agak penuh intrik *tsaah. Tapi dibikin radio gosip gini tuh menarik banget sih. Mengulas buku tapi jadi kayak gosip, jadi lebih menarik bukunya.
Terus aku juga jadi penasaran jadi si Hester punya anak sama siapa ya? ahahaha. Ada jawabannya ya di bukunya? Kalau iya, jadi pengen baca sih.
Baca ini, aku cuma pengen beli bukunya, biar lebih terang dan jelas 😄. Aku sukaaa kok mba baca cerita klasik. Dari zaman sekolah sejak disuruh ngabisin sastra klasik 1920an karya penulis lokal, aku jadi jatuh cinta dengan buku2 klasik . Lalu mulai baca novel nya Louisa may alcott , Charles Dickens dan Laura ingalls . Itu semua fav ku sih.
Tadi baca judul sCarlett,aku pikir novel lanjutan dari Sekuel Gone with the wind ( Margaret Mitchell ) dan Scarlett (Alexandra Ripley)
Ternyata novel lain lagi yaa 😄
Dulu pas awal² kuliah tuh nonton Gone With The Wind yang masih hitam putih mbak Fan. Asli ngantuk aku.. hahah.. tapi pas baca tuh malah mata melek, dan itu novel tertebal yang kubaca setelah The Count of Monte Cristo. 😂
Daann, aku jadi tertarik sama novel Laura Ingalls yang judulnya Little House in the Prairie. Kisah anak² gitu mirip Anna and the green gable.. ❤️❤️🥰
Wah jadi penasaran aku kenapa bisa hamil tokohnya ini. Tapi pas baca dia dihukum dengan diberi tulisan A di pakaiannya itu jadi ingat sama film Emma stone yang easy A yang kayaknya juga inspirasinya dari novel ini
Awal baca kupikir isi bukunya emang tentang siaran radio yang membahas skandal tentang Hester Prynne. Ternyata bukan ya. Narasi tentang siaran radio buatan mbak Dinda sendiri. Unik sekali cara mereviewnya 😄
Jadi pengan baca bukunya. Penasaran sama kelanjutan kisah si Hester Prynne.
Kak Dinda gitu loh mbak..
Teknik penyampaiannya memang unik. Dan jadi branding kuat sih buat blog senjahari ini, karena isi artikelnya dibuat dengan gaya yang berbeda
Pernah nonton film Easy A yang pemeran utamanya Emma Stone, premisnya mirip sepertinya terinspirasi oleh karya klasik ini. Menarik juga ternyata versi aslinya. Apakah sudah ada di platform perpustakaan digital ya? Pengen baca juga
asli buat saya cerita The Scarlet Letter di Radio Gosip Puritan dari Goodie Dalesman ini bikin harus mikir keras, hehehe… Tapi, bener juga kalau sastra klasik itu punya nilai yang bahkan sampai sekarang terasa ya meski caranya baru. dan itu wawasan baru buat saya.
Tapi beneran kaya dengerin radio ya, cuma khusus novel-novel luar suka agak loss konteks, makanya suka beberapa kali baca di awalnya biar bisa masuk, termasuk novel ini juga biar paham konteks. Tapi agak relevan juga cara berceritanya dengan The Innovator, awal cerita tentang Charles Babage dengan Ada Lovelace, cerita klasik yang masih relevan…., bedanya Chales Babage dan Ada Lovelace cerita nyata penemu awal komputer yang ini fiksi…
Berhubung saya belum pernah membaca bukunya, dan saya jadi penasaran. Tulisan ini sebenarnya review atau bagian dari cerita? Dibawah ditulis review, kalau emang review, unik sekali cara penulisan reviewnya.
Kalau membaca sastra klasik kayaknya harus dengan tenang, dan kalau bisa dibaca berulang-ulang, gak terdistraksi dengan apapun. Soalnya biar lebih mudah nyambung dengan gaya bahasanya yang lebih kompleks
Bacaannya ka Senjaa.. wow!
Sastra klasik.
Dimana ini buku aslinya dalam bahasa Inggris, kan yaa??
Apakah dibaca dalam bahasa aslinya atau terjemahan?
Karena memang pros and cons banget kalo baca buku dalam terjemahan yaa..
Tapi beneran suka banget sama cara memberi ulasan ala ka Senja.
Rasanyaa… aku jadi tau premisnya, tanpa spoil sedikit pun!
Buku The Scarlet Letter meskipun berat, namun karena masalah yang diangkat relatable, jadi masih bisa dinikmati di masa kini yaa…
Penasaran sama ending dari kisah Hester Prynne.
Apakah pelabelan tersebut terbukti??
Sudah terjemahan kak, buku terbitannya gramed kok. Aku ndak terlalu jago bahasa Inggris, jadi lebih milih bahasa Indonesianya. Terbukti nggak ya si Hester ini? Hehehe.. 😁😁
Aku suka cerita-cerita klasik kaya gini jadi inget beberapa film klasik juga. Aku suka dengan cerota berlatar kaum- bangsawa dan sejenisnya. Apakah cerita dari buku ini juga sudah difilmkan?
Wow, radio gosip puritan! Di mana kupikir kata puritan hanya untuk istilah tertentu, tapi malah dipakai oleh radio. Sejak radio ditemukan maka jadi alat komunikasi yang hits di masanya yaa.
Sebuah cerita sarat kritik moral yang sering terjadi di masyarakat, bahkan hingga kini. Sebuah skandal hubungan terlarang manusia, apalagi tokoh terkenal bakal tetap laku dan menjadi konsumsi masyarakat. Stigma dan label pendosa, bakal tetap ada, bahkan sepanjang masa.
Keren kak. Lanjutkan narasi kerennya. Emg sih bahasanya ckp tinggi, cerita yang biasanya hanya bisa dikonsumsi oleh kalangan intelektual nih/sudah sering menyantap narasi2 dgn bahasa kelas atas.
Nggak juga kak Didik. Narasinya masih bisa dinikmati siapa saja kok. Dan penerjemahnya juga sudah bagus banget menurutku, jadi nggak terlalu pusing ngikuti ceritanya.. ☺️
Ceritanya sangat menarik! Tata bahasa khas tulisan-tulisan abad itu juga memiliki ciri sendiri
Saya belum pernah membaca cerita klasik seperti Scarlett ini, sepertinya dahi saya semakin berkerut ini. tapi tetap penasaran juga ingin membacanya. Koleksi buku klasik tidak ada ya di Ipunas atau platform perpus lainnya?
Aku sampai googling dong biar nggak salah paham sama tulisan ini. Gilak udah lama banget novelnya kak, tahun 1850. Gimana industri penerbitan saat itu ya?
Kukira Hester Prynne itu benar-benar tokoh dalam sejarah, ternyata “hanya” tokoh fiksi dalam novel ini ya.
Menurut saya harusnya Hester memilih berbicara. Karena semakin dia diam, maka kaum puritan akan semakin berbicara terus. Orang juga akan memakai logika. Misalnya Hester datang seorang diri lalu beberapa bulan dia terlihat hamil, oh mungkin sebelum datang dia sudah hamil. Hanya suaminya tak menyusul. Kalau ini kan Hester sudah menungggu bertahun-tahun. Dan bisa saya anak itu bukan hasil hubungan gelap. Bisa saja Hester menikah diam-diam dengan pria lain. Jadi kuncinya…. Berbicaranya Hester. Jelaskan semuanya
Hmmm… menurutku nih ya, konsep radio gosip Puritan ini benar-benar out of the box aja sih. Bikin kita jadi langsung kebayang gimana rasanya jadi Hester kalau kisahnya diumumin pasti satu kota auto heboh. Huhuuu
Cara gini bikin cerita klasik terasa real tapi pesannya nancep. Cap dari masyarakat itu gak cuma nempel sebentar tapi jadi ikut ngebentuk jalan hidup seseorang.
Dan jujurly pola kayak gini tuh sebenernya masih terus ada sampai sekarang gak sih.. Ya cuma emang medianya udah berubah
.. Sekarang tuh media sosial yang bisa diakses semua orang bukan lagi dari mimbar atau radio bayangan.. Jadi sekali viral, Boom!! >.<
Haaaa, aku suka membacanya. Ini bentuk summary dari kisah Scarlet Letter yang disajikan dengan lebih menyenangkan dan mudah dipahami. Dan bahkan kita kayak terlibat sebagai pendengar podcast (macam dengar gosip yg lg trending saat ini di dunia maya). Yang ternyata sampai skrg kita tanpa sadar ikut menghakimi seseorang, tanpa tahu cerita lengkapnya. Seolah kita tidak pernah melakukan hal yg salah dalam kehidupan. Sering2 dong radio gosipnya on air 🙂
Aku kalau membaca buku cerita dengan tema karya klasik, biasanya membutuhkan waktu lama, selain karena tebel jumlah halamannya, biasanya ada kosakata yang membuat aku mikir lama, karena memang jarang atau mungkin belum pernah aku tau.
review yang disajikan mba Dinda ini bener-bener diluar dugaanku, aku kira tadi seperti mengulas buku pada umunya dari POV 3. Ternyata diulas dengan menarik.
Kreatif dan unik sekali cara review bukunya 🤩🤩🤩 buku The Scarlet Letter, jujur belum pernah baca dan rupanya berlatar abad 17 an ya.
Padahal beberapa buku kawasan suka ku baca, namun yang satu ini beneran nggak tau samsek. Sampai aku cari Googling juga nih, rupanya emang menarik buat dibaca dan makasih banyak sudah menginformasikan yang jarang di info sama reviewer 💯
Selalu temukan kisah fresh, menarik kalau baca rubik yang satu ini. Beneran mahakarya di tulis sepenuh hati dan sentuhan kreativitasnya all out.
Wah buku klasik. Aku pernah beliin bacaan novel klasik yang buat anak2 tu yang disaranin emak2 HS kyk fabel2 gitu mumet banget Ya Allah apalagi terjemahan, apalagi ini yang buat dewasa hihihi. Mungkin karena membacanya terlalu buru2 apa ya =)) Keknya beneran bikin kerutan nambah hahahah :p
Wah2 justru manusia abad 17 tu emang beneran menjunjung norma moral yaa. Kebayang sih dulu pezinah dihina habis2an, kalau sekarang apalagi di Barat kek normal aja hadeehh. Kyk kemunduran otw akhir zaman beneran 🙁
Eh btw itu hurufnya distempel di kulit dada gitu kah mbak? Wedeh.
Tapi ya di satu sisi apalah manusia nih yaa, kalau emang pelakunya tobat, kita juga gak bisa menghakimi terus2an dan kalau simbolnya abadi ya serem sih 🙁
daebakkk SMM alias Sekolah Murid Merdeka nih
beneran encourage para siswa utk gemar baca ya
literasi makin membaik ya Pril.
btw, aku juga jadi pingin cari novelnya euyyy
Seruuu banget sastra klasik itu ya
Ooo aku malah tahunya dari komunitas lain bukan SMM, walau di SMM juga disediakan tu mbak bacaan klasik karena yang kerjasama dengan Gramedia tu full sopport buku2nya hehe.
Walau bacaan anak2 tapi emang bikin org dewasa berpikir mbak, bagus deh buat melatih otak kita biar banyak berpikir jd ngusir pikun hehe
Hmm bisa ya kepikiran sampe ke sana untuk me-review buku yang berat seperti ini
Saya malah jadi penasaran mau baca langsung
Hanya saja selera baca buku klasik tuh masih maju mundur
Makanya baca ini kok menarik dimasukkan wishlist baca
Wah, menarik ceritanya
Aku belum pernah baca novel klasik kak
Ternyata seru juga ya isi ceritanya
Dosa besar banget ya perzinahan di masa lampau, sekarang malah bangga dan tampil di podcast hehe.. caramu mengulas bukunya menarik sekalii..
Konsep radio gosipnya mungkin semacam podcast saat ini ya..yang juga lebih banyak gosipnya kwkwk
Bahasan ala lame turah pula temanya
Btw, keren sekali, Kak. Sellau suka dengan gaya penulisanmu yang out of the box. Keep it up!!
Untuk bisa menarik kesimpulan Dari cerita ini, memang harus berhati-hati kita dalam membaca setiap paragrafnya. Tapi secara keseluruhan, ceritanya menarik untuk saya.
Perlu baca perlahan untuk memahami tulisan mendalam Kak Dinda kali ini. Eh pas udah selesai baca, kebayang dong kalau saya jadi pembawa acara di Radio trus ngebahas soal dengan narsum yang punya POV unik dan debatable. Selalu unik cara penulisan Kak Dinda, sampai saya berimajinasi jadi pembawa acara radio.. hehe. Dan dari tulisan ini belajar banget bahwa mengulas sebuah buku tak melulu harus mengikuti pakem mainstream, tapi bisa dengan cara kita masing-masing, yang penting bisa tersampaikan apa-apa inti dari buku tersebut
Menikmati sastra klasik sungguh menggugah sekali. Sastra klasik kebanyakan hadir dari fenomena sosial yang berkembang, membuat kisahnya mengena dan diterima oleh banyak orang. Sastra klasik juga umumnya melalui proses berpikir panjang, pengkiasan, pengkaburan, dan berbagai proses berpikir sehingga karya tersebut tidak hanya berisi kritik, tapi juga fakta, kerangka berpikir sang penulis.
Review The Scarlet Letter ini unik karena dikaitkan dengan gaya tutur radio gosip. Jadi terasa lebih segar dan mudah dinikmati.
Kalimat ini “Ia bisa berarti hukuman, bentuk cinta, pengasingan, pengucilan, bahkan bisa membuat siapapun tergantung di tiang gantungan tanpa sempat bernafas” dalam banget maknanya
Aku kayaknya pernah nonton novel ini dalam versi layar lebar berpuluh tahun lalu. Sayangnya lupa alurnya kek gimana.
Baca review di tulisan ini menurutku seru aja, kayak baca naskah drama dan bisa ngebayangin visualnya kek gimana
Analisis mendalam tentang The Scarlet Letter ini mengingatkan kita betapa relevannya kritik sosial Hawthorne terhadap penghakiman publik dan simbolisme “huruf A” di setiap zaman.
yang saya dapat sih pelajarannya sebagaimana anjuran Rasulullah, bahwa kita jangan berburu sangka, segala sesuatu harus dikonfirmasi dulu. apalagi menyangkut kasus perzinahan, itu tidak bisa sembarang menuduh, harus ada saksi kuat yang melihat dan bukan hanya berdasarkan prasangka.
bayangkan jika kita sendiri yg kena fitnah itu…
Cara mengulas buku sastra yang tak biasa, nih. Menarik banget jadinya.
52 Responses