Home / Pojokan

Radio Gosip Puritan: Skandal Hester Prynne Dari Nathaniel Hawthorne!

Senjahari.com - 04/08/2025

The Scarlet Letter Cover

Penulis : Dinda Pranata

Halo selamat datang kawan-kawan Radio Gosip Puritan! Kembali dengan saya, Goodie Dalesman, pewarta gosip terkini kaum puritan pada pukul tujuh pagi di abad-17.

(Suara lonceng besar gereja terdengar nyaring, lewat mikrofon)

Jika kalian adalah pendengar lintas abad, maka dengarkan ini baik-baik. Saya akan membawakan gosip penting yang tak kalah menarik dari gosip para artis dunia hiburan abad modern. Atau, katakan saja di tahun 2025 di mana hanya dari sebuah foto orang-orang langsung saja bisa menguliti kehidupan seseorang.

(Suara kertas bergemerisik dan suara angin samar-samar masuk ke dalam mikrofon)

Rupanya surat ini bercerita tentang wanita bernama Hester Prynne yang digosipkan melakukan tindakan tidak senonoh. Siapa Hester? Apa dia seorang aktris teater? Bukan, hanya warga sipil. Dosanya ditelanjangi oleh seluruh kota dan harus menanggung cap di dadanya, tanpa punya kesempatan bersuara. Seseorang mengirimkan surat pada Radio Gosip Puritan di tengah malam. Sosok gelap dan hitam.

Baca juga: Review Bukan Pasar Malam: Dari Filsafat, Profesi Sampai Politik

Berita Panas “The Scarlet Letter”

(Ada suara kertas terbuka dan saling bergesekan. Lalu, sekali lagi suara teriakan di kerumunan orang saling bersahutan)

Jadi kawan-kawan Gosip Puritan, surat ini tertulis tahun 1850 dengan pengirim bernama Nathaniel Hawthorne. Hai, tuan Hawthorne!

Adapun Tuan Hawthorne dalam suratnya bercerita tentang seorang wanita bernama Hester Prynne yang sudah lama berpisah dengan suaminya Roger Chillingworth. Wanita yang datang seorang diri di New England dari Eropa, berharap sang suami akan segera menyusul. Sayangnya, sang suami tak kunjung datang bahkan tak kunjung memberi kabar sampai bertahun-tahun.

Namun, orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya ini mengira suaminya sudah meninggal dalam perjalanan dari Eropa ke New England (Amerika). Tenggelam …. atau mungkin, karena perompak menyerangnya. Lama … lama sekali Hester menunggu. Hingga suatu hari, publik dan lingkungan sekitarnya terkejut saat Hester melahirkan seorang anak bernama Pearl. Publik mulai bertanya, apakah suaminya sudah kembali? ataukah anaknya itu adalah hasil hubungan dengan pria lain?

Ini yang membuat Hester memilih bungkam. Ia merasa bahwa cerita pribadinya bukan untuk konsumsi publik. Namun semakin ia bungkam, publik semakin geram. Anda semua pasti sudah tahu kan dengan sikap-sikap kaum puritan di abad-17 ini? Mereka sangat menjunjung tinggi norma moral, bahkan tak segan untuk menekan individu agar sesuai dengan moralitas kelompok.

Baca juga: The Path Made Clear: Optimisme sang Visioner Oprah Winfrey

Sikap Hester yang bungkam, membuatnya harus memakai huruf “A” di pakaiannya, sebagai hukuman bagi mereka yang sudah melakukan tindakan berzina. Tapi benarkah ia berzina seperti yang mereka tuduhkan?

Pendengar radio gosip puritan, yang terjadi oleh Hester di abad ke-17 ini, ternyata tak jauh beda dengan apa yang terjadi di kehidupan sebelum abad ini dan abad yang akan datang. Tuan Hawthorne sudah memperingatkan kita tak hanya lewat surat ini, bahkan lewat buku klasiknya Scarlet Letter yang tebalnya bahkan tak lebih dari kitab suci agama manapun. 233 halaman.

(Musik jeda berbunyi. Suara musik orkestra yang meriah dengan gaya renaissance dan suara terompet terdengar menggema. Claudio Monteverdi.)

Reaksi Publik Atas Skandal Hester yang Penuh Simbol

Ilustrasi the scarlet letter

(Musik Claudio Monteverdi berhenti. Hening. Hanya desahan nafas dari Goodie. Dan ada kasak-kusuk suara di dekatnya. Mic kedua.)

Goodie: Kawan-kawan gosip puritan, saat ini saya bersama dengan Tuan Bartolome yang sudah mendengar dan mengamati skandal Hester.

Baca juga: The Will to Meaning, Lebih dari Sekedar Mencapai Sesuatu

Tuan Bartolome: Terima kasih Goodie. Senang bisa datang ke Radio Gosip Puritan ini.

Goodie: Tanpa perlu basa-basi Tuan. Bisa berikan komentar tentang Skandal Hester Prynne ini?

Tuan Bartolome: Begini Goodie. Saya sebenarnya paling anti membahas kasus-kasus perzinahan yang sudah mencoreng nama kaum puritan. Tapi untuk kasus Hester ini pengecualian. Kasus ini tidak hanya sebagai bentuk kritik atas sistem puritan, tapi juga sistem secara keseluruhan di masyarakat luar kaum puritan.

Goodie: Mengapa anda berpikir begitu Tuan?

Tuan Bartolome (berdecak heran): Bagaimana kita mengatakan ini perzinahan? Publik saja tidak tahu status pria yang menghamili Hester. Mereka tidak tahu keseluruhan kehidupan Hester. Inilah kritik yang ingin Hawthorne sampaikan pada novel Scarlet Letter itu.

Baca juga: Review When Marnie Was There, Benang Merah Anak Kesepian

Goodie: Untuk apa Tuan Hawthorne mengkritik sistem kaum puritan? Bukankah ia sendiri adalah kaum puritan?

Tuan Bartolome: Benar! Hawthorne ada hubungan dengan kaum puritan. Justru karena ia kaum puritan, ia mampu memberikan kritik yang keras lewat simbolisme skandal Hester Prynne ini. Tidakkah kau melihat banyak simbol dalam surat yang kau bacakan pagi ini?

(Goodie hanya menggeleng)

Tuan Bartolome: Dalam kisah Scarlet Letter, Hester ini merupakan lambang dari dosa dan kebijaksanaan. Jika kau berdosa dan belajar atas dosa-dosamu, apakah itu artinya selamanya kau menjadi pendosa? Tidak kan! Begitu juga dengan Arthur Dimmesdale, si pendeta yang suci. Apakah itu artinya pendeta tidak pernah melakukan dosa?

Goodie: Lalu Roger Chillingworth dan huruf A? Apakah itu pun adalah simbolisasi kehidupan, Tuan?

Baca juga: Kumpulan Cerpen Malam Terakhir-Metafora Tentang Kebebasan

Tuan Bartolome: Tepat! Dan huruf A di dada Hester itu menjadi … ya … semacam reaksi publik yang berlebihan. Tidakkah kau familiar dengan kasus ini Goodie?

(Hening. Perlahan suara musik menyusup ke dalam mikrofon).

The Scarlet Letter dan Huruf-huruf di Setiap Kulit Manusia

Suara iklan pembelian tiket kelompok opera keliling masih mengema di radio gosip itu.

Pria dalam iklan: Belilah tiket opera “penebusan dosa untuk huruf hidupmu” di loket tertanda khusus di seluruh kota.

(Suara pria itu menghilang dan berganti dengan suara musik barok untuk menutup iklan opera itu.)

Setelah kita berbincang dengan Tuan Bartolome yang mengikuti skandal Hester cukup lama, kurang lebih tujuh tahun. Saya merasa kata-kata tuan itu benar-benar masuk akal. Rasanya skandal yang terjadi pada Hester ini terasa familiar dalam kehidupan di sekitar kita.

Reaksi publik yang meletakkan ‘huruf tertentu’ pada pakaian seseorang seolah hidup dengan cara yang baru di berbagai masa. Huruf itu punya nyawa dan bisa menjadi label identitas seseorang. Tak selalu berupa pujian. Ia bisa berarti hukuman, bentuk cinta, pengasingan, pengucilan, bahkan bisa membuat siapapun tergantung di tiang gantungan tanpa sempat bernafas.

Reaksi masyarakat yang sangat mudah memberikan huruf pada hidup seseorang, sudah seharusnya diambilalih oleh sistem hukum yang lebih adil. Cara-cara hukum yang prosesnya lebih adil dan bisa menghapus stigma tertentu di masyarakat. Stigma dan label memang terasa seperti buku klasik, tapi bukan berarti masalahnya ikutan klasik, karena sering kali ‘huruf-huruf’ itu diberikan dengan cara dan cerita yang baru.

Saya Goodie Dalesman dari Radio Gosip Puritan untuk The Scarlet Letter. Sampai jumpa!

Diskusi

Bagaimana nih gengs cerita The Scarlet Letter di Radio Gosip Puritan dari Goodie Dalesman ini? Sudah membuatmu mikir atau malah kerutan kening jadi nambah ya? Hehehe… Tapi, tapi siapa sangka kalau sastra klasik itu punya nilai yang bahkan sampai sekarang terasa ya meski caranya baru.

Bagi kalian yang mau kasih masukan tentang isi narasi atau review buku kali ini boleh banget, kok. Mau berbagi pengalaman seputar baca buku klasik atau terkait bacaan juga boleh di kolom komentar. Eits! Tapi komen yang bijak ya, biar nggak senggol kanan-kiri dan bikin gaduh. Semata-mata biar jejak digital kalian tetap bersih.

Have a nice day! Jya mata ne~

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

*

Post comment